Rabu, 03 Oktober 2018

Montessori newbie mam helen

Nafila Rahmawati:
Maya Praselina
@mayapraselina

Q: Putri saya (3y6m) kebetulan menunjukkan rasa interest nya dlm kegiatan montessori.  Dlm hal ini sy mencoba mempraktekkan kegiatan EPL scr berulang..

Bbrapa penjelasan dr modul yg sy tangkap adalah kita hendaknya menyiapkan tray utk media penempatan bbrapa aparatus montessori (yg mudah dijaungkau anak) kmudian biarkan anak memilih sndri kegiatan apa yg akan dia mainkan..

Kebetulan di rmh sy pnya 2anak, anak ke2 usia 12m dan sdh mulai aktif2nya berjalan dan memilik rasa ingin tahu tinggi.  Kok rasanya tdk memungkinkan kl meletakkan aparatus montessori pd tray yg mudah dijangkau si kakak krna psti akan dijangkau jg dg adeknya hehehe..

Bagaimana cara menyiasatinya ya mom?  Terimakasih..


A: Mom Helen ✅
Anak sudah menuju 4 tahun pastinya lebih tinggi dengan anak 1 tahun jadi bisa di lakukan berberapa ini

1. Materi anak 4 tahun di letakan paling atas yang anak 1 tahun gak nyampe

2. Secara NATURAL INCLINATION biasanya anak 1 tahun hanya lihat explore megang tapi saya yakin tidak bakal interest kerjain nya karena natural instinct akan menuju ke materi yang memanggi skill/keperluan anak 1 tahun

3. Kalo memang belum begitu siap dynamic umur beda beda bisa juga di bikin shelf di kamar masing masing

4. Kalo mau coexist alias satu ruangan anak 1 tahun akan ada extra pengawasan karena dia masih suka masukin barang di mulut.

5. Coexist ada advantage untuk muncul anak besar jadi role model...anak kecilnada idol
Nanti bisa di fasilitasi untuk berdua saling bantu

Contoh
Luna 10 tahun ada puzzle 200 pieces ..Lunette yang ambilin...habis itu kita terima kasih... Kakak lanjut kerja

Maya Praselina
@mayapraselina

Q: Mengenai matematika montessori, sy ingin menanyakan bagaimana langkah selanjutnya apabila anak sdh mengenal angka 0-10. Apa sdh bisa lanjut ke arah pertambahan,  pengurangan,  pecahan?

Metode pembelajaran matematika pertambahan dan pengurangan dg menggunakan stick apa bs dikategorikan dlm konsep montessori?


A: Mom Helen ✅
Numbers 1 - 10 adalah tahap awal Chapter 1 Modul Matematika untuk bisa maju di lihat :
1. Umur anak
2. Kemampuan anak -apakah betul betul master untuk melanjutkan pelajaran.

Jika anak masih dibawa 4 tahun (2-3.5 menurut aku) konsep +, - bisa dilakukan dengan memakai materi awal. Jadi polanya seperti ini
Number rods - rote counting, quantity
Sandpaper numbers- identification, tracing/writing
Number rods and cards (4 tahap)
a. Rod + card
b. Card + rod
c. Sequencing rods 1-10 match cards
d. Sequencing numbers + rods
Spindle Box concept of 0
Cards and counters 1-10,sequence odd even

Na kalo anak mudah bisa di pake NUMBER RODS untuk addition and Subtraction. Nama exercise nya COMPOSITION & DECOMPOSITION of numbers

Untuk anak 4-6 ada tahap nya selanjut sebelum addition/subtraction...jadi sabar lewatin
Linear Counting
Dll tergantung anak baru masuk concept Addition Subtraction, Multiplication dan Division

Naaa kalo memang tujuan hanya introduction banyak sekolah langsung pake alat untuk +-/* SAMBIL ajarin konsep atau material/chapter sebelum ini

Kalo memakai stick, beads, pictures...itu saya tidak categorikan materi Montessori tapi alat media untuk belajar yang bersifat CONCRETE

Hanya concrete Montessori adalah paling precise..contoh menghitung batu tidak bakal precise karena batu beda beda ukuran...kalo montessori 10 unit beads perfect ukuran dengan ten bar 10 ten bar perfect sama ama hundred dan seterusnya

Maya Praselina
@mayapraselina

Q:
Untuk mengenalkan abjad dlm dunia montessori,  sejauh yg saya pahami itu tdk perlu berurutan.  Yg penting anak paham trlebih dahulu dg tracking abjadnya.

Utk pengenalan awal itu berupa huruf besar dilanjut huruf kecil apa bersamaan atau bagaimana ya?


A: Mom Helen ✅
Jawaban standard: ya tidak ber urutan, mulai dengan huruf kecil
Karena semua tulisan lebih banyak huruf kecil. Jadi dipermudah untuk anak

Jawaban untuk berberapa point
1. Anak dengar lagu pasti sudah hafal ABC jadi gak perlu kita hapuskan anak naturally nangkap
2. Kalo mau nulis nama memang lebih gampang menulis dengan huruf besar karena ukuran besar dan gangan anak masih belum siap untuk fine detail huruf kecil jadi menurut saya nama awal gak papa kalo huruf besar for ACADEMIC PURPOSE ONLY.
3. Kalo kita orang tua mau menunggu anak siap nulis baru tulis nama ya udah bisa focus ama huruf kecil saja (jangan kuwatir kalo anak dibilang gak bisa nulis nama)

Untuk urutan saya ada berberapa point
1. Mulai huruf komposisi nama anak karena itu paling FAMILIAR
2. Kalo mau shoot menulis jadi kelompokan huruf dengan urutan
iltfk hbp cadojgq rnm uvwxyz se
3. Kalo mau ke arah bisa nyambung huruf baca biasanya:
msat bfox wigjl cupsz henrd

- phonics in english

Point 2 bagus buat lebih mudah 3 tahun

Point 3 enak buat 4 tahun

*pengalaman dri sekolah...anak walaupun tidak belajar huruf besar NATURALLY akan kenal/hafal itu pas sudah TKB alias 5-6 tahun

Alvita Abidati
@alvitabidati

Q:
Kalau ada yang komen, "kita dulu ngga Montessori-an toh akhirnya pas gede bisa nyusun warna, meronce, nuang, bebersih, sequencing dll."

Jawaban apa yang paling bijak untuk diberikan?


A: Mom Helen ✅
Dulu kan kita masih bermain di luar, main di taman ama anak anak, bermain lumpur, lompat sini, main hujan...SEKARANG SUDAH GAK BISA dulu kita gak pake suster etc etc haha BEDA JAMAN

Dulu kita di kerasin...apa itu manusiawi untuk anak kita?

Aminah Nursari
@Amyrach

Q:
1. Untuk usia 7tahun apakah sudah terlambat untuk melakukan aktivitas Montessori? Jujur baru tau sekarang sekarang ini 🙈

2. Untuk usia 4 tahun, dimulai dari step mana dulu mba? Adakah referensi permainan Montessori seperti apa?

3. Untuk usia 13 bulan, Montessori apa yang paling cocok?


A: Mom Helen ✅
1. Untuk 7 tahun terlambat di concept GOLDEN AGE yang bermaksud semua pelajaran dan pengalaman di serap dengan automatis

Nah Montessori ada lanjutan karena plane of development nya itu seperti ini
0-6 (bisa di peca 0-3,3-6)
6-12
12-18
Dengan melihat materi praktisnya mulai dengan yang tinggi (karena concept dasar dah lewat)
PL- cleaning, housework,cooking,baking
Sensorial- constructive triangles, binomial/trinomial cube, boleh lah geometric cabinet
Math- operations with the beads, snake game, multiplication/division board, stamp game, square/cubing
Language-grammar boxes
Culture - dari awal semua

2. Untuk 4 tahun - mulai lah dari awal karena standard set buat umur 3-6 tahun

3. Untuk 13 bulan - ada materi kusus 0-2 yang saya hanya lihat sekadar material or di Internet..standard sih banyak PRACTICAL life awal dan food prep alias WEANING table as early dan makan sendiri

Montessori 6-12 th ada lagi material keren keren tapi masih bertahan high levels of 3-6

Suci Nitchi
@Suci

Q: Saya ingin tanya, bagaimana memulai Montessori dan sebaiknya dimulainya dari area apa mbak?
Makasih 😊

A: Mom Helen ✅
Ambil point yang saya taruh
1. Commit untuk melakukanya
2. Perubahan suasana di rumah
3. Perubahan persepsi kita ke anak
Etc

Dimulai di area mana?theory semua area bertahap
Praktis dimulai dengan paling gampang practical life dan jika merasa sudah nyaman baru nambah

Mulai banyak baca prinsip untuk memperkuat sayang ke anak hehe

Siti Machmud

Q: Fatih lagi seneng berhitung sama alfabet, kalau ada barang2 pasti dihitung walaupun kadang ada yg ke slip angkanya, alfabet yg udah dia tau bgt huruf O, pertanyaaannyaaa apa itu brrti udah pada sensitive periode?

Mainan montesori apa yg sesuai?
Counting pegs sesuai kah?

A: Mom Helen ✅
Betul sekali
Sensitivity to Counting and emerging language
Counting di lanjutkan dengan
1. Biarkan dia menghitung apapun
2. Buku counting
3. Mulai Number rods dan kelompok di chaptern1
4. Counting clip cards

*Note by experience saya dapat sukses counting clip cards atau worksheet kalo anaknsudah master Number rods & cards ex 1 and 2.
Mami mention masih skip itu berarti masih belum kuat rote counting TAPI justru itu makanya sensitive period PERFECT TIME...salah dikit, kita banyak repetisi baru dapat concept

Counting pegs, counters, matching card akan pasti tidak perfecf kalo konsep number and quantity tidak master
Saya explain further
Contoh Lunette sudah hafal semua nomor TAPI karena masih mudah consentrasi ketahanan menghitung belum lewat jumlah 6 atau 7 makanya saya kalo pake clip cards, matching cards, pegs dll hanya sampai 5 sambil saya bereskan 6-10

Majedha Hayun

Q: Kapan sesi 1 kegiatan montessori itu harus berakhir? Misal epl, anak rupanya main sesenengnya dia, itu kita langsung cut atau biarin dia eksplorasi sampe berantakan? 🙈

Bagaimana tata cara mempresentasikan kegiatan yg baik dan benar? Karna kebanyakan, anak saya tipikal yg sejauh ini belum bisa sabar kalo liat ada kgiatan baru,, maunya langsung diambil alih, ngambek ngambek mau dia mainin langsung...kalo kaya gitu, sebagai directress saya harus gimana? Antara kesel, gemes,, tapi kan directress kudu sabar ya? 🙈🙈🙈

A: Mom Helen ✅
Theory tidak di stop as long as anak masih bermain dengan benar...itu untuk perpanjang konsentrasi

Memang anak pasti excited dan tidak sebaran nah menurut saya check emosi kita karena benar kita directress
1. Kalo kita bisa bertahan ya udah tinggal bilang " mami first ok?" Kalo tidak mau dengannya aku sih tinggal bilang " sesaat ini Lunette pake yang mami sudah ajarin...kalo yang ini jika tidak mau, mami kasih lihat lain kali"
Terus nangis pasti dll...kita santai aja jangan kasih lihat emosi jangan di marahin...terus boleh di tanya lagi berberapa saat " lunet mau banget ya? Mami kasih lihat dulu nanti pasti bisa sendiri"
2. Kadang kalo Helen BT atau gak mood atau sakit atau malas (manusia juga kan kita) saya pake konsep LET THE MATERIAL TEACH THE CHILD. Jadi saya kasih explore baru lain waktu saya present dengan gimana.

#1 sih perlu tenaga ya...tapi ya biasanya kita sebagai orang tua latihan juga 😌

Nafila Rahmawati

Q:
1. Peralatan yang didesain Montessori mempunyai fitur control of error, jika kita dengan segala keterbatasan berusaha menyiapkan DIY apparatus, hal apa saja yang patut diperhatikan agar DIY mendekati fungsi control of error dari Montessori

2. Mengenai observasi yang bebas dari komentar dan intervensi orang tua, jika memasuki area Matematika, Bahasa dan Budaya bagaimana penyampaian evaluasi yg terbaik bagi anak? Jika dalam EPL dan Sensory kita dapat mencontohkan ulang tindakan yang tepat tanpa banyak bicara, apakah bagaimana menerapkan "less words" pada tiga area lainnya?

A: Mom Helen ✅
1. * Dipastikan materi rapi dan berusaha bikin terbaik...kalo perlu ulang lagi sampai dapat yang almost perfect.
*Dipastikan jumlah selalu komplit (kalo kurang gak boleh di taro shelf)
*Biasanya kalo sudah banyak tahu prinsip Montessori cara kita bikin materi akan improve alias kita sendiri enggah kalo ada ketidaksamaan centi bordernya 😂

Mom Helen:
2. Kalo di bagian bahasa (practice makes perfect)
CONTOH KASUS
1. SPL anak lupa pas 3rd period, kita gak perlu koreksi...nanti lain kesampatan di ulang huruf itu
Misalnya cad (lupa d) ilt (lupa i) hbp (lupa h) nanti saya 3PL lagi dengan dih..
2. LMA exercise - aku sebut
c ok
a ok
d ok
i salah
l ok
i aku tanya lagi (kalo benar bisa saya kurang jelas atau suasana beresik dll, kalo salah lagi berarti belum mantap- satu saat saya akan present lagi dengan object box
3. Building words gak masalah banyak salah ulang ulang aja lagi
Kadang bisa di kasih word cards and suruh anak check sendiri biasanya mereka koreksi sendiri

A: Mom Helen ✅
Matematika
Biasanya tidak utama anak dapat jawaban yang benar melebihi mengerti PROSES
- jika memakai soal booklet bisa memakai control cards
- bisa juga biarin aja pasti berjalan tahun akan anak lebih mengerti konsep dan lebih konsentrasi atau hati hati

Untuk mau anak jawab kayak kumon pengajaran nya beda dan balik aja ke PRINSIP OT mau anak jawab cepat atau jawab benar
Dan kita sesuaikan aja teknis kita

Culture enak karena banyak pakai terminologu cards yang sudah punya control of error
Berberapa activities juga bersifat teacher directed ( country folder/box kita hanya show)

Helen Lasco:
Menurut saya pribadi Montessori itu bukan sekadar MATERIAL tapi ke PRINSIP DAN OUTLOOK ...kalo prinsip di hati kita semua Batu pun bisa jadiin materi 😍. Memang follow and trust the child itu susah karena manusia maunya kita TOO SEE IS TO BELIEVE, jadi jika mau menemukan proof kita memang musti lakukan pantang menyerah
Kalo di sekolah Montessori ada tuntutan dari orang tua
Tapi kalo di rumah saya percaya MOM/DAD IS ALWAYS RIGHT karena Cinta/sayang kita kepada anak kita adalah paling benar dan ampuh

Terms:
Jika yang dari catalog Montessori namanya MONTESSORI MATERIAL
kalo modif sesuai prinsip/cara Montessori namanya MONTESSORI INSPIRED ACTIVITY

Nafila Rahmawati:
Saya pribadi berharap, belajarnya kita untuk anak, sama2 tidak akan pernah berhenti

Ilmu dan pencapaian duniawi kita tidak akan ada bandingannya dengan anak-anak yg kita besarkan. Montessori hanya salah satu perpanjangan tangan yang membantu kita membersamai anak dengan cara menyenangkan

Jadii.. Yang sudah tertarik, yang sudah sempat comot ilmu sana sini, yuk mari kita eksekusi Montessorinya yaa 😍😍

Helen Lasco:
Hello ibu hand dominance memang established sekita 4-6 tahun

Jadi kadang umur 2-4 masih developing, jadi kadang masih swap kiri kanan

Nafila Rahmawati:
Whiii thank you mom helen @montessori_my_way buat jawabannya yak

Berarti gapapa kan yah anak pakai tangan kiri pas beraktivitas (kecuali saat makan dan value agama yg lain), soalnya adat ketimuran kita kan suka saklek megang pensil pun kudu kanan 😁😁

Helen Lasco:
Iya mom. Helen ngerti di Indonesia wajib anak pake kanan (untuk sopan, agama dll)
Santai lah jauh lebih banyak anak pake tangan...nanti kalo dah 4 tahun pasti kelihatan yang lebih di pake yang mana
Kalo memang kiri, mohon di ngerti dan kasih support karena anak left handed juga punya keestimewaan beda ama right handed

Saya ada berberapa kasus anak left handed tapi wajib pake kanan ama keluarga akhirnya kesan lambat atau kurang pintar secara baca tulis

Penganalan huruf dan nomor memang bisa dimulai umur 2.5 - 3 tahun tapi tahap nya gak langsung bentuk huruf atau angka.
1. Untuk huruf lebih bagus untuk kuatkan
A. Kosakata benda (cara pengucapkan dengan benar artikulasi)
B. Pendengaran yang bagus (banyakin sound games, ispy games)
C. Sensorial activities dan fine motor activities
D. Practical life materials untuk konsentrasi, focus, eye hand coordination, endurance etc
E. Kalo ok di atas baru mukai formal huruf (kalo di Montessori memakai sandpaper letter dan object box, dari saya lebih suka sandpaper letter dan object box ditambah aktivitas kreatif per kosa kata)
Secara standard Montessori
Preliminary exercises (persiapan)
Sandpaper letters
Sandpaper letters +object boxes
LMA -Large Moveable Alphabet
LMA ex 1- ambil max 6 huruf
LMA ex 2- sandpaper letter + LMA
LMA ex 3- inventive spelling atau building words

Kalo selasai semua dan anak betul betul paham konsistent baru masuk PINK SERIES

* Semua di atas untuk flow Englosh Phonics ya

Huruf dan nomor memang item yang berbeda tapi bisa diperkenalkan 2.5 -3.5 tahun
Selalu banyak fondasi untuk menghitung dulu (rote counting) di setiap saat dan lingkungan kita.
Kalo dari pengalaman anak anak tu musti mengikuti flow
1. ROTE COUNTING (ngitung hafal sequence 12345678910)
2. Quantity (kalo di tanya berapa ini?bisa jawab sesuai
kalo Montessori pake NUMBER RODS
3. NUMBER SYMBOL...na di sini biasanya mula SANDPAPER LETTERS
4. NUMBER & QUANTITY
Montessori memakai NUMBER RODS & CARDS
biasanya ada tahap 4
A. Rods random match the numbers
B numbers random match the rods
C di urutkan rod 1-10 sambil match numbers
D. Di urutkan nomor 1-10 sambil match the rods
5. CONCEPT OF ZERO - spindle box
6. NUMBER & QUANTITY (LOOSE COUNTERS)-cards and counters dan pas 5 tahun odd and even
7. Kalo helen sampai INTRO to SHORT BEAD STAIRS

Kalo di sekolah tahap 2 itu mulai 3 tahun

Kalo saya sih tergantung SENSITIVE PERIODnya anak...kalo memang anak lagi suka huruf support di situ...kalo lagi gila nomor support di situ

Observe and follow the child aja ya mom

Kalo pengalaman Helen untuk anak ku 2.8 kemarin (sekarang baru 3 tahun)
1. Hafal semua nomor dan huruf dari Utube and buku TAPI saya perlahan bongkar dri awal
2. Dia sensitive mulau huruf tapi sampai hari ini dia belum lukus BUILDING WORDS STAGE dia baru LMA ex2.
3. Kalo nomor hafal semua, bisa rote counting sampai 20 tapi masih skip 16
4. Dia walapun hafal nomor MALAS atau TIDAK SERIOUS hitung benda satu per satu...jadi langsung sebut berapa
Makanya kalo matematika kami masih tap 1-5 yang saya yakin bisa

Naaa tinggal lihat anak mom yaaa
Semoga bisa kasih pencerahan sesuai pengalaman

Kalo untuk pemula misalnya umur 3-4 tahun
Tahap cuman
1. Ambil huruf (misalnya bunyiin p,anak ambil huruf p)
2. Kasih sandpaper tanya apa ini (anak jawab) dan ambil huruf LMA
3. Membuat kata misalnya
Deh buah kesukaan apa? Dia pake lma untuk nulis...di sini salah pp

Na kalo sudah 4-5 tahun biasanya maju ke formal reading kan baru namanya (maaf aku bisa English aja)
1. Pink box 1- object ama LMA
2. Pink box 2-gambar ama LMA
3. Pink box 3-object ama kata
4. Pink bok 4-gambar ama kata
5. Pink picture card - A4 kira kira ada 6 gambar + kata
6. Secret box- kata yang di whisper pas baca
7. Pink wordlist- CVC consonant vowel consonant family
8. Sight words (6 kata yang tidak phonetic)
9. Pink attached sentences
10. Pink detached sentences
11. Pink books

Naaa proses ini diulang next level dengan code BIRU kata kata consonant clusters

Ehh maaf haha melencong jawaban
OBJECT BOX
Kalo awal banget bisa aja basket dengan berberapa barang (per tema boleh untu pengucapkan)
Na habis anak mengenal bisa lanjut ke I spy game
Saya melihat benda dengan suara b misalnya

Kalo dah mulai 3 tahunlah ya, kalo habis kita mau pelajari huruf kita siapin object box/basket/tray/drawer...
Na SPL + barang misalnya
SPL huruf l + lemon, leaf,lollipop ( jumlah sih minimum 3, 6 tergantung umurlah ya)

Sorry saya baca tadi mikir lain 🙏

Kalo English
Object + LMA itu tahap ke 3 habis Sandpaper letters dan LMA (ex 123)
Kalo English building words nya CVC pattern contoh c-a-t atau kalo sudah tahap BLUE c-r-a-b atau cr-a-b

Na kalo Bahasa Indonesia yang saya lihat (kurang yakin 100 percent)
Sebelum build bo-la kayaknya musti anak bisa build ber syllable so mungkin
1. Per huruf
2. Syllable babibubeo etc
3. Suku kata bo-la

*Don't worry saya nanti tanyakan sama teman ku yang pernah bikin pola bacatulis bahasa indonesia memakai Montessori materials

majedha hayun:
Berarti baiknya rak mainan kesenangan dia saya pindah ke ruangan lain ya mom biar anak bisa konsentrasi juga

Helen Lasco:
Anak anak standard di bawa 4 tahun apalagi kalo laki laki memang cenderung aktif,kurang sabar dan gak focus. Ini hal biasa karena maximum konsentrasi yang optimal satandard sesuai umur.
Na anak 3 tahun berarti window kita 3 minit sedangkan pas presentasi bisa melebehi dengan itu.
Tip dari pengalaman saya kurangi jumlah yang di pindah atau tuang contoh
1. Memindahkan hanya 3 biji pompom/krupuk/dll
2. Hanya 2-3 sendok kacang merah
3. Hanya 1/4 air
4. Dll
Dengan ini anak gak perlu lama menunguu kita
Setelah hari presentasi kita bisa menambahkan isi dan anak sudah ngerti caranya tanpa kita kasih lihat lagi

Practical life cukup gampang karena menurut saya sekali presentasi sudah patokan untuk exercise lain nya kan kita hanya mengganti isi yang dipindahkan

Na dalam concept golden age...anak memang mamou menyerap bahasa sampai 6 (ada yang memyatakan lebih) karena anak hanya nyerap tidak mikir....jadi menurut saya bisa digampangin dengan pilihan:
1. Kalo di rumah semua ahli bahasa Indo jadi mandingan bahasa Indo aja
A. Kalo di sekolah ada english ya biarin di sana dapat english
B. Kalo di rumah ada orang lain yang bisa bahasa lain ya dua duanya bisa dilakukan tapi dengan KONSISTEN kayak di rumah ku
Bahasa English ama aku
Bahasa Indonesia ama Ma Aji (helper ku)
Lunette tahu mandarin walauoun menghitung saja di sekolah
Intinya semua bisa hanya perlu KONSISTEN
Maksud consistent itu memang orang bisa komunikasi dengan english bukan hanya tahu translation karena kita tidak mau anak malah lambat karena translate atau terjemaa



Sabtu, 29 September 2018

Montessori JSR

Shabrina Rahma Permatasari:
*Belajar Membaca untuk Anak Usia Dini melalui Metode Montessori*
Oleh *Julia Sarah Rangkuti*

(PART 1)
Bunda, tema *calistung untuk anak usia dini* saat ini masih menuai prokontra di kalangan orang tua. Beberapa pakar parenting berpendapat bahwa kegiatan calistung ini sebaiknya dikenalkan saat anak sudah mencapai tingkat intelektual di atas 6 tahun. Namun, sebagian lainnya berpendapat bahwa kegiatan membaca dan menulis dapat distimulasi sejak anak usia dini. Saya pribadi menyetujui pendapat kedua, bahwasanya anak usia dini boleh distimulasi dengan kegiatan membaca dan menulis asalkan orangtua memperhatikan 2 hal: *kesiapan anak dan metode yang diberikan*.

(PART 2)
Menurut Leonhardt, anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Dengan demikian, kegemaran membaca harus dikembangkan sejak dini. Sedangkan Montessori dan Hainstock mengemukakan bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat diajarkan menulis dan membaca, bahkan membaca dan menulis merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini.


(PART 3)
Membaca sendiri merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif, sehingga kegiatan ini termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. *Membaca merupakan proses untuk memahami makna suatu tulisan*. Proses yang dialami dalam kegiatan membaca adalah: mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, mengenali makna, menyimpulkan bacaan sesuai konteks wacana.

Bunda, sebelum anak diperkenalkan dengan proses belajar membaca, tentunya perlu kita sepakati bersama bahwa *menumbuhkan anak menyukai kegiatan membaca jauh lebih penting daripada anak dapat cepat membaca*. Kita ingin anak-anak kita cinta belajar bukan hanya sekadar bisa membaca. Dengan demikian, stimulasi dengan membacakan buku kepada anak sebaiknya dilakukan jauh lebih dulu daripada mengajarkan anak membaca dan mengenal huruf.

(PART 4)
Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap. Menurut Cochrane Efal sebagaimana dikuti Brewer perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan, yaitu:
a.    Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat, membalik halaman buku, juga membawa buku kesukaannya.
b.    Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Pada tahap ini anak terlibat dalam kegiatan membaca dengan berpura-pura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh, juga menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tulisan.
c.    Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, anak juga sudah mulai mengenal huruf abjad.
d.    Tahap pengenalan bacaan (take off reader stage)
Pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, misal: papan iklan, kotak susu, rambu lalu lintas, dll.
e.    Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak sudah dapat membaca tulisan dengan lancar.

(Part 5)
Bunda, sebelum mengajarkan anak membaca ada baiknya kemampuan pramembaca (pre reading skills) anak dipupuk jaaauuh sebelum anak-anak kita harapkan bisa membaca. Kemampuan tersebut antara lain:

*1. Kaya Kosa Kata*
Sejak bayi sering-seringlah berdialog dengan anak kita. Meski mereka belum bisa menanggapi, tapi mereka mendengar-merekam dalam memorinya. Saat memandikan, memakaikan baju, menyusui, menyuapi makan, dll berdialoglah.

*2. Kesadaran akan Tulisan Cetak*
Membacakan buku pada anak ternyata merupakan salah satu prereading skill yg hubungannya adalah: anak jadi tahu dan paham bahwasanya huruf-huruf itu bisa dilisankan. Anak mengetahui cara membalik halaman buku, arah membaca tulisan yang benar, dll.

*3. Kegemaran akan Bacaan*
Kegemaran atau motivasi membaca  adalah keinginan dan kesediaan anak untuk membaca. Salah satu upaya yg dapat kita lakukan agar minat baca mereka tinggi adalah

dgn mendisplay buku2 mereka di rak buku yg mudah diambil. Kemudahan anak utk dekat dan mudah dgn "penampakan buku" akan lbh memungkinkan mereka mengambil dan membaca buku2nya, bukan 😊

*4. Keterampilan Mendengar (menyimak) dan Bernarasi*
Anak-anak yang memiliki keterampilan memyimak yg baik akan lebih mudah menceritakan kembali apa yang ia alami/lihat/dengar. Pada kemampuan ini diharapkan anak-anak mampu bercerita banyak hal ttg apa yg mereka alami dengan bahasanya sendiri.

*5. Kesadaran Fonologis*
Kesadaran fonologis adalah kemampuan utk mendengar dan mengidentifikasi bbg bunyi dlm kata-kata yg diucapkan. Misalnya, anak akan tahu bahwasanya 'kata' dengan 'mata' itu berbeda; 'sate' dengan 'satu' itu berbeda, dll.

*6. Pengenalan Huruf*
Kesiapan pramembaca ini memungkinkan seorang anak untuk mengenali huruf dan bunyinya, termasuk juga mengenali perbedaan huruf kapital dgn huruf kecil.

(Part 6)
Selain itu, sebelum anak diajarkan membaca, tentunya kita perlu melihat kesiapan pada anak. Kemampuan-kemampuan kesiapan membaca pada anak yang harus dikembangkan ialah:

a.    kemampuan membedakan auditorial
Dalam hal ini, anak dapat memahami konsep volume (keras-pelan), tempo, tekanan, membedakan suara dalam alfabet, misal bunyi ‘d’ dan ‘t’.

b.    kemampuan diskriminasi visual
Dalam hal ini, anak dapat mengidentifikasi warna dasar, bentuk geometris, dan mampu menggabungkan objek berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran.

c.    kemampuan membuat hubungan suara dan simbol
Dalam hal ini, anak mampu mengaitkan bahwa huruf ‘b’ berbunyi ‘beh’ dan digunakan pada kata beruang, burung, dll.

d.    kemampuan perseptual motoris
Dalam hal ini, perkembangan motorik halus serta koordinasi mata dan tangan diharapkan sudah berkembang dengan baik.

e.    kemampuan bahasa lisan
Dalam hal ini, anak-anak juga harus dikembangkan kemampuan mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, serta memahami ide.
f.     interpretasi gambar
Dalam hal ini, anak dapat menceritakan sebuah gambar dengan bahasanya sendiri.

g.    progresi dari kiri ke kanan
Dalam hal ini, anak diperkenalkan bahwa kegiatan membaca dilakukan dari arah kiri ke kanan.

h.    kemampuan merangkai
Dalam hal ini, anak mampu mengulang cerita yang baru saja ia dengar atau merangkai sebuah potongan gambar dengan tepat.

i.    penggunaan bahasa verbal
Dalam hal ini anak mampu terlibat dalam sebuah percakapan, juga bermain peran.

j.    lateralisasi
Anak mampu membedakan tangan kanan dan tangan kiri serta kaki kanan dan kaki kiri.

(Part 7)
Bunda, selain memperhatikan  kemampuan kesiapan anak dalam proses membaca, tentunya kita perlu memperhatikan pula metode yang digunakan dalam mengajarkan anak membaca.

Tentu sulit bagi anak mengenal sesuatu yang bersifat abstrak tersebut.
Dalam hal ini, saya pribadi menyukai Metode Montessori dalam mengajarkan anak membaca.

Metode ini memiliki beberapa perbedaan dari metode membaca pada umumnya, diantaranya:

a.    Anak tidak serta-merta diberikan alat tulis untuk langsung menulis di buku, namun dikenalkan dengan paparan prewriting dan prereading skills terlebih dahulu, seperti permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.

b.    Pembelajaran dalam membangun kata menggunakan kata-kata yang bermakna, seperti ‘mata’ ‘kaki’ dll, bukan ‘ba-bi-bu’ ‘ta-ti-tu’.

c.    Anak dikenalkan dari hal konkrit ke abstrak.

d.    Anak dikenalkan dengan phonic sebagai dasar menyusun kata. Misalnya, bunyi huruf ‘b’ adalah ‘beh’ sehingga saat anak menyusun sebuah kata ia tidak akan rancu.
 Contoh, jika kita mengenalkan dengan bunyi a-be-ce-de-e-ef-ge maka ‘b-a-t-u’ harusnya ditulis anak menjadi be-a-te-u (beateu).

(Part 8)
*Tahapan Kegiatan Membaca dan Menulis dalam Metode Montessori*

1. Kegiatan prewriting dan prereading melalui permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.

2. Menggunakan material metal inset (gambar terlampir) untuk mengembangkan kontrol dan gerakang tangan anak saat menulis, memberi pengalaman gerakan be

rlawanan arah jarum jam (hal ini berkaitan dengan banyaknya huruf yang ditulis dengan arah berlawanan jarum jam), membuat garis dan warna, dll.

3.    Menggunakan material sandpaper letter (gambar terlampir)
untuk mengenalkan anak pada (lambang) huruf a-z. Dikenalkan pelan-pelan dan secara bertahap (3 huruf dikenalkan setelah ingat baru berpindah ke 3 huruf lainnya). Huruf yang dikenalkan boleh secara acak. Sandpaper ini bermanfaat untuk membangun kesan otot jari-jari tangan terhadap bentuk huruf, mengasosiasikan suara phonic dengan huruf, membangun kesan visual, mengingat bentuk huruf, juga mempelajari arah penulisan huruf.

4.    Menggunakan material Large Moveable Alfabet /LMA (gambar terlampir) untuk anak berlatih menyusun sebuah kata dari pengalaman sebelumnya. Setelah anak mengenal seluruh huruf melalui sandpaper letter maka anak dapat menggunakan LMA ini sebagai sarana untuk membangun kata. Dalam membangun sebuah kata, anak diberikan benda-benda konkrit terlebih dahulu baru kemudian melalui kartu gambar. Contoh, anak diberi miniatur hewan sapi, dan tanyalah pada anak:
Orangtua: “apa ini?”
Anak: “sapi”
Orangtua “oke..ayo kita buat kata sapi, sssss (pinta anak mendengarkan phonics dan mengambil huruf tersebut lalu letakkan di sebelah miniatur sapi), dst

5. Menggunakan kartu gambar untuk membangun kata (caranya seperti pada no.4). Penggunaan kartu baca ini sebagai 'jembatan' bagi anak dari hal yang konkrit kepada sesuatu yang abstrak. Sehingga, anak mampu mengetahui bahwa 'objek' sapi sama dengan 'gambar' sapi dan tulisannya adalah 'sapi'.

6. Menggunakan kartu gambar dan tulisan. Jika pada no 4-5 merupakan tahapan membangun kata, maka pada tahap ini anak mencocokkan kata dengan gambar.

7. Setelah anak mampu membangun kata maka orangtua dapat melanjutkannya dengan membaca frase, lalu kalimat dengan cara yang sama (menggunakan kartu gambar).

8. Membaca buku sederhana yang kalimatnya pendek-pendek. Buku ini diawali dengan buku yang memiliki gambar besar-besar dan simple terlebih dahulu.

Dalam Metode Montessori masih banyak lagi hal yang diajarkan di area bahasa ini, seperti pengenalan kata benda, kata sifat, diftong, dll. Selanjutnya kita diskusi saja yuk. Semangat belajar ✊🏽

Sumber:
Broemley, K.D. 1992. Languange Arts: Exploring Connections. Boston: Allyn and Bacon.
Wolfgang, C.H., and Wolfgang M.E. 1999. School for young children: developmentally approriate practice. Boston: Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurdiana, dkk. 2013. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

*Apa itu Phonic?*
Julia Sarah Rangkuti

Phonic atau fonik adalah salah satu dasar keterampilan pramembaca dengan  melafalkan bunyi dari huruf sesuai dengan fonetiknya. Dengan mengenal fonik anak mendapat pemahaman bahwa tiap huruf  memiliki bunyi yang berbeda.

Dalam pembelajaran fonik anak bukan diajarkan dengan pelafalan a, be, ce, de, e, ef, ge, dst. Namun, yang diajarkan adalah bunyi dari artikulasi yang keluar saat pengucapan huruf tersebut, yaitu: [a], [beh], [ceh], [deh], dst (untuk lebih jelasnya bisa dilihat video yang saya lampirkan)

*Beberapa kelebihan mengenalkan fonik dalam kegiatan pramembaca anak adalah:*

-Anak mampu mengenal bunyi satuan terkecil.
-Anak bukan hanya menghafal kata, namun mampu membedakan setiap unit huruf yang menyusun sebuah kata.
-Anak mampu menghubungkan bunyi dengan simbol.
-Anak mampu mengenal bentuk huruf dan bunyi huruf dengan baik dan benar.

Contoh video pengajaran fonik bahasa Indonesia dapat dilihat di sini, yaa:

https://youtu.be/tcwHvusZahw

Jumat, 28 September 2018

Montessori newbie

Nafila Rahmawati:
Montessori, Apa dan Kenapa


Mendengar kata Montessori, ada beberapa hal yang biasanya langsung terbersit di pemikiran awam kita. Mahal? Atau permainan dan peralatan yang banyak?

Sejatinya yang demikian hanya beberapa definisi prematur untuk Montessori.


Jujur sebelum mengikuti workshop, saya juga sempat terjebak pada batasan definisi sepihak seperti ini. Sempat mendengar satu tagline yang menyatakan bahwa Montessori is a lifestyle. Lucu awalnya, benar nyatanya.


Montessori adalah metode pengembangan kemampuan anak yang meliputi lima area kemahiran, dengan memfokuskan pada kemandirian anak, sikap menghargai anak dan mempelajari hal yang konkrit.



Menerapkan Montessori pada kepribadian anak memerlukan konsistensi dan kontinuitas, sehingga Montessori bukan sekedar games melainkan cara kita mengenalkan anak pada kehidupan.


Dr. Maria Montessori awalnya menerapkan metode Montessori untuk anak berkebutuhan khusus (sekitar abad 19), ternyata metode ini pun aplikatif dan solutif untuk diterapkan hingga sekarang.


Mengapa Montessori yang ditemukan di era lama masih kompatibel dengan kebutuhan anak-anak zaman now?


Terjadi perubahan ritme dan percepatan kehidupan dari generasi pasca PD II ke generasi Alpha. Kecenderungan manusia untuk mendatangkan perbaikan pada hidupnya secara finansial, mengarah ke pertumbuhan angkatan kerja sehingga banyak dari orang tua lebih fokus bekerja dan menggunakan energi "sisa" yang sekedarnya ketika membersamai anak.


Energi sisa ini seringkali kita jumpai dalam bentuk orang tua yang memberikan stimulan atau media edukasi instan sebagai kompensasi ketiadaan mereka mengejawantahkan fungsi orang tua.

Gadget, televisi, atau bahkan baby sitter yang selalu siap sedia melayani segala kebutuhan anak.


Sehingga anak tumbuh terakselerasi, namun masih berlubang kemampuan dasar mereka sebagai pondasi pembelajaran lebih lanjut.


Kita menyediakan fasilitas calistung, tapi lupa mengenalkan asyiknya bekerja dengan huruf dan angka tanpa rasa terpaksa. Kita memberikan banyak mainan atau buku mahal, tapi lupa membekalkan olah motorik halus terlebih dulu dan menyalahkan anak-anak kita untuk mainan atau buku yang rusak.


Dunia menginginkan kita melakukan segalanya dengan cepat, dan kita merantaikan anak kita agar berlari dengan kecepatan kita.


Montessori membuat saya berkaca, bahwa anak-anak berhak untuk mendapat porsi kecepatannya sendiri. Filosofi dasar Montessori adalah penawar bagi ketergesaan kita sebagai orang tua yang diburu ritme duniawi.

Nafila Rahmawati:
Filosofi dasar tersebut di antaranya:

1. Absorbent Mind

2. Sensitive Periods

3. Law of Development

4. Directress

5. Learning Areas

6. 3PL (Three Period Lessons)


Penjelasannya sebagai berikut


1. Absorbent Mind

Pikiran yang mudah menyerap adalah kekuatan utama anak-anak mempelajari informasi di sekeliling mereka. Otak manusia berkembang hingga 90% pada umur 0-6 th. Pembelajaran yang mudah diserap anak adalah saat dimana mereka mengeksplor dan mengalami sendiri dengan inderawi.


Pada masa ini anak menyerap semua informasi dengan memprosesnya agar bergabung secara terpadu. Namun mereka belum memiliki filter sehingga belum mampu membenahi dirinya sendiri.

Jika kita sebagai orang tua tidak tercerahkan, bisa jadi kitalah yang menjadi penghambat kemajuan anak.


Usia 0-3 th anak akan mengalami periode Unconscious Mind. Anak memposisikan diri mereka sebagai pencipta secara tak sadar, menirukan apa yang ia terima dan mereproduksi ulang dengan tambahan citra dan metamorfosa karakter bawannya.


Sementara usia 3-6 th anak mengalami periode Conscious Mind. Mereka mulai mampu memecahkan teka-teki lingkungannya secara sengaja dan sadar.


Misal:

Usia 0-3 anak belajar mengkonstruksi bahasa dan berbicara. Mereka memproduksi kata-kata, menirukan apa yang dicontohkan

Usia 3-6 anak belajar penyempurnaan konstruktif, menambah pengayaan kata dan kalimat secara gramatikal


Pengalaman selama Absorbent Mind ini didapat bukan dari sekedar bermain atau serangkaian aktivitas acak, namun merupakan kerja yang dilakukan dengan menggunakan benda yang memberi motif bagi aktivitasnya.


Pada usia ini anak perlu menyentuh dan membawa semua jenis benda untuk rangsangan yang berbeda. Yang dibutuhkan anak adalah pengelaman nyata dan ikut serta dalam aktivitas yang berlangsung di sekelilingnya.


Ketika orang tua mencuci piring, ajak anak untuk melakukan hal yang sama meskipun kadang membutuhkan waktu yang lebih lama. Tindakan meniru yang dilakukan anak ditujukan untuk mempersiapkan dirinya sendiri sebagai bagian dari dunia.


2. Sensitive Periods

Anak genius adalah anak yang mendapat stimulasi yang tepat dan proporsional ketika memasuki Sensitive Periods-nya. Bukan berarti mereka terlahir genius atau tidak henti dibombardir dengan latihan khusus


Montessori membagi tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, 12-18. Cacat karakter yang terbentuk pada tahap perkembangan awal akan mempengaruhi perkembangan di tahap selanjutnya.


Selama rentang waktu ini, anak menyerap karakteristik tertentu dari lingkungan mereka.


Beberapa jenis Sensitive Period:

a. Sensitivity to Order

b. Sensitivity to Refinement of The Senses

c. Sensitivity to Small Objects

d. Sensitivity to Walking

e. Sensitivity to Language

f. Sensitivity to Social Interest


Penjelasan detail tentang Sensitive Periods akan dilanjutkan minggu depan yaa (Insya Allah)


Absorbent Mind dan Sensitive Period yang diperhatikan akan menjadi sarana mental bagi anak untuk menunjukkan minat secara sadar. Anak akan merasakan dan menunjukkan preferensi pada tipe rangsangan tertentu untuk mengasah dan memadukan kemampuan dasar mereka.


Disusun Oleh

Nafila Rahmawati | 2017

FB: Nafila Rahmawati

IG: @nafilandscape, @khayli_montesstory


Sumber Bacaan:

1. Modul Workshop Montessori At Home, Rumah Aruna

2. The Absorbent Mind, Maria Montessori

3. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar, David Gettman

Bhyanti Putri:
Mbak...gmna kita untuk masuk ke sensitive period
Agar mnjadikan ank itu genius setidaknya cerdas bukan pintar

Ratna Melisa:
Ehh, iya mak,Insya Allah.. bocah2 di rumah kan lg periode 0-6 tahun membuat mereka genius tanpa meninggalkan fitrahnya ala montesori gimana ya??

Nafila Rahmawati:
Halo Mba Bhyanti

Untuk masuk ke sensitive period, anak akan punya ritmenya sendiri.. Dalam Montessori ngga ada istilah kita menggiring anak ke Sensitive Period mereka karena orang tua sifatnya mengikuti timing alami anak

Yg perlu dilakukan orang tua adl menyediakan dan mengenalkan anak pada berbagai ragam stimulan

Ketika anak tiba2 kita rasakan lebih gandrung akan suatu hal, maka itulah saat Sensitive Periodnya. Dan saat itulah momen yg tepat untuk menambah stimulannya di hal yg dia senangi

Sebenernya kalau dikembalikan ke prinsip dasar Montessori yg "follow the child", kita ngga perlu ekspektasi untuk membuat anak genius Mba

Karena adanya ekspektasi kepengen anak genius whatsoever, akan membuat orang tua terlalu fokus pada hasil alih2 proses

Dalam Montessori, yg perlu disiapkan orang tua adl mindset kita yg siap membersamai anak dalam proses

Nah proses dan aktivitas montessori nanti amat sangat beragam, mulai dari membiasakan anak ke kegiatan harian sampai ke substansi sains 😎

Betul

Kalau anak sudah tertarik sesuati, keep them on track. Tawarkan variasi kegiatan atau bahkan menaikkan levelnya

Misal suka buku, awalnya buku dongeng pendeng lalu lanjutkan dgn buku yg kontennya lebih variatif

Hidayah Bachri:
Tanya, mbak Naf..

Menanggapi ttg sensitive period, Omar ini seneng bgt sm yang namanya truk, dr buku, main lego, video favorit, sampai menggambar pun pasti ttg truk. Apakah ini udah bs disebut dgn sensitive periodnya, mbak Naf?

Usia Omar 4 tahun 9 bln

Terimakasih jawabannya 😘

Nafila Rahmawati:
Tetap dikenalkan Mba

Apalagi kalau di sekolah konvensional, pasti banyak pelajaran yg musti diserap anak

Ketika anak sedang "on fire" utk hal yg dia sukai, maksimalkan dan sediakan batasan waktu. Sambil diberi pengertian kalau mereka tetap butuh mempelajari area lain

Untuk itulah di Montessori juga dikenalkan banyak area kepada anak meskipun bertahap

Anak usia 2-3th biasanya disediakan aktivitas Exercise of Practical Life dan Sensory lebih dulu karena ini basic dari kegiatan lain

Setelah lebih besar, mereka dikenalkan dengan area Bahasa, Budaya dan Matematika dgn cara ala Montessori juga jadi insya Allah ngga memberatkan 😊

Sensitive Period sebenarnya juga ditandai dgn satu fase yg disebut Normalized

Ini adl fase ketika anak bisa anteng dan melakukan apa yg dia sukai dgn tenang, berulang dan menikmati betul aktivitasnya

Bisa dilanjutkan kesukaan omar ttg truk dalam berbagai variasi. Tapi kembali ke kegiatan montessori, anak harus melakukan eksplorasinya sendiri yaa.. Kalau bisa pakai truk nyata sekalian 😄😄

Tergantung kasus, Mba

Aku ngga bisa bilang tepat atau ngga karena belum tau prakteknya langsung

Yg aku pelajari, belajar bicara bagi anak adalah proses anak mengamati gerak bibir kita. Jadi mungkin ada yg perlu dikoreksi dari cara kita berbicara pada anak

Untuk smartcard sebetulnya ngga terlalu disarankan kalau dibandingkan dengan metode Montessori, karena biasanya di smartcard ada banyak stimulasi

Montessori menyarankan, untuk mainan atau alat edukasi kita pilih yg prinsipnya "satu stimulus dalam satu waktu"
Sementara dgn smartcard, ada stimulan berupa warna, bentuk, huruf yg unt beberapa anak malah bisa jadi membingungkan

Oke

Banyak orang tua biasanya tergesa membuat anak ingin lekas bisa membaca, ini tuntutan sosial juga karena SD kebanyakan harus bisa baca yaa 😌

Kalau mengajarkan membaca definisinya adalah mengeja, maka ada tahapan dulu nanti setelah anak dirasa cukup baik dalam EPL dan Sensory bisa masuk ke area bahasa

"Ideal mengenalkan membaca"
Ini pertanyaan aga susah hehehe, karena ngga bisa digeneralisir mengingat konsep dasar Montessori yg menganut pembelajaran individu bagi anak jadi tiap anak akan punya timingnya sendiri

Bisa dikembalikan lagi ke Sensitive Period, ketika respon anak antusias waktu kita kenalkan huruf nanti bisa maju ke belajar membaca ala Montessori ❤

Hidayah Bachri:
Iya, ya, mak Ratmel, hihii..

Tp mnrtku mlh jauh lbh enak untuk kedua belah pihak. Sbg ortu kt tidak merasa stress jika msl anak blm bs melakukan sesuatu, dan anak jg g merasa terbebani dgn tuntutan2 ortu.

Dan yg lbh enaknya adalah, ketika anak sudah memberikan sinyal kalo dia ingin mempelajari sesuatu, maka anak akan jauh lbh mudah menerima masukan dan pembelajaran dr ortu

Nafila Rahmawati:
Ohya tambahan

Untuk kegiatan yg biasanya kita sediakan tapi ngga terlalu membuat anak tertarik, biasanya kegiatan tersebut ternyata belum sesuai dengan kemampuan mereka

Misal kegiatan menuang air, ternyata beberapa anak butuh melewati fase menuang benda padat lebih dulu sebelum menuanh benda cair

Jadi ketika anak dirasa ngga tune in dgn kegiatan yg kita sediakan, bisa dicoba dulu dgn "lowering the level" atau kita ikuti mood anak untuk menyediakan kegiatan lain

Perlu diiingat banget konsep "follow the child" dan "respect to the child"

Karena anak adalah individu yg sudah punya otoritas dan kehendak sendiri. Apa yg menurut kita stimulan terbaik, belum tentu sesuai dgn kebutuhan mereka pada saat itu

Annisa Uswatun:
Aku beberapa kali coba praktekkan practical life skills ala Montessori.

Aku kasih kesempatan untuk mencuci tangan sendiri, pakai baju sendiri, atau kadang membantu menjemur pakaian.

Anakku saat di arahkan justru ngambek dan tdk mau melanjutkan tugasnya.

Dan itu terjadi berkali-kali. Akhirnya setiap dia ingin melakukan sendiri aku diamkan dulu baru setelah itu di puji dan aku ucapkan terima kasih

Nafila Rahmawati:
Halo Mba Asri

Cacat karakter yg dimaksud di sini adalah kebutuhan jiwa anak yg tidak terpenuhi dan terjadi secara berulang

Misal anak lapar tapi selalu lambat untuk direspons oleh pengasuh, makan anak akan kehilangan rasa percaya dgn dunia luar sehingga pengaruh pada mental dan kepercayaan diri anak

Beberapa kasus kekerasan verbal dan fisik juga akan berpengaruh pada cacat karakter anak

:
Naf ada masukan/tips biar kita emak2 bisa tetep sbar membersamai si anak pas penerapan Montessori di rumah ketika si anak mulai jenuh dan rewel?agar suasana slalu bisa kondusif

Nafila Rahmawati:
Waah ini sebenrnya udah baguuus pisan Mbaa

Aqilla sudah tau gimana mengorganisasi dirinya sendiri, dia hanya perlu mencontoh visual tanpa perlu banyak arahan

Sebetulnya directress (guru) dlm Montessori juga metode pengajarannya akan sangat less words

Mereka lebih mengarahkan anak dgn mengajak anak untuk memperhatikan ketimbang dgn arahan kata2. Ketika anak melakukan kesalahan, kita cukup diam selama mereka belum mengisyaratkan meminta bantuan

Berterima kasih pada anak yg telah mencoba itu pun titik penting karena kita menghargai usaha anak. Untuk hasil akhirnya, tentu ngga perlu sesuai standar dewasa 😄

Dgn berjalannya waktu mereka akan tau dan mengorganisasi diri mereka sendiri untuk melakukan yg betul, selama terus kita dampingi dan diberi contoh berulang yg benar

Nah ini 😂
The reason why I learn Montessori

Karena aku pun bukan orang yg sabaran 🙈

Sebenernya orang tua tidak perlu harus selalu sabar seperti dewi. Yg perlu diniatkan di awal adalah, kontrol diri

Ketika anak sudah melempar tanda jenuh, cukup langsung kita akhiri sesinya sambil menawarkan lagi untuk diulang di lain waktu

Belajar filosofi dasar Montessori lah yg sebenernya akan membuat kita jauh lebih menanamkan kontrol atas diri sendiri, karena filosofi Montessori itu sebenernya sangat mencintai anak ❤

Nafila Rahmawati:
Sebetulnya right at the moment anak melakukan kesalahan, yg perlu kita lakukan adalah menunggu bukan terburu utk langsung interupsi karena menyela anak berakibat pada turunnya kepercayaan diri mereka melakukan sesuatu

Kalau memang harus diberi arahan yg membutuhkan petunjuk by words, bisa nanti kita tambahkan di akhir kegiatan jadi ngga akan mengganggu konsentrasi anak

Haaloo Riris, monggo pinarak 😁

Untuk ukuran seharus apa sebenernya fleksibel yah, kembali pada keyakinan masing2 ortu hehehe

Karena Montessori itu long way to go, mencoba praktek beberapa games tanpa ortu belajar meresapi filosofinya rasanya akan less effect ke kepribadian anak

Seperti kita misal menyekolahkan anak di sekolah Montessori, tapi waktu di rumah kita acuh apakah anak sudah seteratur ketika dia di sekolah atau belum

Output anak yg belajar Montessori dgn pendampingan yg benar adl, anak jadi percaya diri dgn kemampuan mereka, solutif dan bisa thinking out of the box

Setahu aku, pendiri Google adl lulusan pendidikan Montessori

Nah, anak yg ngga mau membereskan mainan ini banyak faktor

Bisa jadi kita sbg orang tua menjadikan aktivitas membereskan mainan sbg ritual instruktif tanpa kita sendiri mau terlibat, atau bahkan tone suaranya high pitch (been there) 🙈😂

Anak bisa diajak membereskan alat kerja dgn bernyanyi, sambil nanti terus kita contohkan kalau membereskan mainan itu sepaket dgn kegiatan bermain

Tetep sabar dan semangat Mba 😄😄

Asri Lestari:
Ow iya. Kl saya baca dr pertanyaan2 dan penjelasan diatas. Prinsip dasar montessori itu lebih banyak memberikan contoh dan haris konsisten. Bagaimana ketika kita hidup bersama orang banyak dan prinsip mereka berbeda dengan yg selama ini kita ajarkan kepada anak mbak? Apalah akan terjadi kebingungan pada anak?

Nafila Rahmawati:
Ohya utk anak yg sudah bisa diajak komunikasi efektif 2 arah, bisa dicoba sebelum kita mengajak anak melakukan sesuatu yg sekiranya bikin dia ga nyaman, kita dahului dgn sounding

Kita ceritakan lebih dulu kita akan melakukan apa, apa yg akan terjadi sambil memberi pemahaman pada mereka kalau aktivitas ini aman

Suntikan semangat dari orang tua adalah faktor penting buat membangun kepercayaan diri anak

Iyap betul, pasti anak bingung

Kembali ke konsep dasar parenting Mba, setiap pengasuh anak harus punya perspektif ajeg dan seragam dalam membesarkan anak

Perbedaan keyakinan dalam parenting akan membuat anak lebih memilih mana yg lebih mudah dan enak untuk mereka jalani 😁

Coba dicek lagi riris, mungkin kegiatan yg kita siapkan belum sesuai umur anak 😁

Anak pasti sudah mulai menumbuhkan preferensi sendiri, tapi untuk usia 2-3 th kegiatan EPL dan sensory insya Allah suitable buat mereka

Untuk sekolah Montessori, karena EPL biasanya mulai dikenalkan di usia 2th jadi bagus masuk di usia 2th

Tapi menurut hematku, selama ada yg komitmen membersamai anak di rumah, masuk sekolah Montessori bisa dimulai pas usia TK 😄

Ini kemampuan menggunting bukan? 😝

Kalau anak udah 6th above biasanya udah ngga ngefek2 banget dikasih metode Montessori Mba anit, karena dalam diri mereka sudah ada pola tersendiri

Kalau utk kekurangan di motorik halus, kuncinya cuma latihan 😄

Amini Aisyah:
Mak naf Mau tanya:
Maksudnya  anak diatas 6tahun gak ngefek dikasih metode montessori ini gmn mak?

Soalnya, sepengetahuan aq, montessori sampai highschool.
Untuk tahap elementari 6-12 ada juga dg metode montessori tapi memang sudah mulai mengarahkan banyak konsep ke abstrak. Berubah dari yg sebelumnya banyak dari konkret. 🙏🙏

Maaf kl aq lolaaa..takut salah tangkap

Nafila Rahmawati:
Alhamdulillah kalau cepat meniru ya Mba, sudah bagus tinggal dioptimalkan aja nanti lewat aktivitas Montessori hariannya

Metode yg tepat adl aktivitas yg dilakukan secara konsisten dan kontinyu, sederhana aja Mba 😊

Ini udah muncul sih sensitivity to small order, tinggal nanti mungkin orang tua contohkan duli cara bermain sebelum diberikan ke anak

Presentasi berulang kadang dibutuhkan anak agar dia paham lebih dulu apa yg bisa dia perbuat dgn material yg kita sediakan 😁


Nafila Rahmawati:
Assalammu'alaikum mba, punten baru sempat cek grup tele yaah 😁

Untuk less words, sejauh yg aku pelajari memang untuk presentasi kegiatan montessori saja. Karena anak lebih mudah menyerap informasi lewat memperhatikan gerakan kita

Kalau sudah terendus aroma violence atau berebut, biasanya directress akan mengarahkan anak-anak lagi dengan kata-kata

Kalau mereka masih lanjut berebut, angkat mainannya dan kembalikan ke tempatnya dulu. Dan sebisa mungkin menasihati anak dengan kata positif, ngga perlu menggunakan kata "kamu nakal" dan labelling lain yg menjatuhkan 😊

ria ummu memami:
Klo aq sebelum mainan di keluarkan kita buat kesepakatan dengan kakanya dulu.

ditanya mau main apa?
dikira² aja permainannya berpotensi bikin berebut ga? mau bermain bersama/berbagi gak?
Klo anaknya suka rela mau berbagi maka mainan dikeluarkan. Klo sekiranya itu mainan baru yang masih disayang² banget kan pasti dia gak mau berbagi mainan kan, yah di arahkan untuk gak main itu dulu kalo mau main bersama adik.
Klo kata bu Elly Risman berbicara dg anak² harus pake kata tanya, biar anak² berkembang otak berfikirnya dan bisa mengambil keputusan setelahnya. Kita ortu hanya memfasilitasi aja.
Jikalau sudah ada kesepakatan di awal tp tetep berantem jg mainan di amankan dulu sampai suasana kembali kondusif.

Tidak lupa anak² dilatih untuk bertanggung jawab untuk membereskan kembali mainan yg sdh dimainkan.

Kebetulan anak ku yg no 2 usia 6th10bln yg no 3 usia 2th11bln

Nafila Rahmawati:
Filosofi Dasar Montessori


Mengulang materi minggu lalu, kita pemanasan lagi dengan jenis Sensitive Period:


a. Sensitivity to Order (0-3th)

Peka terhadap keteraturan adalah sifat alami anak yang perlu kita tajamkan. Sejak lahir anak kita biasakan pada jadwal harian, seperti menyusu dan makan. Kebutuhan anak atas pola/kebiasaan dan situasi yang familiar adalah jembatan bagi anak untuk mengorganisasi dirinya


b. Sensitivity to Refinement of The Senses

Peka terhadap pengasahan ketajaman indera diwujudkan lewat masa eksplorasi menggunakan inderawi anak. Rasa ingin tahu mereka besar sehingga butuh disalurkan lewat kegiatan sensory play. Pendekatan multi sensori dari Montessori mencakup tahap sensori motor - pre operational - formal operational


c. Sensitivity to Small Objects (1-2th)

Anak menaruh perhatian terhadap benda-benda kecil, hal ini memperluas kemampuannya untuk observasi dengan teliti. Jika tidak berkembang, maka anak cenderung akan sulit berkonsentrasi


d. Sensitivity to Movement (1.5 - 4th)

Pada masa ini anak mempunyai keinginan untuk bebas dan tidak tergantung pada orang dewasa. Ada impuls yang tidak bisa dilawan dalam upaya untuk bergerak, berjalan untuk menyadari realita ruang. Jika terlalu banyak resistensi pada masa ini karena rasa khawatir orang tua yang terlalu besar, akan berimbas pada kurangnya rasa percaya diri pada anak


e. Sensitivity to Language (3 bln - 6th)

Pada fase ini anak mudah sekali meniru kata yang diucapkan pengasuh dan sekitarnya. Jika periode ini tidak berkembang maka anak menjadi kurang sensitif pada suara dan kurang percaya diri


f. Sensitivity to Social Interest

Ada saatnya anak menikmati menjadi bagian dari suatu kelompok, mereka senang terlibat dan berinteraksi bersama. Jika fase ini tidak berkembang, ada kemungkinan anak menjadi pribadi yang memendam rasa kesepian, suka mencari perhatian hingga anti sosial


🌷🌷🌷🌷🌷


Melanjutkan filosofi dasar Montessori

Laws of Natural Development

(Hukum Perkembangan Alami pada Anak)


a. The Law of Work

Bagi anak bermain adalah bekerja sehingga secara alami mereka akan mengerahkan seluruh kemampuannya ketika bermain.

Anak menyukai proses dalam bekerja sehingga jika mereka sudah tune-in dengan aktivitasnya, maka mereka akan masuk ke periode Normalized, yaitu fase dimana anak menunjukkan kesenangan dan ketenangan setelah mereka memilih aktivitas yang diinginkan


b. The Law of Independence

Anak akan merasa dihargai ketika mereka diberi ruang untuk melakukan aktivitas seperti yang kita kerjakan. Orang dewasa tidak perlu tergoda untuk membantu atau membetulkan anak ketika mereka sedang berupaya dan sepatutnya mereka bisa meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama.

Kita hanya perlu memberikan contoh dan bimbingan serta memfasilitasi anak untuk mengembangkan disiplin diri


c. The Power of Attention

Ketika anak menemukan ketertarikan pada suatu aktivitas dan orang tua berhasil memfasilitasi sensitive period-nya, maka anak akan menghadirkan kemampuan konsentrasi tertinggi tanpa perlu kita suruh


d. The Development of Will

Anak membutuhkan kebebasan terarah untuk mengembangkan keinginannya


e. The Development of Intelligence

Dalam mengembangkan kecerdasan anak, ada dua ciri yang harus diperhatikan yaitu: respon anak yang cepat terhadap stimulus dan keteraturan anak dalam memberikan respon


f. The Development of Imagination and Creativity

Untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak, dibutuhkan lingkungan yang mendukung dalam aspek: realitas, estetika, harmonis dan kebebasan


g. The Development of Emotional and Spiritual Life

Di dalam kegiatan Montessori, ada konsep dasar yang dibangun seputar interaksi sosial, rasa tanggung jawab dan moral


🌷🌷🌷🌷🌷

Melanjutkan filosofi dasar Montessori

Prepared Environment


Lingkungan yang dipersiapkan adalah lingkungan tempat anak beraktivitas sehari-hari untuk membangun kemandirian anak dan ekplorasi secara maksimal


Ruang fisik Montessori memiliki unsur berikut:

- peralatan yang menyesuaikan ukuran anak

- terdiri dari benda nyata dalam kehidupan sehari-hari

- memberi akses langsung pada anak

- menyediakan stimulasi sensori

- menggunakan alas kerja

- menggunakan tray/kotak untuk presentasi


Sementara material Montessori, disarankan mengandung elemen berikut:

- konkrit

- terbuat dari bahan natural

- mengeksplorasi satu konsep dalam satu waktu

- materi sebisa mungkin bersifat self correcting sehingga anak bisa menemukan kesalahannya sendiri (control of error)




🌷🌷🌷🌷🌷

Melanjutkan filosofi dasar Montessori

The Directress


Istilah "guru" dalam pembelajaran konvensional dikonversi menjadi "directress" di dalam Montessori dikarenakan sifatnya yang mengarah ke tugas membimbing dan mengarahkan pembelajaran anak


Anak-anak di rumah atau murid di sekolah Montessori bebas memilih aktivitas yang mereka inginkan. Directress bertugas mengamati progress dan kekurangan anak, serta menyediakan mereka variasi aktivitas sepanjang hari


Guru Konvensional:

- menjadi pusat pengajaran dalam kelas

- memberikan pelajaran dari abstrak lebih dulu

- memberikan pembelajaran yang sama bagi semua anak di dalam kelas


Directress Montessori

- menjadikan anak sebagai pusat pembelajaran

- memberikan pelajaran dari konkrit lebih dulu

- memfasilitasi pembelajaran yang berbeda bagi tiap anak (individual learning)


🌷🌷🌷🌷🌷

Melanjutkan filosofi dasar Montessori

Learning Areas


Terdapat lima area pembelajaran dalam Montessori yang bisa dilakukan secara bertahap:


1. Exercise of Practical Life

Semua kegiatan dimana anak berlatih mempraktikkan kegiatan hidup sehari-hari masuk dalam kategori EPL (termasuk kegiatan sederhana seperti menuang air, menjimpit, meronce, membersihkan rumah hingga merawat diri).

Tujuan dari EPL adalah meluweskan motorik halus dan koordinasi anggota badan dari anak, membiasakan mereka menjadi pribadi yang mandiri dan mampu mengurus diri sendiri untuk menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dalam EPL yang dibutuhkan adalah konsistensi dan menjaga rutinitas


2. Sensorial

Kegiatan sensorial mengedepankan pada eksplorasi kelima inderawi anak. Orang tua menyediakan segala variasi bahan yang bisa dieksplor dengan aman oleh anak lewat indera mereka sehingga terjadi pengayaan pengalaman dan bahkan hukum sebab akibat yang terekam oleh anak. Ketika anak meraba, melihat, merasakan, mendengarkan dan mencicipi, ia membuat kategori di otak untuk setiap persepsi sensorik baru


3. Language

Pada area ini anak diperkenalkan pada stimulasi yang mendorong mereka untuk memperkaya kosakata dan keterampilan berbicara


4. Mathematics

Di area matematika, anak akan ditemani dengan apparatus yang memudahkan mereka memvisualisasikan konsep matematika sebagai sesuatu yang konkrit sebelum masuk ke sisi abstrak matematika


5. Science and Cultural

Pada area ini anak akan dikenalkan dengan heterogenitas kehidupan. Tujuan mulianya adalah untuk menanamkan pemahaman pada anak bahwa mereka adalah bagian dari alam semesta sehingga anak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah


🌷🌷🌷🌷🌷

Melanjutkan filosofi dasar Montessori

The Three Period Lessons (3 PL)


Metode ini digunakan dalam pembelajaran ala Montessori untuk memfokuskan anak pada materi ketimbang panjangnya petunjuk aktivitas. Berikut tahapan 3PL


Periode 1:

Memperkenalkan / Memberi Nama

- Sajikan sebuah item pada alas kerja

- Katakan (misal), "Ini segitiga. Bisa sebutkan segitiga?"

- Minta anak menyebutkan kembali nama benda yang kita sebutkan

- Lakukan isolasi setelah memperkenalkan nama yang telah disebut

- Minimal dilakukan pada dua material, maksimal tiga material


Periode 2:

Asosiasi / Mengenali

- Sajikan kembali semua material

- Item yang terakhir disajikan di period 1 digilir menjadi item yang pertama disajikan di periode 2

- Tanyakan (misal), "Bisa tunjukkan segitiga?", "Bisa ambil dan taruh ke tangan Bunda mana segitiga?"

- Jika anak belum bisa menunjuk dengan benar maka perlu kembali ke periode 1


Periode 3:

Recall / Mengenali Kembali

- Sajikan satu item, isolasi item yang lain

- Item yang terakhir disajikan di period 2 digilir menjadi item yang pertam

a disajikan di periode 3

- Tanyakan, "ini apa?"

- Jika anak salah maka perlu kembali ke periode 2 (non critical learning)


Penjelasan lebih lanjut untuk area pembelajaran Montessori akan dibahas pada pekan depan yaa.


Disusun Oleh

Nafila Rahmawati | 2017

FB: Nafila Rahmawati

IG: @nafilandscape, @khayli_montesstory


Sumber Bacaan:

1. Modul Workshop Montessori At Home, Rumah Aruna

2. The Absorbent Mind, Maria Montessori

3. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar, David Gettman


Nafila Rahmawati:
Yuhu mba marlitha

Sebenernya kalau dikembalikan ke prinsip kebebasan dalam pembelajaran, anak bisa memilih apapun kegiatannya ya

Tapi ternyata, EPL dan sensory sendiri adalah kegiatan basic sebelum maju ke area lain

Kenapa basic?

Dari EPL dan sensory, anak belajar mengembangkan gerakan dan kekuatan dasar dulu seperti pincer grisp, fokus, kemampuan estimasi dll yg nantinya akan sangat terpakai di area language, math dan cultural

Jadi untuk anak sekitar usia 2-3 th bagusnya dikuatkan di EPL sama sensory dulu. Untuk area lain boleh dikenalkan, sifatnya selingan dan senyamannya anak yap

Heloo shab!

Untuk alas kerja biasanya disesuaikan dgn kebutuhan kegiatan yg digunakan anak. Kalau sekiranya kegiatannya seperti menggunting atau pouring bisa pakai alas kerja yg kecil aja

Nah beda kalau kegiatannya semacam pakai long red rods atau semisal membuat adonan, alas kerja yg dipakai lebih lebar buat memfasilitasi anak

Ohya, ukuran alas kerja cukup mempertimbangkan kegiatan anak aja yah, anak ngga perly diitung sebagai komponen yg butuh masuk ke alas kerja hihi..

Kalau untuk posisi duduk, mentor aku dulu selalu menyarankan dan mengingatkan banget agar anak duduk posisi bersila.

Kenapa?

1. Posisi bersila baik untuk perkembangan postur tubuh. Sementara posisi duduk anak yg biasanya kakinya bentuk huruf W, akan pengaruh ke tulangnya. Bersila akan melatih anak duduk tegak juga

2. Dengan duduk bersila, anak akan lebih susah kabur 😂
Eh tapi ini betul.. Posisi W biasanya anak lebih mudah beranjak dari duduknya, sementara dengan posisi bersila kita bisa memprediksi kapan anak akan melakukan gerakan dan bisa mengarahkan ulang perhatiannya ke kegiatan

Hope it helps yaak 😘😘

Halo Mba Firda

Aku coba bantu sepengetahuan aku yaap

1. Maksudnya learning area yg cultural kah mba?
Ini bisa anak diajak eksplor langsung ke alam, bagus malah 😍 Untuk sekolah montessori sendiri ada beberapa alat yg digunakan buat menghadirkan sisi kehidupan meskipun by indoor

2. Untuk anak usia setahun, nikmati saja prosesnya yaa mba 😁 Bisa jadi anak masih menikmati proses eksplorasi mandirinya. Pengenalan shapes and colours sendiri sudah masuk area bahasa sebetulnya, bisa jadi kita sbg directress butuh untuk mundur dan mengulang di EPL dan persering sensory play-nya dulu.
Diferensiasi warna pada anak bisa dilatih lewat sensory play yap

3. Tidak perlu takut anak kurang stimulasi kok mba, selama kita membiarkan mereka bermain dan eksplorasi secara aman 😁 Anak di bawah usia 2th tetap akan terstimulasi selama inderawi mereka aktif karena mereka belajar lewat sensory yaa..  Tetap sediakan aktivitas yg sesuai dgn usia dan ketertarikan mereka ❤

Wa'alaikumussalam wr wb
Mba Halida salam kenal yaa

Untuk kurikulum sih fleksibel yah, mau pakai yg mana dan menganut sejauh apa. Tapi patokan official milestone anak kurleb kita kembalikan ke KPSP lebih baik

Tapi memang usia 2th up, di mana anak sudah mendekati usia masuk sekolah sebaiknya kita persiapkan anak dgn kegiatan yg lebih terstruktur dan terencana tanpa memberatkan anak (dalam arti tidak memaksa)

Jangan sampai nanti ujug2 kita menyekolahkan anak dan berharap mereka lancar memegang pensil, baca tulis, atau betah dengan kegiatan belajar tanpa pernah kita perantarai lebih dulu untuk menyukai kegiatan yg membutuhkan fokus dan keterampilan motorik halus

Anak suka bermain, kita temani itu bagus. Tapi alangkah akan lebih bagus lagi kalau kita mengarahkan anak ke jenis kegiatan yg menstimulasi diri anak ❤

Dududu kalau di Montessori sepemahamku, kegiatannya ga ada patokan usia mba cuma yaa memang anak dikuatkan dulu basic EPL dan sensory-nya

Kalau membaca, di Montessori pun step nya cuma pink series, red series lalu green series

Kalau menghitung, dimulainya dari pengenalan bentuk angka dulu pakai sandpaper number. Jadi anak mengenal angka dan bentuknya dulu baru ke kuantitas

Yg bikin matematika jadi momok seringkali kan anak belum selesai memahami konkritnya lalu sudah masuk ke abstrak hitungan

Nah kalau Montessori mengenalkan math dari wujud angkanya dulu baru nanti ke kuantitas hitung sederhana seperti spindel box

Ini nanti lanjut di bahasan per area aja yaak

Nah ini cucok meong pertanyaannya 😂

Mentor aku pernah menyampaikan bahwa, over stimulasi pada anak juga ngga bagus karena anak ga akan fokus pada apa yg menjadi topik utama penyampaian kita

Aku ambil contoh puzzle huruf yg banyak di pasaran yah. Tujuan kita membawakan puzzle huruf ke anak apa sih? Untuk mengenalkan huruf kan yaa

Tapi toh banyak kita temui puzzle dengan komponen berikut:
1. Puzzle terlalu banyak warna
2. Font huruf tidak homogen
3. Banyak tambahan animasi

Mata anak menangkap banyak informasi dan ketidakberaturan sehingga over stimulasi, jadinya yg tadinya kita bermaksud mengenalkan huruf, anak malah terdistraksi dengan komponen lain

Sifat alat yg baik untuk pembelajaran adalah, satu stimulasi dalam satu waktu

Eitss, kadang cepet sekolah juga bukan solusi untuk kebutuhan anak mbaa hihi..

Bisa jadi ini masuk bahasan over stimulasi karena anak salah menangkap apa yg ingin kita sampaikan

Itulah kenapa, setiap apparatus montessori standar dibuat dalam warna, bentuk dan bahan sederhana. Karena Montessori ingin menyampaikan inti pembelajaran pada anak tanpa banyak distraksi

Halo Mba Ilak Hasyim

Alhamdulillah udah konsisten yaah montessori di rumahnya 😍

Pada dasarnya semua manusia adalah zoon politicon yah, kita saling membutuhkan orang lain untuk interaksi positif. Even dalam game daily seperti The Sims pun, karakter ada social needs yang harus difasilitasi (issh maap dulunya aku suka gaming 🙈)

Respon anak berupa atensi ke teman2 nya yang sedang bermain bersama bisa jadi adl bentuk ketertarikannya pada manusia lain

Tapiii, sekolah belum tentu solusi. Ada banyak "arena" lain untuk memfasilitasi anak bersosialisasi

Bisa dengan membawa anak ke TPQ, ke masjid, ke pengajian rutin, ke taman bermain atau tempat lain dimana banyak orang berkumpul dan berkegiatan bersama mba 😊

Kalau memang ada pertimbangan menunda sekolah, orang tua perlu menyiapkan opsi lain untuk ruang pergaulan anak yaa

Nafila Rahmawati:
Eh iya, tambahan sedikit

Sebetulnya semua yg ada di sekitar anak adalah media belajar bagi anak yaa.. Jadi ngga perlu saklek harus memenuhi identitas apparatus Montessori

Tapi kembali lagi ke orang tua, apakah dengan budget pengeluaran kita akan habiskan untuk fasilitas mainan yg sekedar hiburan atau yg ada esensi pembelajaran

Kurikulum Montessori

Part I: Exercise of Practical Life


Sepele. Itulah yang seringkali dirasakan oleh para pencicip Montessori ketika pertama kali menjumpai kegiatan EPL. Sayapun demikian, melihat buku yang isinya kumpulan kegiatan menuang, memeras dan meronce, terbit dalam hati rasa "serius ini buku begini aja?"


Begitu dipraktekkan langsung dengan anak, byar seketika. Tidak semudah yang dibaca.


Ada kalanya kegiatan yang kita siapkan tidak menarik minat anak, ada kalanya anak berminat tapi salah mengartikan ekspektasi orientasi kegiatan dan mengacak-acak bahan. Lapangan selalu menyajikan banyak cobaan.


EPL atau area kemandirian anak, dikembangkan menjadi satu area pembelajaran paling dasar dalam Montessori. Kenapa? Karena melalui EPL lah, anak bisa mengatasi kebutuhannya sendiri, mengasah kekuatan dan koordinasi anggota tubuh mereka sebelum digunakan untuk belajar materi tambahan lain.


Kepercayaan diri anak terbangun lewat praktik EPL yang berulang dan konsisten. Anak menemukan ritme tubuhnya, menormalkan pacu ototnya untuk kegiatan yang membutuhkan kontrol diri. EPL juga melatih fokus dan kesabaran anak sehingga menjadi modal untuk maju ke area pembelajaran lain yang membutuhkan konsentrasi lebih.


EPL membangun konsentrasi, koordinasi gerakan anggota tubuh, kemandirian serta keteraturan yang semuanya menjadi dasar untuk proses belajar.


Dua poin penting yang saya pelajari selama mempraktikkan EPL di rumah:

1. Tidak perlu berharap kesempurnaan dari anak. Karena tiap anak mempunyai ritme dan gaya belajar masing-masing

2. EPL adalah limit kontrol diri yang konkrit bagi orang tua yang membersamai anak


Beberapa kegiatan sering diulang dalam EPL, seperti menuang air dari teko ke gelas, menggunakan capitan untuk memindahkan benda kecil, dan juga meronce.


Kegiatan ini amat sederhana jika kita bandingkan dengan stimulus dalam sensory bin yang lebih membutuhkan effort dalam penyediaannya. Tapi ternyata, manfaat dari kegiatan tersebut di atas amat fundamental dan mempengaruhi kualitas kerja anak ke depannya.


Montessori mengedapankan latihan "pincer grisp" atau kekuatan jepitan jari dalam EPL. Hal ini karena jepitan jari ini lah yang nantinya akan sangat digunakan dan menjadi modal anak untuk belajar menulis serta membantu anak dalam banyak kegiatan lain sehari-hari.


Untuk mengawali kegiatan, disarankan juga selalu memulai dari kiri ke kanan karena berkaitan dengan refleks menulis yang juga dari kiri ke kanan. Misalkan, kegiatan mentransfer manik-manik dimulai dengan menyendok dari mangkuk di sebelah kiri lalu dituang ke mangkuk sebelah kanan.


Ada empat area utama dalam EPL:

1. Care of Self (merawat diri sendiri)

2. Care of The Environment (menjaga lingkungan)

3. Development of Social Relations, The Grace and Courtesy Exercise (Tata Krama)

4. Control of Movement (kontrol gerakan)


Hal yang perlu diperhatikan ketika mempersiapkan EPL:

1. Adaptasi unsur/muatan lokal

2. Kelengkapan material dan cadangan

3. Diferensiasi material

4. Pemisahan area


EPL diperagakan kepada anak, bukan dijelaskan. Usahakan agar yang menjadi fokus adalah kegiatannya, bukan gurunya.


Dalam memperagakan EPL, directress sebaiknya duduk di sisi tangan dominan anak. Jika anak sering menggunakan tangan kanannya untuk beraktivitas, maka directress sebaiknya duduk di samping kanan anak ketika melakukan presentasi. Jika anak melempar isyarat "yes or no" untuk afirmasi salah atau betul atas kegiatannya, directress cukup memberikan body language encouragement tanpa komentar verbal.


Presentasi sangat penting untuk dilakukan dengan tepat di depan anak, secara urut sesuai siklus kerjanya (mulai dari menyiapkan alas kerja - mengambil alat - bermain dengan alat - mengembalikan alat - merapikan alas kerja)


Siklus kerja yang dipresentasikan seperti ini akan menarik minat anak untuk memperhatikan dan mengobservasi sehingga mengaktifkan mirror neurons dan menyambungkan simpul saraf di dalam otak. Seringnya anak melihat hal yang sama, akan menjadi memori jangka panjang yang kemudian mengendap menjadi satu keteraturan di da

lam diri mereka


Jangan lupa menyediakan alas kerja untuk kegiatan EPL yang menggunakan material yang berpotensi tercecer, berserakan, atau terdiri dari komponen kecil. Hal ini untuk mengingatkan anak bahwa kebebasan mencoba permainan tetap memiliki batasan dan tanggung jawab bagi anak.


Menyimpan apresiasi dan ucapan terima kasih kita kepada anak karena telah berkenan mencoba dan berusaha, untuk dilakukan di akhir sesi kegiatan. Agar kita tidak mendistraksi konsentrasi anak dan menjadikan mereka terlalu cepat merasa puas.


EPL di rumah sebisa mungkin dirancang untuk menyajikan pengalaman kehidupan nyata kepada anak dengan materi / perkakas kerja sungguhan (bukan sekedar model mainan atau versi plastik). Meskipun bukan mainan, sebaiknya materi ini disediakan dalam ukuran kecil yang accessible bagi anak sehingga anak dapat menggunakannya kapanpun mereka ingin.


Untuk setiap kegiatan EPL, directress perlu menemukan metode paling efisien sekaligus efektif untuk dipresentasikan pada anak tanpa banyak kata-kata.


Cobalah mempraktekkan lebih dulu satu kegiatan dengan sangat perlahan, cacah dalam gerakan sederhana dan menuliskannya (seperti tahapan membuat resep makanan). Garis bawahi langkah yang penting, tunjukkan masing-masing langkah dengan jelas pada anak dan beri penekanan pada langkah yang penting.


Jika anak telah memperhatikan presentasi namun masih gagal mencapai tujuan ketika mencoba sendiri, koreksi kembali presentasi kita. Kemungkinan ada langkah inti yang terlewatkan sehingga perlu pengulangan presentasi dengan penekanan.


Disusun Oleh

Nafila Rahmawati | 2017

FB: Nafila Rahmawati

IG: @nafilandscape, @khayli_montesstory


Sumber Bacaan:

1. Modul Workshop Montessori At Home, Rumah Aruna

2. The Absorbent Mind, Maria Montessori

3. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar, David Gettman

Beberapa contoh presentasi dalam Montessori

Menuang
https://youtu.be/3kKfCN26HNM


Memeras Spons
https://youtu.be/otroz0_RkKE


Memotong
https://youtu.be/cqwKCP2ffbQ


Menggunting
https://youtu.be/LAwwjY8XkXk


Menyendok
https://youtu.be/r66auVZx35k

Sehari biasanya aku fokus satu kegiatan montessori mba, tapi ada scope and sequence-nya. Misal menuang, aku mulai dari menuang kering, lalu menuang basah jug to jug, jug to two identical glass lalu naik ke jug to glass with limit. Atau kalau meronce, dari tusukan meronce lidi dulu ke pipe cleaner lalu ke benang


Intinya bertahap derajat kesulitannya.


Ini biasanya bisa makan waktu satu jam lebih dengan pengulangan, dan catatan anaknya tetap ditawari apakah masih tertarik melanjutkan aktivitasnya atau mau udahan


In case of "ngga mood" yaa akunya yang harus legowo mengganti jadwal. Body language anak pasti kelihatan mulai malas atau bosan, biasanya malah gelendotan atau mulai ngga fokus dan kualitas kerjanya menurun


Kalau ngga mood-nya di tengah aktivitas, tinggalkan aktivitasnya sambil sounding "kalau nanti Khayli kepengen main lagi, bilang Bunda ya"


Aktivitas penggantinya yaa bermain bebas, sambil beberapa menit kemudian ditawari lagi alternatif penggantinya. Usahakan punya back up plan yang lebih menarik dari aktivitas pertama 😁

Baca buku termasuk kegiatan break kami juga kok

Sedikit koreksi, pincer grisp mungkin yang dimaksud ya.. EPL pada dasarnya kegiatan yang menguatkan pincer grisp, sehingga butuh diulang secara kontinyu. Bisa ditelateni kembali kegiatan menuang dengan genggaman yang tepat, meronce, dan mencapit dengan capitan (besar maupun kecil) pada benda-benda yang teksturnya licin, serta mentransfer air ke wadah menggunakan spons


Intinya repetisi dan komitmen untuk kontinyu melakukan EPL secara bertahap yaa. Good luck Mba ❤

1. Sebenarnya situasi seperti ini bisa dihindari dari awal dengan menerapkan komunikasi efektif pada anak. Jadi kita sbg directress tidak ujug-ujug membawa nampan dan presentasi di depan anak. Ada tahapan kita menatap anak sejajar mata kita dan mengatakan pada mereka dalam suara rendah bahwa kita akan melakukan presentasi


Misal :

Ambil posisi di sisi tangan dominan anak, tatap mata mereka dan rendahkan suara kita (tujuannya untuk membuat anak lebih menyimak dan menurunkan lonjakan energi anak yang berlebih untuk bisa fokus)

"Khayli, Bunda akan tunjukkan cara bermain menuang. Tolong perhatikan ya"


Lakukan presentasi lalu tawarkan pada anak apakah mau mencoba


Kondisi anak yang terburu mengambil alih presentasi memang berarti anak tertarik, tapi meskipun menganut prinsip kebebasan, dalam Montessori ada freedom with limit dimana anak tetap harus diarahkan dengan penuh kasih sayang tentang siklus kerja.


2. Montessori memberikan anak-anak bahan sesungguhnya yang kita gunakan sehari-hari untuk alasan berikut:


- membiasakan anak dengan dimensi, berat, tekstur dan genggaman nyata yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari. Bayangkan jika anak terbiasa berlatih menuang dengan teko plastik yang ringan tapi ternyata ketika beranjak lebih besar ia harus bisa menuang dengan teko keramik. Pengalaman estimasi yang dia dapatkan ketika kecil ternyata tidak berguna untuk diaplikasikan ketika ia lebih besar. Montessori membiasakan anak dengan pengalaman nyata.

- teori respect for the child, dalam Montessori selalu dikedepankan sikap menghargai anak sebagai individu yang utuh. Penggunaan alat sungguhan adalah bentuk konkrit kita memberikan kepercayaan kepada anak, bahwa anak juga mampu mengoperasikan peralatan sebagaimana orang dewasa menggunakan. Dengan diberi kepercayaan, anak akan tumbuh dengan karakter percaya akan kemampuan diri sendiri dan mandiri

Montessori memang jenis kegiatan yang ditujukan untuk anak 2th ke atas Mba, mengingat orientasi kegiatannya untuk mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri anak.


Untuk kegiatan Montessori bagi usia di bawah 2th kebetulan saya belum mempelajari secara khusus, sepengetahuan saya biasanya pada usia sebelum 2th anak perlu diperkaya stimulasi motorik kasar dan stimulasi inderawinya.


Di salah satu sekolah Montessori yang pernah saya kunjungi, anak di bawah usia 2th difokuskan pada latihan bergerak untuk mensupport movement mereka di rentang usia selanjutnya


Jika ada yang punya pengalaman Montessori untuk anak under 2th silakan berbagi yaa 😊


Terkait cara membacakan buku untuk anak under 2th sebenarnya justru jauh lebih mudah ketimbang membacakan buku untuk balita karena gerakan mereka masih terbatas dan mudah tertarik dengan visual, audio atau ekspresi pendongeng yang menarik.


Sedikit tips dari saya, jangan membacakan buku dengan cara "textbook". Serap inti ceritanya dan sampaikan dengan bahasa sederhana, intonasi yang naik turun, ekspresi berubah dan libatkan anak dalam kegiatan membacanya. Ajak mereka menunjuk objek dan mengucapkan dengan jelas (pelankan gerakan mulut kita).


Pahami apa kesukaan anak lalu leburkan hal kesukaan mereka dalam buku yang kita bacakan. Vice versa, pilih buku yang sekiranya menarik perhatian anak lalu bawakan dengan cara yang paling menyenangkan.


Sebagaimana proses dalam Montessori, tidak perlu terburu dengan hasilnya, dalam hal ini ekspektasi kita agar anak suka buku. Nikmati dulu dan jalani prosesnya. Karena sebaiknya, anak bukan hanya diarahkan untuk suka buku melainkan suka membaca (yang akan mengantarkan mereka pada integritas untuk selalu meng-cross check kevalidan dan kesahihan materi yang mereka baca, tidak hanya sekedar buku)

Halo Mba Maya

40 bulan berarti sekitar 3 tahun yah, usia yang pas untuk dikenalkan EPL dan sensory dari Montessori.


Sedikit mengingatkan kembali bahwa tujuan pendidikan adalah membuat anak merasa nyaman dan senang selama mereka menjalani proses pembelajaran. Ada banyak sekali jalan menuju Roma, demikian pula banyaknya jalan menuju tujuan pendidikan. Montessori hanya bagian dari cabang jalan tersebut, satu pilihan metode yang memberikan guidance dan tuntunan kepada praktisi pendidikan dengan cara konvensional namun tepat guna.


Jika dirasakan bahwa anak Mba Maya selama ini sudah bisa menyerap pembelajaran melalu metode pilihan materi yang disediakan di rumah, berarti pembelajaran yang disediakan sudah memenuhi prinsip "berpihak kepada anak" dalam artian anak bisa menikmati. Namun perlu dikembalikan kembali ke fungsi pembelajarannya, apakah anak sekedar menikmati dan have fun atau juga menyerap intisari dan maksud dari pembelajaran yang diberikan.


Kenapa Montessori mengembalikan cara-cara yang agak kuno dan terkesan kurang menarik, karena yang ditekankan dari kegiatannya adalah keterampilannya.


Untuk kegiatan DIY playdough, slime dan kinetic sand sebetulnya juga masuk ke area sensory Montessori. Anak dipersilakan mengeksplor variasi tekstur.


Jika memang ditemui kondisi anak nampaknya kurang menikmati EPL yang sederhana, bisa dicoba dengan meng-combine EPL dan sensory play


Memindah beras bisa coba divariasi dengan beras yang sudah diberi pewarna, begitupun dengan air divariasi dengan air berwarna atau bahkan variasi jenis cairan (susu, minyak dsb). Kebanyakan anak memang lebih tertarik dengan sensory play karena sifat permainannya yang lebih dinamis, namun orang tua harus kembali mengingat manfaat dari kegiatan yang dilakukan anak apakah hanya untuk kepuasan sementara atau kemandirian jangka panjang.


Anak kita memang bukan milik kita, namun tugas kita mempersiapkan mereka dengan bekal kemandirian sebanyak yang kita bisa. Semangat yaa Mba ❤

Halo Mba Marlitha

Untuk EPL sejauh aku membaca ngga ada urutan harus yang mana dulu. Terutama untuk kegiatan menuang, meronce, menjimpit mereka satu level untuk menguatkan pincer grisp


Cuma yang harus diperhatikan memang scope and sequence-nya. Jadi menyediakan level kesulitan untuk menantang anak perlu kita mulai dari yang paling mudah dulu agar anak tidak terlanjur cranky dan ngambek karena merasa kesulitan. Selamat mencoba yaa ❤

Sami2 Mba Maya, hope it helps yaa

Nah kalau membuat mainan dari kardus dicek lagi aja, yang banyak menginisiasi gerakan membuat pola, menggunting dsb apakah anaknya atau ibunya 😁

Untuk kegiatan yang dikategorikan masuk dalam lingkup Montessori kurang lebih mengandung unsur sebagai berikut:
- satu stimulasi pada satu waktu dalam pilihan 5 area kurikulum Montessori (kasus unik untuk EPL yg dicombine dgn sensory play tadi yaa, karena tujuan pertamanya menarik minat anak dulu)
- kegiatan mengandung pesan respect for the child, memposisikan anak terlebih dahulu bahwa mereka bisa
- menggunakan peralatan sungguhan yang kita pakai sehari-hari
- kegiatan menyediakan control of error sehingga ketika anak melakukan kesalahan, anak dapat langsung menyadarinya
- kegiatan menstimulasi anak untuk mencari problem solving

Adakah yang bersedia menambahkan 😊

Halo Mba Dian

Maaf baru online tele lagi yaa, untuk grup Montessori Newbie ini biasanya aku sediakan waktu Kamis-Jumat buat nengokin grupnya 😁
Ngapunten, di rumah cuma sendirian megang anak hehee

Dua anak yg jaraknya ngga terlalu jauh bisa dibarengin kok mba mainnya. Kalau dirasa si Kakak sudah cukup bagus EPL dan sensory-nya bisa masuk ke area bahasa dan matematika untuk persiapan masuk TK

Kalau kakak dirasa masih perlu bermain di area motorik halus, bisa barengan adek main EPL (menjimpit, meronce, menuang dsb).

Biasanya kalau yg lebih tua main bareng yg lebih muda, mereka lebih cepat menguasai materi dan tergerak membantu yg lebih muda

Di sekolah Montessori sendiri biasanya kelas anak usia 3-6th akan dicampur buat memfasilitasi interaksi nyata antara yg senior dan junior

Detail kegiatan EPL atau sensory nanti coba aku kirim fotonya menyusul yaa mba 😊

Wa'alaikumussalam Mba Iin, salam kenal..

Iyap, sebetulnya basic kegiatan Montessori adalah EPL tadi yg sering kepakai sehari-hari. Cuman kalau di Montessori ada guidance untuk presentasi sehingga lebih terarah, adaptasinya di rumah yaa nanti kembali lagi sama value tiap rumah yaa

Montessori juga mengembangkan basic kegiatan EPL tadi ke area lain, menjadi pembelajaran bahasa matematika dst (nanti dibahaa dikit)

The whole package, jadinya Montessori mengenalkan cara belajar ke anak yang harusnya menyenangkan dan konkrit (anak mengoptimalkan inderanya) alih2 anak cuma diam dan mendengarkan secara pasif

Selamat belajar bareng yaah mbaa di sini, paling tinggal 2 minggu lagi materinya 😁

Nafila Rahmawati:
Mba Dian, alhamdulillah anaknya tertarik dengan kegiatan yang disediakan ibunya ya. Justru sensitive period seperti ini yang harus dimaksimalkan betul karena dengan memanfaatkan sensitive period, anak dapat menyerap pembelajaran tanpa ada rasa terpaksa


Temukan jadwal harian di rumah kapan sekiranya anak dalam kondisi fresh dan tidak mengantuk untuk bermain (misal) pompom dengan terarah. Sehingga anak dapat menyimak rules permainan dan menerapkan sesuai arahan. Sebaiknya memang orang tua menemani dan menyediakan variasi bermain pompom agar anak tidak bermain random 😁


Ragam permainan pompom sendiri bisa dikumpulkan dari pinterest lalu disesuaikan dengan metode Montessori apa yang ingin dipakai di rumah. Intinya, sebisa mungkin ketika anak sedang gandrung mengeksplor sesuatu, sediakan diri kita untuk ada sebagai tour guide anak


Tetap perhatikan batasan untuk kebutuhan biologis anak seperti makan dan tidur yaa. Untuk alokasi mengerjakan pekerjaan domestik, coba dirembug lagi bersama suami untuk berbagi tugas mengingat fungsi utama Ibu di rumah salah satunya adalah juga sebagai ummu madrasatul ula 😊

Sebetulnya ukuran anak overstimulasi adalah per kasus ya, jadi akan beda tiap anak. Overstimulasi sendiri terjadi jika ada tumpukan kualitas yang harus dibedakan anak dalam kegiatannya (misal balok geometri warna-warni, anak kadang bingung untuk mengklasifikasi berdasar apa)


Untuk kegiatan EPL berupa menjepit varian huruf yang dipakai sebagai apparatus area Bahasa, aku rasa yang demikian tidak termasuk overstimulasi 😁

Halo Mba Laila!

Aamiin, semoga yang ada di grup ini juga bisa berbagi ilmu seadanya untuk teman lain yang belum kenal Montessori yaa


Betul berempati bisa include dalam social relations dan tata krama. Inti dari berempati adalah kemampuan merasakan dan mendengarkan apa yang terjadi di luar entititas tubuh kita.


Dalam Montessori kemampuan seperti ini dikembangkan lewat permainan Silence Game. Anak diajak untuk menenangkan diri, diam bergeming tanpa suara tujuannya untuk menyadari bahwa ada banyak suara yang tidak mereka sadari sebelumnya.


Menciptakan keheningan mengasah intuisi anak bahwa ketika mereka mencoba "mentiadakan dirinya" mereka bisa menemukan persepsi lain di luar diri mereka. Ada suara burung, gemuruh angin, bunyi pesawat di kejauhan dll. Perlahan anak merasa dia adalah bagian dari jagat raya yang luas beserta isinya.


Silence game secara tidak langsung mendorong anak untuk turut andil dalam upaya komunitas, observasi yang lebih dalam atas hal-hal yang terjadi di dalam maupun di luar diri anak yang sebelumnya kurang disadari

Halo Mba Titin,

Sejauh yang saya pelajari Montessori mengenalkan bahasa Ibu lebih dulu baru beranjak ke bahasa lain saat anak sudah melewati Green Series (penjelasannya ada di di PDF Area Bahasa)


Tapi memang dikembalikan lagi ke value tiap keluarga dalam mengajarkan huruf hijaiyah dan pelafalannya.


Penyebab anak salah menirukan ucapan perlu dicari root problem-nya.

Bisa jadi anak salah mengucapkan karena memang sebatas menghafal dan kapasitas hafalannya belum terbiasa untuk yang panjang. Kadang masalahnya bukan pada seberapa sering kita memperdengarkan pada anak, tapi sebagaimana efektif kualitas penyampaian kita pada anak. Ini tentunya butuh koreksi pribadi 😁


Untuk anak auditori mungkin akan lebih mudah menyerap hanya lewat indera pendengaran mereka, namun anak tipe pembelajar yang lainnya membutuhkan pendekatan yang berbeda agar suatu informasi terekam baik.


Pembelajaran bicara terjadi melalui kegiatan menyimak gerakan bibir ketimbang mendengar. Sehingga mengajarkan anak pelafalan, disarankan mengulang per kata sejelas mungkin dalam ritme yang lambat.


Bisa juga dicoba anak dikenalkan dengan Sandpaper Letter khusus huruf hijaiyah dengan artikulasi pengucapan yang tepat lebih dulu sebelum dikenalkan langsung ke tahap menghafal surah.


Semoga dimudahkan Allah yaa mba 😊

Halo Mba Maya,

It doesn't matter mba.. Kalau aku bilang bukan salah persepsi, cuma butuh ekstensi persepsi hehehe


Membuat anak suka buku adalah pintu pembuka membuat anak suka membaca, insya Allah. Karena membacanya anak yang sudah terbiasa dengan buku dari kecil, termasuk juga membaca gambar, simbol, lambang yang akan menstimulasi mereka untuk mendeskripsikan jauh dari tekstual buku.


Pun aktivitas membaca sebetulnya nanti akan lahir dari banyak arah. Saya ingat ketika kecil, suka sekali membaca papan nama di jalanan dan nama warung untuk men-challenge kecepatan mengeja dengan laju kendaraan 😝


Suka membaca tidak harus selalu lahir dari buku, buku hanya salah satu media mayornya. Justru anak akan overwhelmed kalau pada saatnya dia bisa membedakan huruf lalu langsung disodori buku cerita.


Beda kasus kalau bukunya seperti model Oxford Reading Tree yang memberi level pada pembaca baru.


Membuat anak suka membaca adalah dengan mengajak mereka masuk ke serunya mengeksplor per huruf, per kata, menemukan makna dan realita bendanya lalu menggabungkannya menjadi satu pemikiran utuh. Siklusnya seperti yang aku tulis di PDF yaa


Montessori mengajak kita, directress, untuk menghadirkan kualitas di atas objektivikasi. Sehingga dalam literasi, anak kita ajak untuk suka membaca lewat pengalaman bertahap tidak hanya merendahkan aktivitasnya menjadi sebatas suka objek buku

Sandpaper letter dipakainya dengan cara menggerakkan jemari (terutama ujung jari telunjuk) ke huruf amplasnya mba Maya

Sehingga jari anak merasakan perbedaan tekstur, merasakan lekukan dan sudut tiap huruf dan secara otomatis sudah belajar cara menulis huruf tanpa harus melewati latihan dengan garis putus2

Wait aku carikan video SPL yah

Nafila Rahmawati:
Sedikit masukan teknis dariku ya mba, karena kita sedang belajar Montessori jadi aku bahasnga based on teori dan filosofi Montessori 😁

1. Alas kerja, bisa disiapkan nampan atau alas gulung agar anak belajar tentang konsep ruang kerja. Kalau ada material yang tercecer di luar alas kerja, directress sounding ke anak agar tetap menjaga materialnya di dalam alas kerja

2. Posisi duduk, biasakan anak agar duduk dalam posisi bersila agar tidak mengganggu fleksibilitas gerakan anggota badan lainnya

3. Untuk kegiatan menuang, mentransfer, menyendok dll dalam EPL sebaiknya dibiasakan alurnya dimulai dari kiri ke kanan. Hal ini untuk menyiapkan anak pada kegiatan menulis yang juga dimulai dari kiri ke kanan.
Untuk video alma, nanti bisa diulang dengan mencontohkan gerakan mulai dengan menyendok dari mangkuk sebelah kiri untuk dituang ke sebelah kanan yaa

4. Kuantitas, untuk balita sebaiknya materi yang disediakan cukup sedikit aja agar anak tidak bosan mengulang aktivitasnya. Beras yang disediakan dalam  mangkuk cukup diisi untuk sekitar 3-5x sendokan agar anak ngga bosan ketika harus mengembalikan beras dari mangkuk kanan ke kiri

5. Presentasi dan directress, nah sebetulnya yang perlu dikirim juga video presentasi ibunya nih hehehe.. Ketenangan dan ritme kita dalam mempresentasikan sesuatu ke anak adalah faktor penting untuk performa kerja anak.
Dalam Montessori directress tidak perlu memberi komentar atau arahan ketika anak sedang bekerja, gunanya untuk menjaga konsentrasi dan rasa percaya diri anak

After all, untuk anak under 2th alma sudah menunjukkan ketertarikan dan usaha yang bagus yah mba. Ibunya pun sudah mengupayakan Montessori activity sejak dini

Keep up the good work 👏👏👏

Nafila Rahmawati:
DIY mah bebas yaa, silakan disesuaikan dengan kondisi masing2 keluarga 😁

Kertas amplas sebetulnya easy to cut juga, bisa beli yang ngga terlalu kasar agar tidak melukai tangan anak. Tapi kalau suka yang lembut macam kain flanel pun oke

Yang perlu diperhatikan adalah adanya perbedaan level tekstur dari cardboard yg jadi alas huruf flanel dan kain flanelnya

Sedikit tricky mengingat cardboard permukaannya biasanya juga halus. Sementara kain flanel pun halus.

Sudah dicobakan kah ke Ayesha? Kalau anaknya sudah paham bahwa bermainnya adalah fokus ke kain flanelnya, aku rasa fine2 aja 😁😁