MENGATASI ANAK SUSAH MAKAN
Oleh:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Fasilitator Pelatihan Orangtua di 7 Negara 27 Propinsi lebih dari 80 kota di Indonesia
Semua anak yang punya perut, pasti lapar! Jadi, kenapa ada susah makan, padahal ia tidak sedang sakit?
Membuat anak mau makan, bagi sebagian orangtua bukanlah perkara sulit. Terkadang yang muncul bukan susah makan, sekira 10% orangtua yang mengadukan anaknya soal makan kepada saya, justru anaknya malah susah diberhentikan makan. "Makan melulu anak saya abah. Mulutnya itu gak bisa nganggur! Anak kelas 4 SD berat badanya hampir segede ayahnya!", ujar seorang ibu kepada saya.
Akan tetapi, bagi sebagian orangtua yang lain, membuat anak mau makan bisa jadi tidak sepele dan tidak sederhana. Tak jarang perkara ini bisa jadi salah satu perkara yang membuat stres orangtua.
Betapa tidak, jika anaknya susah makan, akibatnya asupan gizi anak jadi kurang. Akibatnya tubuh anak memiliki daya tahan yang lemah. Akibatnya anak jadi gampang sakit.
Belum lagi yang paling berat jika sudah muncul komentar dari nenek-kakek anak-anak "bisa ngurus anak gak sih!" Apalagi jika yang ngomong nenek "sebelah". Duh pedas! "Tatitnya tu di tini..." (Sambil serius nunjuk dada).
Jika orangtua sudah sampai pada titik dan tak mampu menghadapi tekanannya, selanjutnya bisa jadi malah anak yang jadi obyek pelampiasan emosi negatif orangtua. "Gara-gara kamu nih Mama jadi dimarahin nenek!"
"Anak saya 6 tahun, mau makan sih, tapi kalau makan maunya disuapin. Kalau nggak disuapin. Sampai sore pun tidak akan makan", keluh seorang orangtua di Medan.
"Anak saya kalau di sekolah makannya sering habis. Tapi kalau di rumah kok susah banget!" Kata seorang ibu di Yogya.
"Aduh saya sudah melakukan segala cara abah. Anak saya kurus kering gara-gara susah makan. Padahal saya sudah berikan anak saya vitamin ini itu, dicekokin jamu, datangi dokter anak, psikolog dan berbagai hal. Masih saja anak saya sussh makan! Bagaimana ini?" Kata seorang ibu lain di Makassar.
Hasil pengamatan saya dengan banyak orangtua yang "sharing" dengan saya soal ini, biasanya anak-anak susah makan berlangsung ketika berusia antara usia 1,5 tahun sampai kira-kira 7 tahun. Dengan puncaknya terjadi pada usia 2-3 tahun.
Inilah fase dimana masa ego anak berkembang. Inilah fase dimana anak merasa "aku adalah diri yang terpisah dari mama papa." Inilah fase dimana anak merasa bahwa ia adalah bagian tersendiri yang terpisah dari orang dewasa. Inilah fase dimana anak ingin menunjukkan eksistensinya. Pantas saja orang bule menyebutnya "The Terrible Two atau "The Terrible Three".
Jika kita perhatikan dengan seksama diantara banyak sebab anak susah makan ada dua penyebab dominan anak susah makan selain sebab-sebab lainnya. Sekali lagi, saya sebut sebab dominan, karena diuar dua sebab ini mungkin ada sebab-sebab lain yang menimbulkan anak susah makan, tapi dua sebab inilah yang paling sering menyebabkannya.
Yang pertama saya sebut sebab alamiah (nature) yaitu karena ada masalah dengan tubuh anak berkaitan dengan kesehatannya. Penyebab kedua adalah karena pola asuh yang kurang tepat yang saya sebut penyebab buatan (nurture). Ada juga sebagian kecil orangtua yang menyangka anaknya susah makan karena kurangnya variasi makan dan rasa makanan yang mungkin kurang lezat
Di luar dua sebab dominan, sebab yang terakhir, meski dalam beberapa kasus sungguh-sungguh terjadi, penyebab anak susah makan karena bermasalah dengan variasi makannya, sesungguhnya adalah turunan dari sebab kedua: pola asuh yang tidak tepat. Nanti saya akan jelaskan logikanya. Karena itu dalam tulisan ini, saya akan lebih banyak memfokuskan pada dua sebab dominan tadi.
Penyebab anak susah makan yang alamiah ini diantaranya mulutnya lagi sariawan sehingga kesakitan mengunyah, gigi baru tumbuh, sakit gigi, alergi makanan tertentu atau juga karena ada gangguan pada bagian pencernaan anak. Bisa juga sakit lainnya seperti sakit demam atau lainnya yang diakibatkan serangan virus dan bakteri. Kita tahu, jangankan anak, pun kita orang dewasa saat dalam keadaan sakit, rasanya makan sangat tak selesa dan tak selera.
Solusi untuk masalah susah makan karena sebab pertama, tidak ada kata lain selain sabar dan ikhtiar. Bersabar menghadapi anak saat kesakitan dan terus berikhtiar menyembuhkan sakitnya sehingga akhirnya anak menjadi berselera makan kembali.
Jika anak dalam keadaan sehat, tidak ada ganggun pada pencernaannya, tidak ada pada mulut, lidah atau giginya, kemungkinan besar anak susah makan adalah karena sebab kedua: pola asuh yang kurang tepat. Maksudnya?
Katakanlah anak dalam keadaan sehat atau tidak dalam keadaan sakit. Lalu Anda mengeluh anak Anda susah makan seperti diceritakan 3 orangtua di Medan, Semarang dan Yogya sebelumnya. Saya ingin Anda membayangkan situasinya.
Misalkan suatu hari di penghujung bulan, Anda meninggalkan anak balita Anda di rumah bersama kakaknya yang sudah SMP. Lalu, Anda harus meninggalkan anak seharian di hari libur dari pagi setelah sarapan sampai sore hari. Misalnya anak Anda dari pagi di rumah terus. Tidak ada snack tersedia di dalam lemari es. Pun sewaktu di rumah Anda hanya memasak nasi dan lupa menyiapkan lauk untuk makan siang anak Anda karena terburu-buru. Yang Anda tahu, hanya tersedia kecap di dapur bekas makan nasi goreng tadi pagi.
Menurut Anda jika pada saat siang hari anak Anda kelaparan dah hanya tersedia nasi dan kecap, kira-kira anak Anda makan tidak?
Saya tidak tahu dengan jawaban Anda, tapi ketika saya tanyakan ini pada sekumpulan peserta pelatihan saya yang jumlah sekali pelatihan biasanya 100-200 orang ini, jawaban mereka kebanyakan sama persis "ya pasti makanlah!"
Lalu saya tanya lagi kepada yang menjawab hampir sama tadi "jadi, jika tidak ada orangtua, anak mau makan, tapi jika ada orangtua, anak malas makan. Penyebabnya siapa?"
"Orangtua"! Jawaban mereka terkekeh.
Jadi, makanan enak, lezat dan variatif itu sebenarnya nomor sekian. Buktinya, meski makan dengan kecap doang anak mau makan kan?
Penyebab anak susah makan ternyata orangtua sendiri, diperkuat juga dengan kenyataan bahwa ternyata sebagian anak balita ada yang mau menghabiskan makanan saat di sekolah tapi tidak saat di rumah.
Kok orangtua? Orangtua yang mana? Lebih sering terjadi pada orangtua-orangtua yang tipe lembek pada anak. Buka lembut pada anak lho ya, tapi lembek. Tidak berarti orangtua-orangtua ini tidak pernah marahin anak. Orangtua lembek adalah orangtua yang seringkali dikalahkan oleh anak lalu menuruti keinginan anak hanya karena anak nangis, teriak, rewel dan ngamuk.
Sebagian mereka memang bahkan mencubit, membentak atau memukul anak tapi eh dipenuhi juga keinginan anak gara-gara anak nangis. Galak di awal, ujungnya lembek. Bahasa lainnya, kasar tapi lembek. Kebalikan dari pola asuh yang lebih positif: lembut tapi tegas, tegas tapi lembut.
Demikian juga pada kasus anak susah makan. Di luar sebab anak tengah sakit, sesungguhnya saya heran kalau ada orangtua yang cerita anaknya susah makan.
Konsep dasarnya begini: semua anak punya perut kan? Semua yang punya perut jika kita manusia yang normal, insya Allah akan lapar! Semua orang yang lapar insya Allah membutuhkan makanan. Begitu kan? Lalu kenapa jadi susah makan? Heran tidak tuh!
Ya penyebabnya karena pola asuh lembek tadi!
Kasus 1: Andi (4 tahun) pagi-pagi setelah mandi langsung tancap gas ke luar rumah. Ia memanggil teman sebayanya abidah (3 tahun) dan Umar (4 tahun).
"Makan dulu nak!" Panggil ibunya.
"Nggak mau!"
"Nanti kamu sakit!"
"Nggak akan!"
Digotonglah anak ini masuk ke dalam rumah. "Eh ini anak kabur lagi!" Susah anak ini diajak makan. Giliran jajan aja mau!
Kasus 2: Nisa (3 tahun) sudah bangun dari sejak jam 5. Ia asyik nonton tv pagi-pagi lalu main sendirian dengan balok-balok mainnya.
Kata ibunya "Disuruh makan susah banget. Sudah dibujuk rayu, diancam gak diajak pergi. Gak ngaruh! " Bingung saya.
Terus apa yang dilakukan ibu ini?
"Daripada anak saya mati kelaparan, ya saya kasih susu sama snack".
Kasus 3: Nadya (5 tahun), kalau makan pilih-pilih. Kalau tidak sesuai dengan keinginannya, pasti dia tak mau makan. Apalagi kalau disuruh makan sayur, susahnya minta ampun!
"Padahal saya sudah katakan sama dia kalau tak makan tidak apa. Ibu tidak akan maksa. Eh sampai sore anak ini kuat tak makan!"
Apa yang dapat dilakukan dengan semua kejadian ini?! Berdoalah agar Anda dikuatkan untuk mempraktikkan apa yang akan saya jelaskan berikutnya. Tidak akan mudah buat orangtua MALAS, tapi tak sulit untuk orangtua yang BERSUNGGUH-SUNGGUH.
Usul saya, lakukan pendekatan pertama:pendekatan nilai dan ilmu pengetahuan. Sering-seringlah bercerita, mendongenglah dengan anak baik dengen media buku ataupun secara oral yang isi cerita atau dongengnya memiliki pesan "manfaat makanan untuk tubuh". Berikan anak penjelasan apa fungsi makanan, bagaimana makan yang sehat, seperti apa makanan halal dan thoyyib dan apa akibatnya jika tak melakukannya?"
Lakukan dengan sering. Tidak akan berdampak sebulan dua bulan kelihatan hasilnya memang. Tapi secara jangka panjang, 5-10 tahun kemudian, insya Allah akan terekam dalam pikiran bawah sadar anak.
Cukup? Tentu saja tidak! "Dari dulu juga sudah saya kasih penjelasan kalau sekadar pendekatan begini! Tapi gak 'ngefek' ", begitu bisa jadi yang akan Anda katakan ketika saya menawarkan pendekatan pertama ini. Syukurlah Anda melakukannya. Jika belum, lakukanlah. Insya Allah bermanfaat kelak sampai anak dewasa.
Tambahkan pendekatan yang kedua: makanlah selalu berjamaah! Jangan pernah anak dibiarkan makan sendirian. Ketika semua anggota keluarga makan berkumpul, maka anak Anda akan memahami "oh semua orang di rumah ini harus makan ya?"
Jangan sampai ibu makan di meja makan, ayah makan di sofa, lalu anak makan di teras rumah! Aduh! Keluarga macam apa ini? Makan berjamaahlah, ini bagian dari sunnah Rasul kita.
Makan sendiri-sendiri dan makan berjamaah akan memberikan "semangat" berbeda untuk anak termotivasi makan.
Setelah pendekatan kedua Anda lakukan, sekarang saatnya Anda lakukan pendekatan ketiga: pendekatan ketegasan. Inilah biang kerok utama penyebab anak jadi susah makan. Beberapa contoh kasus yang saya contohkan dari awal tulisan ini hakikatnya adalah kurangnya ketegasan orangtua pada anak.
Maksudnya anak harus dipaksa makan? Saya tidak mengatakan begitu. Baca baik-baik penjelasan saya berikutnya.
Kasus 1
Andi (4 tahun) pagi-pagi setelah mandi langsung tancap gas ke luar rumah. Ia memanggil teman sebayanya abidah (3 tahun) dan Umar (4 tahun).
"Makan dulu nak!" Panggil ibunya.
Lakukan ini "ibu tidak akan maksa kamu makan. Kalau belum mau makan tidak apa nak. Tapi maaf kamu tidak bisa dulu main keluar rumah."
Lalu sekarang Anda kunci pintu akses keluar rumah. Titik. Tak usah banyak bicara.
Kira-kira apa yang akan terjadi? Bisa jari salah satu hal berikut:
a. anak menangis dengan kerasb. anak menyerang secara fisik lalu ngamukc. anak memprovokasi orangtua dengan kalimat yang mungkin dapat menyayat hati orangtua "mama jahat! Mama gak sepeti ayah!"
Apa yang dapat Anda lakukan?
a. "Kalau mau nangis, silahkan. Kalau sudah berhenti nanti boleh dekatin mama ya. "
b. "Adik marah ya? Boleh marah tapi tidak menyakiti ibu dan tidak merusak barang. Berhenti ya." (Time In!). Lalu ketika anak tak berhenti Anda gotong anak di kamar, kunci dari luar selama 4 menit (Time Out!).
Setelah 4 menit anda peluk anak "mama minta maaf ya, tapi kalau mukul mama dan merusak barang lagi. Mama terpaksa menyimpan kamu lagi di dalam kamar.
C. "Gak apa apa kamu mau ngomog apapun ya nak. Karena mama sayang kamu, maka mama harus melakukan ini".
Selanjutnya jangan banyak bicara. Kunci saja jangan sampai lolos keluar rumah.
Lakukan ini secara berulang. Kira-kira 10-20x Anda melakukan ini dan tak membiarkan anak lolos keluar rumah Anda, insya Allah anak Anda akan mulai melakukan apa yang Anda minta "adik boleh kok main keluar rumah, tapi setelah makan ya nak!"
"Tapi dicuapin ya?" nah kalau sudah ngomong begini, tanda anak Anda sudah berhasil Anda taklukkan. Mau disuapin atau tidak terserah Anda.
"Anak saya gak jadi keluar rumah karena saya kunci. Tapi anak saya tetap tak mau makan Abah! Eh malah asyik membongkar kotak mainannya!"
Ambil kotak mainannya. Yang sudah dikeluarkan masukkan lagi. "Tidak bisa ambil mainan dulu nak sebelum makan. Juga kamu gak bisa nonton tv dulu, tidak boleh baca buku dulu, tidak boleh sebelum makan! Jika mau makan silahkan jika tidak, tidak apa belum mau makan. Tapi tak bisa melakukan apapun dulu ya nak!"
Kasus 2:
Nisa (3 tahun) sudah bangun dari sejak jam 5. Ia asyik nonton tv pagi-pagi lalu main sendirian dengan balok-balok mainnya.
Kata ibunya "Disuruh makan susah banget. Sudah dibujuk rayu, diancam gak diajak pergi. Gak ngaruh! " Bingung saya.
Terus apa yang dilakukan ibu ini?
"Daripada anak saya mati kelaparan, ya saya kasih susu sama snack".
Parents, ini dia yang sering membuat orangtua menyerah. Akibat anak tak mau makan eh anakknya dijejali susu dan snack.
Menurut Anda jika anak sering-sering makan snack atau jajandi luar? Apakah anak jadi semangat di rumah?
Sebagian besar anak yang terlalu sering jajan akan malas untuk makan di rumah. Karena pada dasarnya, ukuran perut anaknya ya "segitu-gitu" saja.
Demikian juga akibat tidak sabar, akhirnya anak jadi tambah malas makan ketika dikasi susu. Lah anak jadi merasa cepat kenyang kan? Jika anak anda termasuk yang tidak susah makan, saat pagi hari, mau dikasi susu kek, mau dikasi snack kek, gak masalah sebenarnya. Masalahnya sekarang, yang kita bicarakan adalah anak yang susah makan kan? Apa yang akan terjadi saat anak susah makan malah dijejali susu dan snack?! Tambah susah makan dong!
Akibat tidak tegaan, akhirnya orangtua terpaksa memberikan anaknya susu. Memang sih susu itu baik. Tapi jika setiap pagi sarapannya hanya susu, gizinya seimbang tidak? Apakah bagus untuk tubuh anak?
Akibat gizinya tak seimbang, apakah anak akan lincah berlari? Akan ceria bermain? Akibatnya, akibatnya, akibat selanjutnya (sengaja saya ulang-ulang biar 'ngeh!') tumbuh kembangnya terhambat.
Apa yang dapat dilakukan? Biarkan anak lapar! Jika anak tidur habis isya insya Allah secara alamiah anak akan bangun shubuh. Makin tidur larut makin bangunnya juga tambah siang. Jika anak bangun dari shubuh, secara normal insya Allah anak sebenarnya akan lapar otomatis kira-kira pukul 7-8. Kecuali Anda yg baru mau praktik merubah kebiasaan lembek menjadi tegas, paling telat-telat, anak Anda akan lapar dan minta makan kira-kira jam 10.
Jika anak mau makan karena lapar atas permintaan sendiri dan bukan dipaksa makan, insya Allah makannya akan lahap,Meski hanya dengan telur ceplok sekalipun!
Jadi ingat-ingat ya rumus utamanya supaya anak berminat makan: "biarkan anak lapar!"
Menurut Anda, makan yang paling "di dunia" itu kapan?" Saat makan di restaurant mahal? Saat makan di hotel berbintang? Saat makan di tengah sawah ditemani angin semilir? Itu semua bisa betul. Tapi tiap orang bisa beda pendapatnya. Tapi bagaimana kalau saya ngomong salah satu momen paling enak makan adalah saat kita tengah buka puasa? Saya yakin banyak orang berpendapat sama!
Saat lapar, jangankan makanan enak, makanan tidak enak pun: ular, tikus, daun-daunan, mungkin saja terpaksa disantap jika kondisinya Anda tersesat di tengah hutan dan Anda belum makan 3 hari 3 malam!
Bahkan jika Anda melakukan tiga pendekatan ini, tanpa harus disuapin, tanpa harus anak dipaksa mulutnya untuk membuka, tanpa harus diiming-imingi reward: dibelikan ini dan itu. Insya Allah anak akan makan. Ingat, anak kita punya perut. Semua yang punya perut akan lapar jika dia dalam keadaan normal (tidak sakit). Dan semua yang lapar insya Allah makan.
Dengan izin Allah sekira 1 tahun yang lalu seorang ibu di Makassar mengatakan ini "Abah, mungkin Abah lupa dengan saya. Alhamdulillah abah anak sekarang makannya sudah lahap! Sudah gak kurus kering lagi. Anak saya 5 tahun Abah, sekarang badannya gemuk. Makan apa saja sekarang gak rewel.
Padahal waktu dia 3 tahun saya stress banget. Susah banget anak saya makan. Saya sudah melakukan banyak cara: dikasih vitamin, minyak ikan, obat ini itu, konsultasi ke sana kemari. Ternyata ketika saya melaksanakan apa yang Abah katakan di Pelatihan Progra Disiplin Anak (salah satu jenis kursus orangtua yang saya selenggarakan), sederhana sekali, penyebabnya sebenarnya saya yang kurang sabaran. Dahulu, saya maksa-maksa anak makan. Padahal ketika anak saya biarkan lapar, dia gampang banget makan."
Segala puji bagi Allah yang telah menguatkan orangtua ini. Masih kesulitan? Silahkan email saya.
Salam yuk-jadi orangtua shalih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar