๐๐RESUME KULWAP๐๐
๐Tema: Perkembangan Psikoseksual Manusia
๐จ๐ฝ๐ซNarasumber: Surayya Hayatussofiyyah, M.Psi, Psikolog
๐Waktu: Kamis, 22 Maret 2018
⏰ Pukul 09.00- selesai
๐ moderator :
1. Maulita Kusumawati
2. Leni Ratna Ningsih
๐ notulen :
1. Anit Pranita Devi
2. Ika Andriyani
*CURRICULUM VITAE NARASUMBER KULIAH WHATSAPP LEARNING MAMA*
✨ Nama lengkap : Surayya Hayatussofiyyah
✨ Status keluarga : Menikah
✨ Domisili : Yogyakarta
✨ FB / IG / WEBSITE:
FB: Surayya Hayatus Sofia
✨ Riwayat pendidikan/pengalaman:
๐ปSDN 018 Samarinda
๐ปSMP IT Madina
๐ปSMAN 1 Samarinda
๐ปS1 Psikologi UPI
๐ปS2 Psikologi Profesi bidang klinis UII
✨ Aktivitas saat ini: IRT (utama), Psikolog (insidental)
✨ Preferensi Bidang Bahasan Kulwap yang disampaikan:
◽Kehamilan
◽ ASI
◽ MPASI
✅ Parenting
✅ Psikologi Anak
◽ Pendidikan
◽Kesehatan keluarga
◽Keuangan keluarga
◽ Harmonisasi Pasutri
◽Home & Kitchen
๐ถ *SELAYANG PANDANG*๐ถ
*Tahap Perkembangan Psikoseksual Manusia*
❤๐ป❤๐ป❤๐ป
Manusia memiliki berbagai macam perkembangan, mulai dari perkembangan fisik, kognitif, afektif, dan juga tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Tahapan perkembangan psikoseksual merupakan salah satu teori yang sangat terkenal dalam dunia psikologi dengan tokohnya yaitu Sigmund Freud. Sigmund Freud merupakan tokoh dalam aliran psikoanalisa yang sangat populer dengan konsep mengenai alam sadar dan ketidaksadaran dalam jiwa manusia.
Freud mengungkapkan bahwa manusia, pada dasarnya sudah memiliki dorongan-dorongan, yang dikenal dengan istilah libido sejak kecil. Freud dipandang sebagai teoretis psikologi pertama yang memfokuskan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian. Dia berpendapat bahwa masa anak (usia 0-5 tahun) atau usia pregenital mempunyai peranan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian atau karakter seseorang. Karena sangat menentukannya masa ini, dia berpendapat bahwa " _The child is the father of man_" (anak adalah ayah manusia). Berdasarkan hal ini, maka pada masalah kejiwaan pada usia selanjutnya (khususnya usia dewasa), faktor penyebabnya dapat ditelusuri pada usia pregenital ini.
Dorongan atau libido ini berkaitan dengan energi-energi psikis yang akan muncul pada manusia, bahkan sejak bayi, dan tersebar di dalam bagian-bagian tubuh, yang berada pada rentang usia tertentu. Berikut ini adalah tahap-tahap perkembangan psikoseksual manusia.
1⃣ *Fase Oral (0 – 1 _atau dua_Tahun)*
๐กArea pemuasan: Mulut
๐กperistiwa penting: masa penyapihan
Pada masa ini libido didistribusikan ke daerah oral sehingga perbuatan menghisap dan menelan menjadi metode utama untuk mereduksi atau menurunkan ketegangan dan mencapai kepuasan (kenikmatan). Karena mulut menjadi sumber kenikmatan, maka anak akan menikmati peristiwa menyusu pada ibunya dan juga memasukan segala jenis benda ke dalam mulutnya, termasuk jempolnya sendiri. Mengunyah, melepeh, bahkan mengigit adalah kegiatan yang disenangi anak pada masa oral ini.
Maka dari itu, peristiwa yang cukup penting dalam masa ini adalah bagaimana proses penyapihan berlangsung. Apakah kebutuhannya telah terpenuhi dengan baik, waktunya cukup dan sesuai, dan cara menyapih dapat menentukan apakah si anak merasa puas atau tidak dalam fase ini.
Para ahli psikoanalisa berpendapat bahwa individu yang dimana tahapan oralnya tidak terpenuhi dengan baik, bisa saja mengalami regresi (kemunduran). Misalnya saja pada usia dewasa, masih suka menggigit pulpen atau kukunya, merokok, sikap obsesif terhadap makan, senang berdebat, sikap sarkastik, dan melakukan kegiatan atau perilaku yang berhubungan dengan bagian mulut secara berlebihan, sebagai kompensasi atas tidak terpenuhinya keinginan pada tahapan oral di masa kecilnya.
Di samping itu ketidakpuasan ini akan berdampak kurang baik bagi perkembangan kepribadian anak, seperti: merasa kurang aman, selalu meminta perhatian orang lain atau egosentris. Sama halnya dengan anak yang tidak mendapat kepuasan, anak yang mendapat kepuasan secara berlebihan pun ternyata berdampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadiannya. Dia akan menampilkan pribadi yang kurang mandiri (kurang bertanggung jawab), bersikap rakus, mudah menelan perkataan orang lain, dan haus perhatian atau cinta orang lain.
Maka yang perlu orangtua perhatikan pada masa ini adalah:
❤Segera penuhi kebutuhan makan dan minum (khususnya menyusu) pada anak. Dengan ini anak akan merasa dicintai dan membangun kepercayaan awal dengan dunia luar
❤Perhatikan rentang usia pada fase ini yang baiknya hingga usia 2 tahun. Maka usia tersebut adalah waktu yang baik untuk menyapih (termasuk menyusu dari dot). Anak dibiasakan untuk minum dari media lain yaitu dengan sedotan, _cup feeder_, atau langsung dari gelas. Lebih dari usia tersebut sebaiknya orangtua segera mengalihkan perhatian anak saat ia masih terlihat 'berkutat' dalam fase oral. Jangan dibiarkan apalagi sampai bertahun-tahun.
❤Lakukan penyapihan dengan cinta agar anak terhindar dari trauma. Waktu yang dibutuhkan anak dalam penyapihan tentunya berbeda-beda. Lihat bagaimana reaksi anak dan hindari menggunakan cara2 kasar ataupun membohongi anak.
❤masa penyapihan ini harus siap dari pihak orangtua, khususnya ibu dulu. Siap untuk melepaskan momen romantis menyusu dengan anak, sampai siap dengan kerewelan anak di masa2 awal penyapihan.
2⃣ *Fase Anal (1 – 3 tahun)*
๐กarea pemuasan: Anal/ dubur
๐กperistiwa penting: _Toilet training_
Pada fase anal, letak pemuasan dari libido atau dorongan seseorang berada pada bagian anal atau dubur. Anak akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan, dan peristiwa buang air besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat. Maka tidak heran jika pada masa ini anak akan mengalami sensasi tersendiri saat menahan pipis ataupun pup. Dan kenikmatan ini selesai saat kotoran telah berhasil dikeluarkan.
Pada tahap ini anak mulai diajarkan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua (lingkungan), seperti hidup bersih, tidak mengompol, tidak buang air (kecil atau besar) sembarangan. Maka dari itu, fase ini merupakan fase yang tepat untuk melakukan _toilet training_, yaitu usaha sosialisasi nilai-niai sosial pertama yang sistematis sebagai upaya untuk mengontrol dorongan-dorongan biologis anak. Freud yakin bahwa dari fase anal inilah kontrol diri dan penguasaan diri seseorang akan terbentuk.
Ada beberapa kemungkinan cara orang tua memberikan _toilet training_ ini, dimana ketiga cara tersebut memberikan dampak tersendiri terhadap perkembangan anak, yaitu:
๐ปsikap terlalu keras, dimana dapat menanamkan tingkah laku keras kepala dan kikir
๐ปsikap terlalu membiarkan, dapat menanamkan sifat ketidakteraturan/jorok, destruktif, semaunya sendiri, dan kekerasan/kekejaman
๐ปsikap pengertian dan membimbing dengan kasih sayang, menamkan sifat tanggung jawab, kreatif, dan produktif.
Pada tahap anal ini juga orangtua dapat mulai mengajarkan pendidikan seks dari hal kecil yaitu membiasakan anak tidak sembarang membuka baju dan celananya. Membuka baju dan celana hanya dilakukan saat akan mandi atau buang air dan hanya boleh dilakukan oleh keluarga atau pengasuhnya saja.
3⃣ *Fase Phalik (3 – 5 tahun)*
๐กArea pemuasan: alat kelamin
๐กperistiwa penting: identifikasi terhadap orangtua dan krisis _oedipal_
Pada fase ini, pemuasan libido atau dorongan seseorang berada pada alat kelamin. Anak-anak sudah mulai paham dan menyadari perbedaan secara anatomis antara laki-laki dan perempuan, dan menyadari fungsinya sebagai makhluk sosial yang memiliki perbedaan jenis kelamin. Anak mulai tertarik dan bereksplorasi dengan adanya perbedaan jenis kelamin ini. Terkadang mereka akan suka membuka rok ibunya, meraba dada dan alat kelamin orangtuanya.
Anak akan terlihat senang dan banyak bereksplorasi dengan alat kelaminnya. Bisa dengan memegang, mengelus, memijit, atau menggesek-gesekkannya. Dengan aktivitas ini anak akan merasakan sensasi dan kepuasan tersendiri. Tapi kepuasan dan kenikmatan ini tentunya berbeda dengan yang dirasakan orang dewasa saat melakukan masturbasi. Tidak sekompleks itu. Namun saat melihat hal ini, kebanyakan orangtua akan panik dan malah memarahi anaknya. Hal ini jika berlebihan dapat membuat anak merasa takut yang nantinya bisa berkembang menjadi dasar gangguan seperti homoseksual.
Walaupun pada dasarnya, anak suka memegang alat kelamin pada fase ini adalah normal, namun orangtua tetap tidak boleh membiarkan begitu saja perilaku tersebut karena dikhawatirkan perilaku ini akan terus berulang menjadi kebiasaan masturbasi pada masa mendatang. Berikut beberapa hal yang harus orangtua perhatikan:
๐ปJangan menampakkan emosi negatif berlebihan. Kaget merupakan hal yang wajar namun perbuatan seperti memarahi, membentak, menghukum, atau mempermalukan anak di depan umum hendaknya tidak dilakukan. Hal ini dapat membuat salah persepsi mengenai kelamin pada anak, jiwanya terluka dan bisa mengalami trauma. Anak juga bisa jadi malah melakukannya diam2 di belakang kita.
๐ปberi penjelasan sederhana yang dapat dipahami anak. Misalnya " _penis bukan mainan ya. Kalau dipegang-pegang terus bisa kotor nak, bisa luka, nanti sakit_". Lebih baik langsung gunakan bahasa yang benar seperti penis, daripada menyebutnya burung, dll.
๐ปTidak menampik tangan anak dengan kasar. Lakukan dengan perlahan dengan disertai penjelasan sederhana. Jika masih melakukan, hentikan tangannya dan tegur dengan lembut bahwa itu bukan perbuatan yang baik dan minta anak tidak mengulangi.
๐ปalihkan perhatiannya dengan bermain atau aktivitas fisik. Anak yang energinya banyak dihabiskan untuk beraktivitas fisik, biasanya akan lupa akan kesenangan memainkan kelamin ini.
๐ปayah ikut berperan sebagai contoh untuk anak laki2. Ketika anak melihat ayahnya tidak pernah memegang-megang kelamin di tempat umum, itu akan menjadi contoh yang baik untuk ditiru anak.
๐ปSering beri pelukan pada anak. Anak yang terpenuhi dengan baik kebutuhan akan kasih sayangnya, biasanya akan merasa nyaman tanpa perlu mencari kepuasan dengan cara lain.
Pada fase anal, biasanya sering muncul krisis oedipus yaitu _Oedipus Complex_ dan _Electra Complex_. _Oedipus Complex_ merupakan rasa “suka” antara anak laki-laki dengan ibunya, sedangkan _Electra Complex_ merupakan rasa “suka” antara anak perempuan dengan ayahnya. Rasa suka ini juga biasanya disertai dengan rasa cemburu pada orangtua yang sama jenis kelaminnya dengan anak. Jika konflik oedipus ini tidak diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan adanya gangguan emosi di kemudian hari.
Agar perkembangan anak pada tahap ini dapat berjalan dengan baik, tidak mengalami hambatan, maka sebaiknya orang tua memperhatikan hal-hal berikut:
❤Orang tua memelihara keharmonisan keluarga.
❤Ibu memerankan dirinya sebagai seorang feminim, bersikap ramah, gembira dan memberikan kasih sayang.
❤Ayah mampu memerankan dirinya sebagai figure yang menerapkan prinsip realitas dalam menghadapi segala masalah hidup, tanpa melarikan diri dari masalah atau bertindak berlebih-lebihan.
❤Ayah dan ibu memiliki komitmen yang tinggi dalam mengamalkan nilai-nilai agama yang dianutnya.
❤Ayah bersikap demokratis, penuh perhatian, dan akrab dengan anak.
4⃣ *Fase Laten (5 – 12 tahun)*
๐กarea pemuasan: tidak ada
๐กPeristiwa penting: kontak sosial anak dengan lingkungannya
Fase ini merupakan fase tenang, dimana anak – anak akan lebih sibuk dengan kegiatannya tanpa “diganggu” oleh munculnya libido dan dorongan-dorongan seksual. Pada fase ini, anak-anak cenderung bermain dan berteman, terutama dengan anak-anak lain ataupun orang dewasa yang memiliki jenis kelamin sama.
Tahap ini dipandang sebagai masa perluasan kontak sosial dengan orang-orang di luar keluarganya. Oleh karena itu proses identifikasi pun mengalami perluasan atau pengalihan objek. Yang semula objek identifikasi anak adalah orang tua, sekarang meluas kepada guru, tokoh-tokoh sejarah atau para bintang (seperti film, musik dan olah raga).
Kegagalan dalam fase ini dapat mengakibatkan kurang berkembangnya kontrol diri sehingga anak gagal dalam mengalihkan energi psikis secara efisien pada minat belajar dan mengembangkan keterampilan.
Walaupun pada dasarnya libido anak ditekan dalam tahap ini, namun keinginan tahuan tentang seksualitas akan terus berlanjut. Anak biasanya akan mencari informasi dari teman-teman sebayanya dimana kebanyakan informasi yang ada malah menyesatkan. Inilah pentingnya keterbukaan dengan orangtua sehingga anak terhindar dari informasi yang salah atau mencari dari sumber seperti internet yang beresiko besar anak dapat terpapar pornografi.
5⃣ *Fase Genital (12 tahun ke atas)*
๐กarea pemuasan: organ genital
๐กperistiwa penting: membangun hubungan yang lebih intim (akrab) dan berkontribusi pada lingkungan
Tahap-tahap perkembangan psikoseksual manusia yang terakhir adalah fase genital. Pada fase ini, organ – organ reproduksi sudah mulai matang, dan pusat keinginan, libido, dan juga dorongan seksual berada pada alat kelamin. Pada fase ini, mulai muncul jalinan relasi heteroseksual.
Pada periode ini anak mulai mengembangkan motif untuk mencintai orang lain atau mulai berkembangnya motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain).
Motif-motif ini mendorong anak (remaja) untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dan persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan dan berkeluarga. Masa ini ditandai dengan proses pengalihan perhatian, dari mencari kepuasan atau kenikmatan sendiri (yang bersifat kekanak-kanakan atau selfish) kepada kehidupan sosial orang dewasa dan berorientasi kepada kenyataan (prinsip realitas) atau memperhatikan kepentingan orang lain.
❤๐ป❤๐ป❤๐ป❤๐ป❤๐ป
Demikian, semoga memberikan manfaat sebagai tuntunan orangtua dalam membersamai anak dalam tiap tahap perkembangannya ๐❤
๐ *TANYA JAWAB* ๐
Keterangan:
๐ฉ๐ป : penanya
๐ป : narasumber
๐ : moderator
Sesi 1⃣
Pertanyaan 1
✋ Mom Devi
๐ฉ๐ป1. Pada fase anal muncul krisis oedipus dan electra, biasanya brp lama anak mengalami itu?
๐ป *tidak ada waktu pasti berapa lamanya. Yang pasti krisis ini akan muncul hanya saat fase phalik yaitu 3-5 tahun*
a. Selain cemburu itu cirinya apa aja?
๐ป *cirinya hanya anak laki2 akan "suka" pada ibunya dan cemburu dengan sosok ayah. Hal ini juga membuat sang anak mengidentifikasi sosok ayah yaitu banyak meniru atas nilai, sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh ayah. Hal ini dilakukan agar ia bisa meniru ayah yang dianggap saingan dalam merebut perhatian ibu. Dan begitu pula sebaliknya dengan anak perempuan*
๐ฉ๐ปb. Gangguan emosi yg dimaksud ketika tdk dapat menyelesaikan krisis tersebut seperti apa contohnya?
๐ป *gangguan emosi yang mungkin muncul di masa mendatang adalah seperti emosi yang meledak2, bisa berupa gangguan bipolar, atau malah gangguan depresi. Semua tergantung dari anak masing2*
๐ฉ๐ปApakah emosi meledak2 itu termasuk temper tantrum atau berbeda?
๐ปBahasa temper tantrum itu biasanya diberikan untuk anak2, bunda. Kalau yang dimaksud gangguan emosi disini lebih kepada manifestasinya untuk kehidupannya yang akan datang. Biasanya akan muncul di usia dewasa. Misalnya sangat sensitif dan mudah marah. Kira2 seperti itu.
Oya lupa, mau sedikit menambahkan. Masalah mengenai krisis oedipus ini adalah teori yang paling kontroversial dan paling banyak mendapat kritikan oleh tokoh psikologi lainnya..
Sebenarnya penjelasannya jauh lebih rumit lagi. Di dalam krisis oedipus ini anak laki2 juga ada perasaan takut dikebiri/ atau dipotong penisnya oleh ayahnya ( *castration anxiety*) dan adanya kecemburuan/iri anak perempuan kepada anak laki2 yang memiliki penis ( *penis envy*). Ini rumit dan masih jadi perdebatan akan adanya konflik ini, bahkan oleh para tokoh psikoloanalisanya sendiri.
Maksud saya memasukkan materi mengenai krisis oedipus ini adalah agar para mama disini paham bahwa adalah hal yang wajar jika pada fase phalik ini anak seperti cemburu saat melihat orangtuanya berdua2an ☺ ✅
Pertanyaan 2
✋ Mom AnniOya lupa, mau sedikit menambahkan. Masalah mengenai krisis oedipus ini adalah teori yang paling kontroversial dan paling banyak mendapat kritikan oleh tokoh psikologi lainnya..
Sebenarnya penjelasannya jauh lebih rumit lagi. Di dalam krisis oedipus ini anak laki2 juga ada perasaan takut dikebiri/ atau dipotong penisnya oleh ayahnya ( *castration anxiety*) dan adanya kecemburuan/iri anak perempuan kepada anak laki2 yang memiliki penis ( *penis envy*). Ini rumit dan masih jadi perdebatan akan adanya konflik ini, bahkan oleh para tokoh psikoloanalisanya sendiri.
Maksud saya memasukkan materi mengenai krisis oedipus ini adalah agar para mama disini paham bahwa adalah hal yang wajar jika pada fase phalik ini anak seperti cemburu saat melihat orangtuanya berdua2an ☺
๐ฉ๐ปanak saya 23m tp cukup sering memegang vagina nya terutama saat jeda pergantian celana atau saat mandi, apk hal tsb msh normal pd usianya?
๐ป *berarti kurang dari 2 tahun ya mom? Wajarnya anak senang memainkan alat kelaminnya saat masa phalik yaitu sekitar 3-5 tahun. Biasanya anak yang lebih kecil dari itu memegang alat kelamin hanya karena sedang bereksplorasi dengan tubuhnya. Anak penasaran dengan bagian tubuh yang paling sering ditutup itu. Jadi belum sampai kepada tahap merasakan kepuasan di daerah tersebut. Tapi tentu hal ini juga jangan dibiarkan ya, mom. Lakukan pergantian celana dengan cepat atau alihkan perhatiannya misalnya sambil diajak ngobrol agar anak tidak bereksplorasi dengan alat kelaminnya lagi*
๐ฉ๐ปboleh diberikan contoh mudahny mb, anak dgn mslh oedipus/electra complex yg cukup terlihat biasanya?
๐ป *sudah saya jelaskan di atas ya teh. Konflik ini terlihat dari kecemburuan anak saat orangtuanya terlihat mesra atau berdua-duaan. Misalnya dia tiba2 nyempil di tengah kita yang lagi ngobrol dekat sama suami ๐*
๐ฉ๐ปsebaiknya utk anak perempuan batas boleh dimandikan ayahnya usia brp y mb?....
๐ป *sebaiknya paling lama sampai tahap anal mbak (sekitar 3 tahun). Jadi toilet training masih boleh didampingi ayah. Tapi saat sudah masuk tahap phalik, saat anak mulai menyadari adanya perbedaan jenis kelamin, baiknya anak perempuan dimandikan oleh ibunya saja.*
*oya, ini membahas tentang dimandikan ya mbak, bukan mandi bersama. Kita tetap harus menanamkan rasa malu akan bagian pribadi kita dengan tidak mandi bersama dengan anak. Apalagi anak yang sudah berada di usia phalik nya*
Seperti itu mbak ๐☺ ✅
Pertanyaan 3
✋ Mom Rissa
๐ฉ๐ปKalau liat jaman now banyak bgt yg terjadi terkait gangguan seksual ini ya, kayak LGBT trus (maaf) kasus si Emon dan bocah2nya, gangguan macam itu disebab-in karena apa ya? Apa karena masa kecilnya ada yg missing atau gmana?
๐ป *kalau dalam teori psikoanalisa yang kita bahas sekarang, gangguan yang terjadi pada masa dewasa penyebabnya pasti karena ada kegagalan dalam salah satu fase perkembangan atau trauma pada usia 1-5 tahun. Kalau berkaitan dengan gangguan seksual biasanya ada yang tidak selesai dalam tahap phaliknya.*
*Tapi jika menggunakan kajian psikologi pada umumnya, pelaku seperti emon dan yang sejenisnya itu ternyata paling banyak biasanya karena mereka pernah jadi korban pelecehan seksual itu sendiri, mom. Atau pernah menyaksikan kejadian seperti itu sebelumnya baik lihat langsung maupun dari tontonan. Juga biasanya ada faktor kurangnya peran ayah dalam rumah*
๐ฉ๐ปTrus untuk anak2 kita biar ga jadi pelaku atau korban dr kejahatan manusia2 semacam itu hrus gmn? Apa perlu anak2 kita dilatih bela diri? ๐
๐ป *hmm, ide bagus ๐ค๐..*
*anak harus diajarkan tentang pendidikan seks sejak dini, bun. Misalnya ajarkan area pribadi yaitu dari perut ke bawah termasuk pantat, juga dada pada anak wanita. Area pribadi tidak boleh dibuka sembarangan dan tidak boleh dilihat apalagi disentuh selain oleh keluarga dekat atau pengasuh. Kalau ada orang lain yang mencoba memegang area pribadi anak atau justru orang dewasa itu yang memperlihatkan area pribadi, ajarkan anak untuk melawan. Misalnya dengan lari, teriak, cari pertolongan, dan harus cerita ke orangtua. Ini juga pentingnya adanya keterbukaan antara anak dan orangtua. Ini salah satu contoh _sex education_ untuk anak ya bun. Insya Allah ini salah satu upaya pencegahan yang cukup efektif*
Demikian, bun ๐๐
๐ฉ๐ปbagaimana peran ayah supaya anak tdk jadi (maaf) keblinger spt emon teh? Apa yg hris dtekankan dari peran ayah di hadapan seorang anak?
๐ป *peran ayah menjadi sosok pemimpin keluarga yang disegani dan disayangi. Menampilkan sisi maskulin dan tegas. Dapat menjadi pelindung bagi anak, bukan malah menyakiti. Intinya menjadi contoh yang baik bagi anak. Kurang lebih seperti itu mom ๐*✅
Sesi 2⃣
Pertanyaan 1
✋ Mom Nadya
๐ฉ๐ป 1. diusia 3-5tahun kan kehadiran ayah sangat penting ya, nah bagaimana dengan orang tua pejuang LDM? Yg mungkin sebulan hanya bertemu beberapa kali saja
๐ป *peran ayah penting sepanjang perkembangan anak, teh. Bukan hanya di tahap phalik saja sebenarnya. Dan yang terpenting sebenarnya bukanlah sekedar kehadiran saja tapi lebih pada perannya. Ada ayah yang banyak menghabiskan waktu di rumah tapi seperti tiada karena gak banyak berperan dalam pengasuhan. Maka sebenarnya tidak masalah jumlah pertemuannya tidak banyak dengan anak, asalkan di waktu yang sedikit itu ayah bisa membuat waktu yang seberkualitas mungkin dengan anak. Waktu2 dimana anak merasakan sekali bahwa sosok ayah itu ada untuknya. Ayah bisa bawa oleh2 tiap pulang, mengajak anak jalan2, bermain, bercerita, menanamkan nilai2 penting serta menjadi contoh sosok laki2 yang baik di mata anak.*
๐ฉ๐ป2. kalau di fase laten tetap diganggu libido&dorongan seksual apa termasuk regresi? Bagaimana mengatasinya?
๐ป *bisa jadi seperti itu teh. Kalau dari teori psikoanalisa ini kemungkinan fase phaliknya ada masalah.*
*Kalau dilihat dari perkembangan zaman sekarang, banyak anak di usia laten (usia SD) sudah terganggu dengan libido ini. Banyak faktor penyebab, salah satunya kemajuan teknologi. Dari internet dan sinetron tivi anak belajar tentang hubungan lawan jenis yang sebenarnya belum saatnya bagi mereka. Inilah mengapa banyak ahli yang berpendapat bahwa waktu terbaik anak mulai berinteraksi dengan gadget adalah pada usia belasan tahun yaitu di masa genital*
*Solusinya adalah orangtua harus lebih berperan aktif, apalagi dalam interaksi anak dengan gadget dan televisi. Karena di zaman sekarang tentunya susah menghindari media2 tersebut. Dampingi anak agar terhindar dari konten yang tidak baik. Selain itu, perhatikan bagaimana lingkungan anak. Alihkan perhatian anak dari dorongan libidonya dengan banyak bermain fisik di luar seperti sepak bola, petak umpet, dll. Insya Allah anak tahap laten (usia SD) ini akan lebih mudah diarahkan dibandingkan saat usia remaja (genital). Yang penting adalah kita berusaha sebisa mungkin menjadi orangtua yang akrab dengan anak, insya Allah nasihatnya akan lebih didengarkan ๐*
๐ฉTercerahkan teh✨
Nuhun๐๐ป✅
Pertanyaan 2
✋Buninis
๐ฉ๐ป1. Saya pernah baca di salah satu artikel bahwa fase oral bisa memanjang karena penggunaan dot/empeng. Apakah itu benar? Bagaimana penangannya?
๐ป *Benar. Penggunaan dot atau empeng bisa membuat anak terlalu lama dalam fase oralnya. Penyebabnya adalah saat kita menyusui langsung, maka pasti akan lebih ingat untuk melakukan penyapihan di usia 2 tahunan. Sedangkan anak yang biasa dengan dot maupun empeng, orangtua cenderung lalai untuk menghentikannya di usia tersebut karena sudah terlanjur 'enak' melihat anak bisa anteng minum sendiri dengan dot atau berkutat dengan empengnya. Jadi kebiasaan ini cenderung dibiarkan karena dianggap nanti kalau sudah besar juga bisa berhenti sendiri.*
*Ada lagi yang salah kaprah yaitu masa setelah menyapih anak lepas dari ASI, malah melanjutkan dengan pemberian sufor melalui dot. Padahal ini sama saja anak akan masih berkutat di fase oralnya.*
*Maka Solusinya adalah pada usia 2 tahunan tersebut anak harus disapih bukan hanya dari menyusu langsung dari ibunya tapi juga penghentian menggunakan dot atau empeng. Ajarkan untuk minum langsung dari gelas atau bisa dengan media seperti sedotan. Terlalu lama dalam satu fase tentunya berdampak kurang baik. Ajak anak melangkah ke tahap selanjutnya* ๐
✋Tanggapan dari Mom Fitri
๐ฉ๐ปAnak 20 bln,
Anak saya untuk tidur pake dot atau nenen klo ada saya, gmn ya supaya bisa tidur tanpa dot untuk nanti penyapihan?
๐ปCaranya sama seperti cara menyapih dari ibunya langsung teh. Nanti gimana teknisnya pernah dibahas di grup learning mama. Insya Allah nanti ada adminah yang kasih link nya yaa ๐
Semoga berhasil menyapih dengan cinta ya teh ๐ค
๐ปTeh fitri, ini sudah saya catatkan hasil dari kulwap learning mama tentang cara menyapih dengan cinta ya. Menyapih anak dari menyusu langsung dan dari dot itu sepaket langsung dalam waktu bersamaan. Semoga bermanfaat ya teh ๐๐
WWL/weaning with love/menyapih dengan cinta
Usia dua tahun biasanya menjadi waktu paling pas untuk balita berhenti menyusui pada ibu atau disapih. Namun berbagai penolakan sering terjadi, baik dari balita sendiri atau ketidaksiapan dalam diri si ibu. Menyusui merupakan momen istimewa antara ibu dan bayi. Karena itu walau memang sudah masanya, banyak ibu yang merasa enggan kehilangan momen istimewa tersebut.
Mereka juga khawatir anak akan merasa tidak dicintai dengan disapih. Untuk itu proses menyapih harus dilakukan secara bertahap dan tanpa paksaan agar tidak berdampak buruk kepada kedua belah pihak. Agar si kecil tidak terguncang secara psikologis dan agar si ibu juga lebih rela menyapih dan tidak mengalami bengkak payudara yang parah akibat penyapihan yang terjadi secara tiba-tiba.
Ada beberapa tips untuk menyapih anak dengan cinta:
1) Lakukan proses menyapih secara bertahap dan perlahan: misalnya dengan mengurangi secara bertahap frekuensi menyusui. Bisa dimulai dengan mengurangi frekuensi menyusui saat siang. Baru kemudian bertahap mengurangi frekuensi menyusui di malam hari. Kata kuncinya: do not offer, do not refuse (jangan menawarkan, tetapi jangan menolak jika anak meminta)
2) Alihkan perhatian anak dan buat anak sibuk dengan berbagai kegiatan. Saat siang, ketika si anak meminta untuk menyusu alihkan perhatiannya dengan berbagai kegiatan seperti menyanyi, membaca, tertawa bersama. Kalau dia haus, biasakan untuk memberikan air putih atau jus buah. Biasanya disini peran ayah sangat dibutuhkan sebagai figur yang melengkapi sang ibu. Kalau ayah sedang ada di rumah, ayah bisa membantu untuk mengalihkan perhatian anak dari keinginan untuk menyusu pada ibunya
3) Lakukan komunikasi yang baik dengan anak. Ingat, seberapa kecil usia anak, anak tetap mengerti dan memiliki kemampuan utk mengerti kata-kata dari orang di lingkungannya.
4) Hindari menyapih saat anak sedang tidak sehat atau sedang sedih, kesal, marah. Hindari juga menyapih anak saat terjadi perubahan besar lain pada hidupnya, seperti mulai ditinggal bekerja, pindah rumah, mulai sekolah, atau ganti pengasuh.
5) Hindari menyapih anak dari menyusu ke benda lain seperti empeng, botol susu, bantal, dsb.
Jadi, apa saja kata kunci menyapih dengan cinta:
๐ฟ๐ฟMENYAPIH SESUAI KESEPAKATAN ORANG TUA DAN ANAK, TIDAK MEMAKSA, TIDAK PASANG TARGET, TIDAK MENGGUNAKAN OLESAN-OLESAN PAHIT, TIDAK MEMBOHONGI ANAK, TIDAK MENGGUNAKAN KALIMAT-KALIMAT YANG NEGATIF DAN MENGINTIMIDASI ANAK๐ฟ๐ฟ
๐*Izin menambahkan yg bagian penyapihan dari hasil obrolan digroup yah*
*[NGOBRAS LM - WWL]*
๐Sumber : FB Fatimah Berliana Monika Purba ๐
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10209475394267637&id=1409280466
๐ฉ๐ป2. Untuk individu-individu yang fase psikoseksualnya tidak terpenuhi dengan baik, adakah cara penanganan yang bisa dilakukan orang tua?
๐ป *jika individu tersebut sudah terlanjur memasuki usia dewasa, maka bisa ditangani dengan beberapa terapi khusus yang menggali alam bawah sadarnya*
*jika masih anak2, sebisa mungkin kita perbaiki. Akui kesalahan dan jangan sungkan minta maaf kepada anak jika ada kesalahan yang terlanjur dilakukan di tahap perkembangannya. Misalnya kita melakukan toilet training dengan kasar. Trauma atau kenangan buruk biasanya akan tetap ada di alam bawah sadar anak, tapi sebisa mungkin kita tumpuklah kenangan buruk itu dengan banyaaaaak kenangan baik di masa sekarang. Berikan usaha terbaik kita untuk bisa dekat dan memeluk jiwa anak yang kemarin mungkin sempat terluka. Insya allah itu adalah pengobatan jiwa terbaik dari orangtua untuk anaknya* ๐๐✅
Pertanyaan 3
✋Mom Rianti
๐ฉ๐ป1. Sampe umur berapa anak laki2 boleh lihat aurat ibu nya?maksudnya telanjang ketika ganti baju atau saat mandi..
๐ป *ini tadi sudah ada saya jelaskan di pertanyaan sebelumnya ya, mom. Orangtua lebih baik tidak mandi bersama anak untuk menanamkan rasa malu jika organ pribadi dilihat. Anak sebisa mungkin tidak melihat aurat ibunya saat memasuki tahap phalik (sekitar 3-5 tahun) dimana ia mulai bisa membedakan jenis kelamin laki2 dan perempuan.* ๐
๐ฉ๐ป2. Kalo anak laki2 sering main dgn anak perempuan apakah akan mengganggu psikoseksualnya ketika sudah besar?
๐ป *jika usia anak masih kecil yaitu hingga masa phalik berakhir di usia 5 tahun, anak masih wajar senang bermain dengan yang berbeda jenis kelamin, mom*
*Namun saat sudah mulai masuk fase laten, anak biasanya akan senang bergaul dengan yang sejenis. Misalnya anak2 perempuan bermain masak2an, anak laki2 bermain bola. Bermain bersama ramai2 seperti petak umpet juga gak masalah. Yang harus diwaspadai kalau 1 anak laki2 mainnya sama geng anak cewek terus atau sebaliknya 1 perempuan main dengan geng laki2 terus. Ini tentu akan berpengaruh untuk kedepannya karena akan menentukan sifat feminin dan maskulin anak di masa mendatang*
Demikian ya mom ๐๐✅
Sesi 3⃣
Pertanyaan 1
✋ mom eliza
๐ฉ๐ปbagaimana penanganan untuk anak ataupun orang dewasa yang sudah terlanjur mengalami pelecehan dr sesama jenis agar penyimpangan itu tidak menular ?
maap tambahan: kejadian ini baru minggu kemaren terjadi. teman saya yang cenderung pendiam baru dilecehkan oleh teman barunya. kbtulan mereka bertemu di acara yg mengharuskan mereka menginap satu kamar bersama. di malam hari tiba2 temannya itu melakukan hal yg tidak pantas..
๐ป *Ya Allah, kasihan sekali temannya, teh ๐*
*Teh, itu pasti banget ada traumanya. Harus disembuhkan. Ajak ke psikolog ya teh biar segera ditangani.*
*saya tidak bisa memberikan cara terapinya disini karena sama seperti dokter, harus ada pemeriksaan langsung dulu sama kondisi kejiwaan temen teteh. Harus ketemu psikolog atau psikiater langsung.*
*Yang bisa teteh lakukan sebagai teman adalah terus memberikan dukungan dan motivasi padanya, siap jadi tempat curhat, menjaga rahasianya, membantu untuk tidak bertemu dulu dengan pelaku agar tidak sampai kejadian terjadi berulang, dan mengantarnya ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan langsung.*
*seperti itu teh, semoga berkenan ๐*
๐ฉ๐ป iya kebetulan temen saya nya cenderung pendiam, introvert, dan memang blm prnah punya hubungan dg lawan jenis. jd makin khawatir .... terimakasi saran nya mba :)
oh ya bagaimana cara saya mengajak dia k psikolog agar tidak tersinggung?
๐ปSampaikan saja teh kalau teteh khawatir sama kondisi dia pasca mengalami pelecehan tersebut. Teteh katakan teteh peduli padanya dan ingin agar temen teteh tidak sampai trauma berkelanjutan. Karena kalau dibiarkan bisa berefek depresi, mimpi buruk terus menerus, dll. Makanya yuk ku temenin konsultasi ke psikolog ๐❤
Gitu aja teh kira2 ๐
Bahasanya bisa diatur sesuai gimana teteh biasanya. Yang penting tunjukkan kepedulian teteh ❤
๐ฉ๐ปsip makasi ya mba penjelasannya jd tercerahkan ✅
Pertanyaan 2
✋ mom Fajrin
๐ฉ๐ป1. Terinspirasi dari bahasan cemburu, anak gadis saat ini sering begitu, tetiba nyelempit di tengah", slalu berusaha memisahkan (curcol dikit) ๐
Pertanyaannya, jika ibu dan ayah sering memperlihatkan kemesraan (pelukan, cium) di depan anak, apakah tidak apa-apa? Atau sebagaiknya gimana?
๐ป *tidak apa2, justru itu menunjukkan keharmonisan orangtuanya dan membuat suasana keluarga hangat akan kasih sayang. Tapi tetap dalam koridor batasan ya, misalnya yang ditampilkan di depan anak hanya saat cium kening. Karena ini tanda sayang. Jangan lupa anaknya juga harus kebagian banyak jatah cium dan peluk dari ortu ๐*
๐ฉ๐ป2. Bagaimana cara mulai mengenalkan perbedaan jenis kelamin pada anak? Apakah perlu mnggunakan media? Gambar misalnya, atau bagaimana?
๐ป*sebenarnya anak biasanya akan mulai sadar sendiri saat masuk fase phalik. Tapi dengan bimbingan langsung dari orangtua tentunya akan jauuuuuuh lebih baik. Menggunakan media seperti buku2 edukasi juga baik sekali dan akan lebih memudahkan ortu dalam menjelaskan. Apalagi dengan momen membacakan buju atau bercerita akan semakin menguatkan bonding atau ikatan dengan anak* ๐
๐ฉ๐ปHhii iya dia lbih seriiing bgt cmburunya ๐
Tentuuu tiap waktu slalu kami dihujani dgn ciuman ๐ sbelum mereka gengsi diciumin emak bapaknya ๐คญ
Siip banget, hanupiis ๐✅
Pertanyaan 3
✋ Mom Arin
๐ฉ๐ปAssalamu'alaikum. Dok ponakan ipar saya kelas TK b dan kelas 3 sd kakak beradik menjadi korban sodomi oleh pamanya. Sudah di bawa ke psikolog tp hanya 1x. Dan tidak di bawa lagi dengan alasan takut anak malah jadi teringat. Dan malah pernah setelah kejadian tsb. Si kakak mainin mr.p nya ponakan saya yg msh 3 thn. Apa yg bsa saya / kakak lakukan untuk membantu menyembuhkan mereka ya dok?
๐ป *wa'alaikumsalam wrh wbt, teh ๐*
*Ya Allah, miris sekali anak sekecil itu sudah mendapat perlakuan seperti itu, pengen peluk rasanya ๐ข*
*Teh, sayang sekali kalau ke psikolog cuma sekali dan malah dihentikan. Belum bisa sembuh hanya dengan satu pertemuan, teh. Justru kalau dibiarkan begitu saja, peristiwa itu akan membekas di jiwanya, teh. Masuk ke alam bawah sadar yang nantinya berpengaruh sampai si anak dewasa. Kasian teh. Walaupun sekarang tampak tidak apa2, tapi hati anak, siapa yang tahu?*
*segera bawa ke psikolog atau psikiater, teh. Semakin cepat penanganan semakin baik. Ini hampir sama kayak pertanyaannya pertama di sesi ini tadi ya*
๐ฉ๐ป orang tuanya sulit dikasih tau dok. Saya sendiri sering memancing menanyakan keduanya. Tp jawabanya selalu sudah sembuh.
Bingung dok mau menyampaikan ke mereka dg cara bagaimana
๐ปMungkin orangtuanya malu, teh. Coba teteh cari dan minta tolong sama orang yang mereka hormati dan biasanya didengarkan pendapatnya. Kalau lewat perantara oranglain juga gak bisa, yasudah teh. Kewajiban teteh kan hanya memberi tahu dan menyarankan solusi terbaik. Setelah itu semua tanggung jawab dari orangtua dari si anak tersebut. Do'akan saja teh ๐
๐ฉ๐ปjazakumullah khair dok atas jawabanya. In syaa ALLAH saya coba diskusikan dg kakak dsn kakak ipar✅
Sesi 4⃣
Pertanyaan 1
✋ dian
๐ฉ๐ป terimakasih kesempatan nya mam..
bgini bu psikolog, kan teori nya anak dikenalkan dengan nama asli alat kelaminnya.. seperti vagina/penis. tp kalau misal nya anak di kenalkan juga. bahwa vagina itu sama dengan *maaf -> pipit.. penis itu nama lainnya juga burung/titit itu gmn bu?
apa konsekuensi nya?
terimakasih
๐ป *tidak apa2 mom, malah bagus menambah wawasan anak. Nanti kalau di lingkungannya bicara dengan menggunakan istilah2 tersebut anak jadi bisa mengerti. Hanya saja yang paling utama lebih baik gunakan bahasa sebenarnya pada anak* ๐✅
Pertanyaan 2
✋dijah
๐ฉ๐ป(sebenernya sy belum manjat sampe atas, maaf klo sudah ada ygtahunya nanya ๐) ayyash ( 2y4m) hampir setiap hari main hanya dengan sy dan kakaknya, paling kalau sore (1,5jam)sy ajak nganter kakaknya ngaji ketemu dg teman sebayanya sesama laki2. Mungkin karena hal itu, ayyash jadi sering niru2 gaya kakaknya (kakakny perempuan 5 y7 m), keinginannya pun pengennya selalu sama. Kakanya sholat pake mukena,dia pengen jg. Ngomongnya jg lembut2 kaya kakanya. Sy jadi khawatir (karena sy orgnya parnoan mba). Sy sudah jelaskan kakak dan adek beda bla bla bla.. Kadang dia nurut. Tp kadang kekeuh pengen sama. Bagaimana ya ngasih pengertiannya? Apa sy yg terlalu khawatir?
๐ป *wajar kalau seorang ibu khawatir, teh* ๐
*masih usia 2 tahun masih gakpapa, teh. Dia belum paham perbedaan laki2 dan perempuan, dan hanya meniru orang terdekatnya. Dan disini kakak perempuannya yang menjadi modelling dari si adik.*
*yang penting, jangan sampai sekali pun dituruti keinginan anak pakai mukena atau baju wanita lainnya, teh. Jangan coba2 karena nantinya anak bisa menganggap itu hal yang wajar. Katakan bahwa adik itu sama dengan ayah. Ayah tidak pernah pakai mukena kan?*
*Dekatkan anak dengan sosok ayahnya agar anak meniru sifat maskulinnya.*
Demikian, bunda ๐๐✅
๐ป๐ป๐ปBaik, terimakasih kepada mama2 semua yang sudah setia belajar bersama dengan saya di kelas kulwap ini. Antusiasnya luar biasa, terimakasih banyak ๐❤๐
Mohon maaf jika perkataan saya ada yang menyinggung mama2 disini, atau saya kurang jelas dalam menjawab pertanyaan..
Semoga apa yang kita pelajari hari ini membawa banyak manfaat sebagai bekal kita membersamai anak dalam tahap perkembangannya ya.
Anak adalah titipan dan amanah dari Tuhan yang kelak harus dipertanggungjawabkan. Ia juga adalah aset terbaik kita karena do'a anak yang sholeh adalah amal jariyah yang pahalanya tidak terputus. Maka mari berikan usaha dan kesabaran terbaik kita untuk membimbing anak. Ingatlah bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil ❤
Happy parenting ๐
Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh..๐ป๐ป๐ป
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
๐
๐๐
LEARNING MAMA COPYRIGHT 2018๐
๐๐
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
๐ฅFP : Facebook.com/learningmamaa
๐ทInstagram : Instagram.com/Learningmama.indonesia
๐Web : www.Learningmamaindonesia.wordpress.com
Selasa, 27 Maret 2018
Madrasah ayah bunda
Karina Hakman: ❄❄❄❄❄❄❄
*ุจِุณْู ِ ุงِููู ุงูุฑَّุญْู ِู ุงูุฑَّุญِูู *
Assalamualaikum Shalihah semua... ๐
Semoga semuanya dalam keadaan terbaik di sisi Allah SWT.
Bagi yang sedang sakit atau menemani keluarga yang sakit, semoga Allah sembuhkan dan sakitnya pun menjadi ladang pahala.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada *Madrasah Ayah Bunda* yang telah memberikan kesempatan berbagi curahan hati di forum ini.
Terima kasih juga kepada para peserta yang bersedia menemani saya, dalam proses belajar *menjadi Ibu yang hebat, madrasah terbaik anak-anak kita.*
Saya sendiri masih belajar, jadi insyaAllah sesi ini kita jadikan diskusi saja ya.. silahkan kalau setelah materi ada yang ingin menambahkan yang kurang,
membetulkan yang salah,
atau menanyakan yang kurang jelas.
๐
sebelum kita mulai, mari kita sama2 memperbaharui niat kita dan berdoa kepada Allah...
*ุงََُّูููู َّ ุฅِِّْูู ุฃَุณْุฃََُูู ุนِْูู ًุง َูุงِูุนًุง، َูุฑِุฒًْูุง ุทَِّูุจًุง، َูุนَู َูุงً ู ُุชََูุจَّูุงً*
[HR. Ibnu Majah]
_*"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima."*_
Allahumma Aaamiin..
Baiklah.. insyaAllah kita mulai ya... ๐๐
Karina Hakman: ๐ ๐๐๐๐๐๐
*Menjadi Ibu yang hebat* bagi anak-anaknya adalah cita-cita besar setiap muslimah shalihah.
Anak yang shaleh bukan saja akan menjadi qurrotaa'yun (penyejuk mata dan hati) bagi kita (QS. 25:74), tapi juga dapat menjadi bekal kita menuju surga dan ridha Allah SWT (anak sebagai shadaqah jariyah yang tak putus).
Lalu, *siapakah* para Ibu yang hebat itu? ๐
Setiap orang boleh memberikan pendapat. Namun *definisi ibu hebat* yang saya pegang adalah ia yang memenuhi dua kriteria utama, yakni istiqamah dalam *sifat shalihahnya, qaanitaatnya, dan haafizhatnya* (silahkan lihat QS.4:34).
Bahkan, sifat-sifat indah tersebut senantiasa bertambah seiring dengan bertambahnya peran sebagai seorang istri, kemudian sebagai ibu, dan seterusnya.
Karena Ibu yang demikian,
insyaAllah, _*akan dapat mendidik anak-anaknya dengan*_
• _*penuh keikhlasan,*_
• _*kekuatan optimal iman dan fisik*_
• _*manajeman yang baik, dan*_
• _*kebijaksanaaan dalam menghadapi setiap ujian.*_
***** ๐๐๐
MasyaAllah... bisa kita bayangkan kalau kita memiliki *4 sifat* ini dalam menjalani peran kita sebagai seorang Ibu.
Mungkin kita tidak akan *tergoyah* oleh kegalauan pada saat hamil, melahirkan, menyusui, mengasih dan asuh...
karena hati senantiasa ikhlas..
dari hati yang ikhlas lahirlah jiwa yang sabar dan syukur,
dari jiwa yang sabar dan syukur, lahirlah sikap optimisme dan tawakkal...
๐
Dengan *empat sifat* tadi, apapun masalah dan tantangannya, insyaAllah kita akan mampu melewatinya dengan ilmu dan tawakkal...
dari ilmu dan tawakkal, lahirlah kebijaksanaan...
dari kebijaksanaan, lahirlah keputusan-kepitusan terbaik dalam setiap langkah hidup kita...
Dari keputusan-keputusan terbaik, lahirlah anak-anak yang tumbuh optimal baik dari sisi ruhiyah, fikriyah, maupun jasadiyah...
๐
MasyaAllah, betapa indahnya jadi Ibu yang seperti itu ya..
Yang gak banyak galau,
yang tenang,
yang gak banyak marah,
yang gak banyak bingung,
yang banyak beramal shalih,
yang tenang dan menenangkan,
yang menebar manfaat dan salam kemanapun ia berada...
❓ *Mungkinkah seperti itu di zaman sekarang?* ๐
✅ *Sangat mungkin ๐*...
❓ *Bagaimana caranya?* ๐
✅ *Nah inilah yang jadi PR bagi kita semua* ๐
hayuk ah lanjut ke bagian berikutnya...
๐๐๐๐๐๐๐๐
Karina Hakman: ๐ฅ _*Pertama,*_
kita harus yakin dan sadar dulu bahwa secara fitrah, kita adalah ibu terbaik bagi anak-anak kita.
*Yakinlah*, ๐
bahwa hakikatnya, tosetiap perempuan Allah takdirkan memiliki fitrah sebagai Ibu, baik dari segi fisik maupun psikis. ๐
Fitrahnya, perempuan dicipta untuk hamil, melahirkan, dan menyusui... ๐
Fitrahmya, perempuan diberi perangkat rasa menyayangi, mencinta, mendidik, beserta dengan segala atributnya... ๐
*Tapi....*
Fitrah itu dapat tertutupi, terkubur dalam, bahkan membeku sementara, ketika ia tidak ditumbuhkan dan dirawat... ๐
Pada generasi kita, fitrah itu banyak sekali tergerus, tertutupi, bahkan terlupakan dengan pola pendidikan dan lingkungan yang ada.
*Sebagai contoh,*
Fitrahnya, perempuan akan nyaman dan senang berada di rumah, jauh dr keramaian campur baur laki2, jauh dr penglihatan laki-laki2 yang bukan halalnya...๐
Tapi seiring waktu, *fitrah rasa malu* dapat tergerus oleh pembiasaan sejak kecil, yang membiasakan campur baur dan interaksi laki-laki dan perempuan...
Fitrahnya, perempuan senang mendidik dan membesarkan anak...
Namun zaman ini, banyak perempuan yang tidak suka dengan peran hamil, melahirkan, menyusui, bahkan mendidik anak... Lebih baik anak dititipkan saja...
Karena sejak kecil, ๐
Perempuan generasi kita dibiasakan berada di sekolah dari pagi sampai siang bahkan sampai sore...
Sejak kecil, ๐
Perempuan dididik dengan kapasitas untuk berkarir dan berkarya di luar rumah...
Sejak kecil, ๐
Kita tidak dipahamkan secara mendalam tentang *urgensi dan kemuliaan peran ibu* bagi diri kita, keluarga, dan ummat...
*Maka ketika sudah terbersit di dalam hati kita, fitrah keibuan, ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita, bersegeralah tangkap, tumbuhkan kembali, jaga, dan rawat dengan sebaik-baik perawatan.* ๐ฅ
๐ฅ_*Kedua,*_
Mulailah dengan menjadi *penuntut ilmu*. Karena mempelajari ilmu menjadi seorang Ibu adalah perjalanan tanpa henti. Ilmu adalah modal utama kita mempelajari *empat sifat* yang disebut di awal tadi. ๐
Pernahkah mendengar ungkapan berikut ini:
_*Ahh harus sabar, anak saya mah memang bawaan dari dulu nggak bisa nurut...*_
_*Ahh.. anak saya mah memang kemampuannya gini-gini aja... udahlah pasrah dan ikhlas saja...*_
Banyak sekali.. banyaaaak sekali keluhan yang terdengar dan kemudian secara tidak langsung menyalahkan *takdir*.
Memang, keberadaan anak adalah bagian dari takdir, dan kita tidak bisa memilih siapa yang akan kita lahirkan...
Memang, ada banyak situasi dan kondisi yang terjadi adalah takdir, dan Allah tetapkan jauh sebelum kita lahir...
*Tapi, kita bisa memilih jalan takdir terbaik bagi kita dari seluruh pilihan yang ada...* ๐ฅ
*yakni, apakah kita ingin memilih jalan kebaikan atau jalan keburukan, bagi anak-anak kita.*
Astaghfirullahal'adzim..
_(Lihat QS. Asy-Syams: 8-10.)_
َูุฃََْููู ََูุง ُูุฌُูุฑََูุง َูุชََْููุงَูุง
_"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya"_
َูุฏْ ุฃََْููุญَ ู َْู ุฒََّูุงَูุง
_"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,"_
ََููุฏْ ุฎَุงุจَ ู َْู ุฏَุณَّุงَูุง
_"dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."_
***
Setiap jiwa manusia Allah lahirkan dalam keadaan fitrah terbaik.
Lalu *respon dan didikan* Ayah Ibunya lah yang akan berkontribusi pada tumbuh kembangnya di kemudian hari.
Bagaimana anak kita di kemudian hari, *kita turut andil dalam menentukan hasilya.*
Dan *usaha memilih takdir ini*, bukan dimulai ketika anak sudah SD atau sudah baligh, tetapi *sejak kita belum menikah*.
Ikhtiar pendidikan anak kita sudah dimulai bahkan sejak *memilih ayah* bagi anak kita.
๐
Ilmu pendidikan anak, setidaknya mencakup ilmu
• aqidah, akhlak, Quran, Fiqih
• menjemput jodoh ๐
• pernikahan termasuk walimah
• proses ibadah setelah menikah
• ketika hamil
• ketika menyusui
• ketika melahirkan
• ketika menyapih
• mendidik anak bayi
• mendidik anak batita
• mendidik anak balita dan menjelang usia tamyiz (biasanya 7 thn)
• mendidik anak pra baligh
• mendidik pemuda
• mendidik anak yang telah dewasa
• bahkan setelah ia telah menikah
๐๐๐
Waah banyaaaak.. iya.. karena selama kita masih bernyawa, kita masih memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak kita agar terpelihara dari azab neraka, agak menjadi shalih dan shalihah.
dan *semuanya... memerlukan ilmu!*
๐
Karena banyaknya ilmu yang perlu kita pelajari, mulailah meniatkan dan mencicil dari sekarang, terlepas dari
apakah kita sudah menikah atau belum..
apakah kita sudah punya anak atau belum..
Dengan kefahaman dan niat yang benar, insyaAllah poin keikhlasan yang benar dan istiqamah dapat tercapai.
Dengan kefahaman yang benar, maka seorang perempuan akan peduli dengan fisiknya. Bukan hanya kecantikan, tapi kekuatan fisik dan stamina,
ketangkasan dalam beraktivitas,
kesehatan yang optimal.
Dengan kefahaman yang benar, kita memiliki bekal untuk menata kehidupan kita dengan manajemen yang baik. Manajemen waktu, manajemen operasional rumah tangga, manajemen gizi, dan seterusnya..
Dengan kefahaman yang benar, insyaAllah kita akan mampu membiat berbagai kepitisan dengan bijaksana.
*Mungkin ini semua memerlukan perjuangan,*
tapi bukankah seorang insyinyur memerlukan waktu belajar 4 thn sebelum ia mendirikan bangunan?
bukankah seorang dokter harus belajar setidaknya 6 thn sebelum ia mengobati jasad manusia yang sakit?
Lalu apalagi dengan seorang Ibu?
Bahwa ia bertanggung jawab membangun *jasad dan jiwa yang shalih* dalam wujud seorang manusia...
ia bertanggung jawab *berusaha* menjaga kesehatan sepanjang masa, *berusaha* mengobati yang sakit baik jasad dan jiwa..
Mungkin ia memerlukan perjuangan, tapi insyaAllah...
*jika kita memberikan usaha terbaik kepada Allah SWT,*
*maka bukan hanya kita saja yang merasakan efek kebaikannya,*
*namun juga suami kita, anak-anak kita orangtua kita, mertua kita, dan siapa saja yang berada dalam lingkaran kehidupan kita.*
*Dan begitupun sebaliknya..*๐
Dan dalam melaksanakan semua ini, kita perlu satu hal lagi...
Karina Hakman: ๐ _*Ketiga,*_
Mujahaddah, menjadikan peran ini sebagai ladang jihad di jalan Allah.
*Apakah yang dimaksud dengan jihad?*
• *Ibnu Mubarrak berkata,*
_"Jihad adalah mujahadah terhadap jiwa dan hawa nafsu"_
• *Ibnu Abbas ra. berkata,*
_"Jihad adalah menguras potensi dalam membela agama Allah dan tidak takut cercaan orang yang mencerca dalam melaksanakan agama Allah SWT"_
_*(definisi diambil dari Syarah Risalah Ta'lim, hlm 402-403, oleh Muhammad Abdullah Khatib & Muhammad Abdul Halum Hamid)._
*Dalam konteks peran sebagai ibu,* maka memiliki sifat mujahadah bagi saya bermakna:
• saya mengerahkan segala potensi agar segala proses pendidikan anak saya dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
• saya mampu mengalahkan berbagai hawa nafsu diri yang menghalangi saya untuk memberikan yang terbagi anak.
*Apakah saya sudah mampu mencapai mujahadah?*
☺๐ Belum...
Bahkan masih sangat jauh dari sosok ideal yang saya idam-idamkan...
Tapi memang di sanalah mujahadah saya diuji...
sejauh mana saya benar-benar ingin menjadi sosok *shalihah, qanitaat, dna hafizhat* bagi suami dan anak-anak saya..
Jatuh bangun dalam membangun mujahadah bagi saya seperti menyambung rantai-rantai menuju taqwa... ☺
bermakna,
ketika saya sadar saya jatuh, gagal, salah..
maka yang harus dilakukan adalah *bangkit*, *taubat*, *perbaiki*, dan *memulai kehidupan yang baru*...
Mujahadah ini adalah salah satu *kunci* istimewa untuk mewujudkan impian saya *untuk anak-anak saya*...
Saya haqqul yaqin.. yakin seyakin-yakinnya dengan janji Allah SWT... bahwa Allah akan menunjukkan jalan-jalanNya, jika kita mau bermujahadah...
Allah berfirman,
َููฑَّูุฐَِูู ุฌََٰูุฏُูุง۟ َِูููุง ََْูููุฏََُِّูููู ْ ุณُุจََُููุง ۚ َูุฅَِّู ูฑََّููู َูู َุนَ ูฑْูู ُุญْุณَِِููู
_"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta para muhsinin."_
Kalau ada hal yang tidak baik pada anak-anak saya,
bermakna saya harus memperbanyak istighfar, bermuhasabah, dan berusaha lagi..
Teringat pesan salah seorang guru dalam kehidupan saya,
*"Jika belum ditunjukkan jalan, mungkin, karena memang kitapun belum bermujahadah... dan kitapun memang belum bertaqwa."*
Subhanallah.. nasehat ini sangat membekas bagi saya pribadi..
Karina Hakman: ๐น *Terakhir*,
Saya ingin mengingatkan diri sendiri, bahwa *Allah adalah Ar-Rahman dab Ar-Rahim*,
bagaimanapun kondisi kita sekarang, sesulit apapun ujian dan tantangan yang Allah hamparkan, maka ia adalah wujud kasih sayang Allah atas kita.
*_Tidak ada yang lebih menyayangi kita, melebihi sayangnya Allah SWT._*
Maka, dalam berbagai keterbatasan kita sebagai manusia,
bersama-sama kita berusaha menjadikan *doa* sebagai penguat segala ikhtiyar kita. Dan senantiasa *berhusnuzhan*, memberikan sebaik-baik sangka kepada Allah SWT, karena Allah sebagaimana prasangkaan hambaNya.
Allahua'lam bishawab. Mohon maaf jika ada salah kurang. Jazakunallahu ahsanal jaza untuk Sahabat Shalihah di manapun berada.
☺๐
Semoga Allah karuniakan kepada kita hati yang khusyuk ikhlas dan penuh syukur...
Semoga Allah karuniakan kepada kita tubuh yang layyin (sangat ringan mengayun) untuk diajak beribadah kepada Allah SWT..
Semoga Allah karuniakan kepada kita petunjuk, bimbingan,
kemudahan, dan keberkahan dalam segala urusan-urusan kita.
Allahumma Aaamiin.
ุณُุจْุญَุงََููุงَُّูููู َّ َูุจِุญَู ْุฏَِู
ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู ูุงَ ุฅَِูู ุฅِูุงَّ ุฃَْูุช
َ ุฃَุณْุชَุบِْูุฑَُู َูุฃَุชُْูุจُ ุฅََِْููู
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Karina Hakman: *Sesi Tanya Jawab Grup #1*
1⃣
Pertanyaan: bagaimana caranya membuat diri ini selalu sabar dan selalu siap dalam menghadapi setiap tumbuh kembang, sikap sang buah hati
3⃣
Pertanyaan: setiap ibu tentunya merencanakan segala sesuatu yg terbaik untuk anaknya, ketika anak seusia balita yg super aktif, blm bisa di beri tau 1 kali dan jika kita ingin meluruskan ketika ia mmbuat kesalahan.
bagaimana cara kita sebagai orang tua mengontrol emosi kita agar tidak terjadi hal2 yg tidak kita inginkan?
*Jawab:*
Kedua pertanyaan ini intinya sama ya, terkait manajeman emosi dan memupuk sabar. ☺
Sebetulnya terkait topik ini, sudah bisa dijadikan satu kulwap tersendiri karena urusannya kompleks.
Dengan waktu yang terbatas, saya copy paste kan salah satu tulisan saya ya...
❤️ *Mengelola Marah pada Anak Batita-Balita* ๐
Saya yakin, secara naluri mendasar, seorang Ayah dan Ibu, tidak ada yang suka dengan adegan memarahi anak. Apalagi jika ditambah dengan tangan yang melayang, meski secuil, meski setampas ringan.
Ahh.. tapi memang terkadang keinginan tidak selalu sesuai dengan realisasi di lapangan. Anak yang mungkin kita lihat tidak mau diatur, tidak bisa diberi tahu. Bahkan, justru terkadang, anak-anak lah yang berbalik marah. Entah dengan menangis, berguling-guling, melempar-lempar, dst. ❤️
Melelahkan? Tentu. ๐
Meski bersabar itu berpahala, bukan berarti kita membiarkan semua itu terjadi tanpa usaha mencari solusi. ❤️๐
*1. Evaluasi Kasih Sayang dan Perhatian*
Hal pertama yang biasanya Saya lakukan ketika anak tetiba tidak jelas, adalah mengevaluasi waktu dan kasih sayang yang Saya dan suami berikan kepada anak.
Adakah beberapa hari atau pekan ke belakang kami kurang memberikan perhatian. Bagi Saya, apakah ketika menyusui Maryam Saya sibuk sendiri dengan Hp dll. Ketika Abinya membersamai anak2, adakah Abinya fokus berinteraksi dengan hati.
Karena bagi kami, waktu dan perhatian yang dibutuhkan anak sekedar 'ada', namun melibatkan diri bermain bersama, bercengkrama, berbicara dari hati ke hati. Membersamai anak juga membantu kami mempelajari potensi bakat dan karakter anak. Dan itu adalah yang kami perlukan dalam membantu memfasilitasi tumbuh kembang mereka sesuai fitrahnya.
Kalaulah perhatian dan kasih sayang itu kurang, Saya rasa sangat wajar anak-anak menjadi galau. Saya hanya bercermin dengan diri sendiri. Bagi istri, hari-harinya menjadi galau kalau suaminya kurang memberi perhatian dan bersikap tidak jelas. Begitupun sebaliknya.
Dengan begitu, Saya merasa anak yang sedang rungsing menjadi kasihan kalau Saya marahi lagi. Sudahlah mereka memerlukan perhatian, ternyata malah dimarahi lagi. Saya rasa, Saya tidak punya alasan untuk marah. Karena ternyata, boleh jadi Saya dan suamilaj yang salah. ❤️
*2. Evaluasi Ruhiyah*
Yang kedua, Saya biasanya akan mengevaluasi, apakah Saya dan suami dalam keadaan ruhiyah yang baik.
Saya harus memaksakan diri untuk bercermin. Adakah shalat kami sudah baik, ibadah-ibadah kami sedang baik, dan adakah kondisi hati kami sedang baik. Ataukah kami shalat dengan terburu-buru, di akhir waktu, dan tidak khusyu. Ataukah kondisi hati kami sedang kotor, banyak menyimpan lintasan-lintasan negatif yang merusak hati. ❤️
Bagi Saya, Saya yakin bahwa ketika keimanan dengan Allah sedang baik, Saya dan suami akan memiliki tangki kesabaran yang penuh dan tingkat kebijaksanaan yang lebih jernih. Sehingga amarah bisa dikelola dengan lebih baik, lebih rasional. Solusi terhadap permasalahan-permasalahan pun bisa lebih cepat dan smooth dilaksanakan.
Tapi kalau kondisi iman sedang tidak baik. Saya harus memaksakan diri untuk memperbanyak istighfar. Menelisik dan merancang kembali amalan shaleh dan amalan hati yang Saya lalaikan.
Karena Siapalah Saya yang menuntut Allah agar anak Saya harus begini dan begitu. Sementara kepada perintah Allah pun Saya abai. Astaghfirullah..
*3. Membersamai dan Mempelajari*
Yang ketiga, barulah Saya akan melihat, apa yang sebenarnya anak-anak lakukan.
Meski sulit, Saya harus melatih diri melihat 'suatu perbuatan' dari sisi anak. Kenapa mereka naik-naik ke atas meja, kenapa mereka menarik gorden, kenapa mereka menumph-numpahkan air, dst.
Kalaulah Saya melihat mereka sedang eksplorasi, artinya Saya harus memberikan alternatif fasilitas yang lain. Karena usia batita sejatinya usia yang seluruh 24 jam kesehatiannya ia manfaatkan untuk belajar dan menyerap berbagai hal.
Kalaulah mereka sekedar marah karena kesal dengan sesuatu. Saya biasanya lebih memilih untuk mendatangi, memeluk, dan mengalirkan arus energi cinta melalui sentuhan, bisikan, dan dekapan. Saya mencoba meyakinkan diri bahwa anak usia pra baligh adalah anak yang suci fitrahnya. ❤️
Bagi Saya, Memarahi anak adalah pilihan terakhir yang Saya tidak ingin lakukan.
Bukan hanya karena seringkali marah tidak menyelesaikan masalah, tapi anak pun jadi suka meniru cara marah orangtuany.
Saya berushaa untuk mengingat-ngingat bahwa mereka yang wafat diusia pra baligh akan langsung masuk surga. Kalaulah Allah tidak menghukumi mereka terhadap apapun yang mereka lakukan, siapalah Saya yang serta merta menghukumi mereka.
*4. Yang keempat, Saya dan suami senang memanfaatkan waktu-waktu kondusif untuk berbincang.* Meski perbincangan masih terkesan satu arah (karena anak-anak belum lancar bicara).
Waktu sebelum tidur, waktu tenang di rumah, waktu ketika adik atau kakaknya tidur sehingga bisa one to one, waktu ketika berjalan kaki santai berdua, dst.
Masing-masing keluarga mungkin akan punya caranya sendiri. Tapi diskusi dan berbincang tentang apa yang baik dan benar perlu dilakukan. Saya terkagum-kagum dengan kisah Luqman di dalam al Quran. Bagaimana Allah menceritakan Luqman yang mampu memberikan nasehat dengan fasih, lembut, namun bermakna. Cara menasehati seperti inilah yang Saya dan suami ingin latih untuk keluarga kami.
*5. Terakhir, tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali doa yang Allah kabulkan,* tidak adabyang mampu menenangkan hati dan jiwa melebihi dzikir kepda Allah. Saya tidak pernah tahu apa takdir Allah bagi anak-anak Saya. Tapi Saya percaya dengan kekuatan dzikir dan doa.
Dzikir dan doa bagi Saya sebuah kesatuan yang indah. Dzikir yang membuat hati dan lisan kita memuji Keagungan Allah. Dzikir pula yang menjadikan hati tunduk dan ingat dengan segala dosa.
Dalam keadaan seperti itulah hati akan lebih khusyuk dalam berdoa. Doa yang diringi dengan rasa tak berdaya, rasa penuh harap, dan rasa penuh keyakinan akan kebesaran Allah.
Doa yang dipanjatkan bukan hanya agar memiliki anak yang shaleh dan shalehah. Namun terlebih, doa agar Allah lapangkan hati menjadi orang tua yang baik. Agar Allah tunjukkan jaan-jalan terbaik dalam mendidik anak-anak di jalan Allah. Dst.
Terkadang, kita terlalu fokus dengan "bagaimana agar anak begini begini" tapi lupa bahwa "kitapun harusnya demikian dan demikian".
Kita sering fokus kepada usaha duniawi (membaca buku, menerapkan teori ini dan itu), tapi lupa bahwa yang mampu meluluskan semua harapan dan rencana kita hanyalah Allah SWT. ❤️
Tiada daya dan upaya selain dari Allah. Hanya kepadaNyalah kita bisa meletakkan harap dan doa. Dan Allah Maha Mendengar setiap doa hamba-hamabNya.
Allahua'lam bishawab. Setiap keluarga tentulah punya cara masing-masing dalam mengelola marah pada anak. ๐ Apa yang Saya sampaikan boleh jadi benar boleh jadi salah.
Jika ada yang bermanfaat, semuanya sepenuhnya datang dari Allah. Jika ada yang kurang berkenan, Saya Mohon maaf. ๐๐
Karina Hakman: *Tanya Jawab dari Grup #2*
3⃣
Pertanyaan: sy punya 2 putri, yg 1 usia 4 th 2 bln dan yg ke 2 baru 4 bln. Anak sy yg 1 jika adaptasi susah (pemalu) klo ada kesalahan sedikit dia nangis (tantrum) yg sy tanyakan bagaimana caranya menghadapi ank tantrum? Jujur sy kadang malu sm tetangga jk ank sy tantrum, apa yg harus lakukan bun... makasih๐
*Jawab:*
Yang saya pahami ada dua hal di sini ya...
Ada isu tentang anak yang pemalu,
dan ada isu tentang tantrum.
Jadi insyaAllah jawabannya pun akan saya bagi jadi dua bagian ya.. ☺๐
*1. Tentang anak yang pemalu*
Pertama, anak yang pemalu dan cenderung sensitif, selama masih sehat, *bagi saya* adalah karakter seorang anak yang harus diterima dengan hati gembira, sebagaimana karakter2 lainnya. ☺
Tinggal bagaimana nanti mengarahkannya.
Anak yang sensitif secara fitrah, memiliki beberapa potensi:
- hati yang sensitif untuk memaknai Al Quran, kebesaran Allah... ☺
- hati yang lembut untuk bisa menghargai, memaklumi, memaafkan, memahami dari sisi orang lain
- hati yang sensitif akan bertumpah ruang dalam menyayangi dan mencintai.
- dalam tataran praktis, boleh jadi ia akan berbakat di bidang penulisan, penelitian, seni, dsb yang memerlukan ketelitian, sensitifitas, ketenangan, dan sejenisnya.
☺
MasyaAllah kan..
Apalagi kalau sifat malu itu dihiasi dengan iman dan ilmu... ☺
Mungkin ia akan senang meneladani sifat malunya Utsman bin 'Affan r.a yang karena malu dan imannya, sampai-sampai para malaikat pun malu kepada beliau r.a.
Jadi, sebelum kita membahas tentang sang tetangga dan omongan orang, kita dulu yang harus bersyukur dengan anak kita.
Banyak sekali saya belajar dr pengalaman, anak yang sensitif ketika diarahkan, ia akan sangat perhatian terhadap sekelilingnya. Dari urusan kerapihan, saling tolong menolong dengan sesama, dan sejenisnya.
*Lalu bagaimana dengan tantrumnya?*
Kita pindah topik ke halaman selanjutnya ya... ๐
Karina Hakman: *Pertama*, apa makna tantrum buat saya.
Setiap orang boleh memiliki pendapat tentang tantrum. Dari yang saya pelajari, tantrum dalam batasan tertentu adalah wajar dan tanda sehatnya seorang anak.
_*Untuk mempercepat, saya izin share lagi tulisan lama saya ya*_ ☺๐
Kenapa anak kecil tidak boleh menangis? ๐
Ketika tantrum banyak menjadi momok negatif bagi para orangtua, ternyata ketika saya di Melbourne, di buku evaluasi anak, dr sisi mental health, tantrum menjadi salah satu indikator bahwa anak kita sehat (lihat tabel di gambar).
Tentunya, *tantrum yang dimaksud adalah frustasi yang diakibatkan adanya keinginan yang kuat akan sesuatu, namun kondisi yang ada tidak sesuai dengan yang anak harapkan.*
Tentunya pula, tantrum yang dimaksud *bukan karena kurang perhatiannya orangtua yang membuat anak jadi stress frustasi. :)*
Ketika tantrum berjalan wajar, insyaAllah seiring dengan kematangan anak, ia akan menjadi sarana belajar sabar, pengendalian diri, dan bijaksana.
Naah...jika tantrum saja masih tergolong sehat, apalagi dengan menangis. ๐๐
***
Baik bagi orang dewasa maupun anak-anak,
menangis adalah salah satu sarana untuk menyalurkan emosi kesedihan, kekecewaan, kemarahan, atas kejadian yang tidak sesuai dengan harapan. Kadang, menangis pun bisa menjadi wujud haru bahagia.
Bukankah wajar jika para Ibu menangis di hadapan suami dan kepada Allah, atas kelelehannya, keterbatasannya, perasaan gagalnya, perasaan putus asa, perasaan membutuhkan motivasi, harapan, dan arahan? ๐ Tentunya selama masih dalam batas kewajaran...
Bedanya dengan anak kecil adalah, orang dewasa yang baligh, idealnya akan memiliki Akil (kecukupan akal) untuk mampu menempatkan kapan, dimana, dan KEPADA siapa untuk menyalurkan emosinya dan mencari jalan keluar. :)
Mereka yang sudah akil baligh, seharusnya akan lebih mampu untuk bersabar, bersyukur, tawakkal, dan qanaah terhadap bebagai ujian dan tantangan.
Mengapa?
Karena mereka diberikan kemampuan mengolah ilmu menjadi sikap, karakter, akhak. ๐
Sementara anak-anak,
Sementara anak-anak pra-baligh, mereka masih dalam proses mencari ilmu, menerima ilmu, kemudian mengolahnya, kemudian melatih implementasinya. Itulah mengapa, mereka tidak dihukum atas kelalaian mereka jika mereka belum mampu berlaku sabar, mengontrol marah, dan mengelola tantrum di yang bukan tempatnya. ๐
Sayangnya, banyak kasus, anak-anak dipaksa untuk berhenti menangis dengan cara bentakan kasar, hukuman psikologis, bahkan hukuman fisik. Cara2 yang kasar dan tidak sesuai dgn usia kematangan anak, kalaupun menyelesaikan masalah, sangat mungkin akan menimbulkan masalah baru dalam bentuk luka batin.
Lalu, apakah kita tidak melakukan tindakan apapun?
Tentu saja tidak, ๐
Sama halnya dengan hal mubah (hukum: boleh) lainnya, hal mubah apapun jika berlebihan menjadi tidak baik.
Sama seperti halnya orang dewasa, berlebihan dalam menangis, kecewa, bukanlah perkara yang baik. Mata boleh menangis, hati boleh kecewa, tapi lisan dan hati tidak boleh mengatakan kata2 dan berprasangka yang dibenci Allah. Itulah yang berusaha kita tanamkan secara bertahap pada anak2. :)
Belajar dari Ust. Salim A Fillah, salah satu hal yang terpenting dalam proses *menyelesaikan kekecewaan anak* adalah qaulan sadiida qaulan hasana, berkata yang benar, berkata dengan cara yang paling ahsan (bijaksana). ๐
Jika anak terjatuh, menangis, dan merasa sakit, kami lebih suka menyambutnya dengan berempati, mendoakan kesembuhan baginya (langsung dihadapan mereka), dan berusaha membantu mereka
menghilangkan rasa sakitnya (melewati masa ujian mereka) ๐ .
Agar mereka paham, bahwa:
- Allah yang menyembuhkan
- Umi dan Abi ingin menjadi orang yang senantiasa berusaha membantu mereka di kala jatuh dab sakit
- orang yang 'jatuh' dan 'sakit' memerlukan empati sewajarnya.
Baru setelah itu, kami mengajak anak-anak untuk bersabar, bersyukur, dan mencari solusi (misal: obat, nasehat, dsb).
Lima konsep itu: empati, doa, sabar, syukur, dan usaha mencari solusi, adalah lima hal yang ingin kami tanamkan pada anak-anak sejak kecil hingga mereka dewasa. :) Bukankah itu adalah kelima hal tanda kebijaksanaan pada orang dewasa?
Nggak takut anak jadi cengeng?
Alhamdulillah nggak, ๐ karena menurut saya, cengeng itu diperlukan: cengeng kepada Allah ketika merasa tidak mampu, merasa gagal, merasa berdosa, merasa butuh, merasa tidak tahu harus bagaimana. InsyaAllah, dengan ilmu, kepahaman, dan keteladanan, seiring dengan bertambahnya usia mereka, mereka akan semakin bijak dalam melepaskan emosi dan mencari solusi.
Allah telah menganugerahkan hati yang lembut bagi manusia. ๐
Dengan kelembutan hati, mereka memiliki kepekaan kepada iman dan empati kepada sesamanya.
Kami khawatir, memaksakan hati yang sedih utk tidak boleh menangis akan mematikan kepekaan hati.
Teringat salah satu ceramah Ust Salim,
kalau anak yang sakit kemudian dikatakan kepadanya "kuat ya kuat kok kuaat". Jangan heran kalau ketika nanti ortunya mengelih sakit, anak2nya bilang "udahlah mah pah, jangan manja, yang kuat".
Kalau anak yang kesandung batu, kemudian "batunya nakal yah... ih, nih mamah pukul batunya". Jangan heran kalau anak akan tumbuh menjadi orang yang suka menyalahkan pihak ketiga atas kesalahan2 mereka.
Kalau mereka terjatuh, dan ortu mengatakan "Tuh kan.. dasar anak nakal... " , maka khawatir jadilah ia anak yang tidak percaya diri, gagal, nakal beneran, dan takut kepada ortu.
Intinya, Ust Salim berpesan, ucapkanlah perkataan yang baik dengan cara yang baik. Sampaikanlah kondisi apa adanya, memaklumi jika anak salah, memaafkannya, menyemangatinya untuk bangkit kembali. Bukankah seperti itu huka yang kita lakukan pada orang dewasa yang terjatuh?
Jika ia menangis atau bahkan tantrum karena keinginannya tak dikabulkan, hal itu TIDAK menyebabkan anak kemudian mendapatkan "sogokan", atau "kelonggaran aturan", atau justru "hukuman".
Tantrum menjadi proses latihan mereka untuk memahani tak semua hal yang mereka inginkan boleh didapat. Mereka belajar, bahwa dalam hidup memang ada aturan2 yang tidak bisa dianggar. Dan mereka pun belajar, bahwa dalam kondisi yang sulit, orangtua adalah tempat terbaik bagi mereka untuk mencari solusi, mencari kenyamanan dan ketenangan. Yang nantinya, peran tersebut akan mereka dapatkan dari Allah SWT.
๐ Bentakan2 dan amarah untuk menghentikan tangis adalah pengikisan terhadap kepercayaan anak kepada orangtua. padahal, kita ingin anak2 kita percaya (tsiqah) kepada kita.
Jika kebiasaan marah berterusan (kepada anaknya yang menangis atau tantrum), khawatirnya anaknya akan menjadikan 'marah' sebagai solusi berbagai masalah. Pemarah kepada rekannya, kepada gurunya, bahkan kepada orangtuanya.
Ketika mereka remaja, mereka takut utk menangis dan mencurahkan hati kepada orangtua dan akan lebih jujur dan terbuka kepada rekan-rekannya yang ebih menunjukkan empati.
Dan ketika mereka dewasa, tak bergantung lagi kepada orangtua, hubungan tak baik dengan ortu, akan menjadikan si anak sulit untuk berbakti kepada orangtuanya. Kecuali jika ia memiliki iman yang kuat, yang berbuah pada maaf dan akhlak terbaik.
***
Terakhir, banyak orang tua melarang anaknya menangis dengan dalih ingin mengajarkan anak menjadi kuat. Padahal, Rasulullah SAW pernah menyampaikan, bahwa ciri-ciri orang yang kuat itu, bukanlah yang berbadan besar, tetapi mereka yang mampu menahan marah... ๐ sementara itu, Rasulullah SAW adaah prang yang banyak menangis dibhadapan Allah dan berempati lembut hati kepada sesama.
Allahualam bishawab. ๐
Anak-anak adalah manusia bertubuh mungil yang juga memiliki "ujian"dan "tantangan" kehidupan, sesuai dengan tahap kehidupannya.
Tugas kita lah untuk mengajari mereka untuk bisa mampu menghadapi setiap ujian dengan empati, sabar, syukur, doa, tawakkal kepada Allah, dan mencari solusi dengan hati dan kepala yang lapang. :)
[27/3 21:13] Karina Hakman: *Kedua, bagaimana mengurangi potensi terjadinya tantrum?*
_*Sudahkah kita membantu anak mengurangi potensi Tantrum? ๐ (Age 1 - 4).*_
Tantrum pada anak memang wajar, tapi bukan berarti dipelihara.
Seiring dengan bertambahnya kematangan anak, insyaAllah tantrum akan hilang, berganti dengan komunikasi dan pengelolaan emosi yang baik. ๐
tapiii... harus ada usaha juga membangun kedewasaan itu ..
Bagaimana cara kita bisa membantu anak mengurangi tantrum?
1. ๐ Build up a routine
Salah satu pembelajaran yang saya dapat dr sesi counceling kala di Melbourne dulu, para councelor mengarahkan untuk membuat jadwal rutin bagi anak.
Salah satu penyebab tantrum adalah frustasi terhadap berbagai keadaan yang tidak siap mereka terima. Dengan membuat rutinitas harian, kita setidaknya membantu anak2 untuk bisa memprediksi apa yang terjadi berikutnya. Misal, pagi hari bangun tidur jadwalnya pergi ke pasar, lalu mandi, lalu nereka main mandiri karena ibunya masak, lalu mereka main sama ortu, lalu mereka makan siang, dst.
Tidak hanya dibuat, tapi juga disampaikan. Terutama ketika kita baru pertama kali membuat. ๐ Kalau anak sudah pintar nego, boleh juga kita sosialisasikan rencana kita, dan menampung masukan dr dia.
Misal, untuk mengawali, dr pagi hari kita sudah sampaikan apa saja kegiatan hari ini. Sampaikan juga kegiatan malam menjelang tidur. Contoh, sebelum mereka diminta tidur, kita pun mempersiapkan hints, seperti bersih2 diri, membaca buku, memakai lotion, dst. Dengan berulang, alhamdulillah pengalaman bersama anak2, di malam hari, permainan yg mereka minta adalah "read a book please", sampai mereka terlela, karena sudah paham bahwa jam segitu bukan lagi waktunya untuk yang lain2.
Kalau ada agenda di luar rutinitas, bisa coba sampaikan jauh2 hari, agar mereka bisa prepare. Atau bajkan mereka akan excited menunggu hari tersebut. Misal, besok akan ke luar rumah agak jauh, dan bla bla, sampaikan minimal satu hari sebelum, atau di malam hari sebelum, setidaknya mereka bisa mempersiapkan mental.
2. ๐ Memperhatikan kebutuhan jiwa dan raga.
Jiwanya memerlukan kasih sayang dan perhatian yang cukup. Raganya menerlukan asupan gizi yang baik, tepat waktu, dan istirahat yang cukup. Begitu juga dengan kebutuhan eksplorasi, sudah cukupkah waktunya bermain outdoor, melatih motorik, menggambar (bagi yg suka), dan perkara belajar lainnya? Perkara remeh dan sangat biasa memang, tapi ternyata seringkali saya temukan kasus yang mengarah ke sana. Dan kasus kurangnya asupan fisik dan psikis, bisa menimpa ibu manapun, baik ibu bekerja, ibu sekolah, maupun ibu rumah tangga. Karena yang diperlukan adalah kombinasi dari quantity dan quality.
3. ๐ Mengelola Stress Orangtua.
Dunia pernikahan beda dengan pacaran. Pernikahan datang dengan seabreg tanggung jawab sebagai ujian menuju surga. Sementara pacaran tanpa ikatan, tanpa beban. Nggak cocok, bubar saja. Kalau nikah, perjanjiannya sampai mengguncangkan Arsy Allah.
Stress bisa saja muncul, maka kemampuan mengelola stres agar jiwa orang tua tetap dalam batas sehat dan dapat berpikir jernih. Orang tua yang tidak mampu mengelola stress, akan cenderung melampiaskan masalahnya pada anak, sehingga diajak main mungkin nggak nyambung, apalagi ngobrol, apalagi untuk bisa inisiatif melihat sikon dikala anak memerukan perhatian.
4. ๐ Konsisten dengan aturan.
Kalau sejak awal, dengan pikiran sadar, kita tidak bisa mengiyakan permintaan anak, so we need to be consistent to the rule.
Kalau jatah es krim seminggu sekali, stick with it. Kalau tidak boleh makan permen tertentu, stick with it. ๐ Dan berbagai aturan prinsip lainnya dalam keluarga masing-masing..
Ketika anak tantrum dan orangtua memberikan REWARD untuk menghentikan tantrum, maka anak akan belajar bahwa menangis adalah cara ampuh untuk mendapatkan sesuatu. Apalagi di tempat umum, ketika ortu cenderung diliputi berbagai tatap pasang mata, dan kalau mengalah memilih jalan pintas dengan melanggar aturan yang dibuat. Misal, anak ingin beli mainan, padahal jadwal membeli mainan di tempat tersebut sudah lewat dan sudah tidak ada jatah untuk itu. Anak merengek, guling2, mau dibelikan atau nggak? hehe... Kalau mau stick tp the rule, berarti tetap nggak dibeliin. Bukan karena gak ada uang, tapi untuk menekankan bahwa nggak semua hal yang anak mau harus didapat. ๐ Tentunya, penegasan tersebut dengan upaya untuk menenangkan, menyayangi, dan memberi pengertian pada saat yang tepat.
5. ๐ ow ow.. ada yang lupa... Adakah anak2 terlslu banyak ter ekspose gadget? ortunya sendiri menyadari anaknya sulit lepas dari gagdet, ups...
Mungkin bisa dievaluasi, barangkali anak2 terlalu banyak mengkonsumsi yang satu itu. Sehingga energinya yang besar tidak tercurahkan dengan aktivitas bergerak atau belajar langsung yang mengasah otak dan kreatifitas.
Kelamaan termanjakan dengan gadget juga menbiasakan anak selalu terhibur tanpa harus usaha, membuat bingung jetika gadget tidak ada. Belum biasa untuk mengkreasikan berbagai barang yang ada. Terlepas pro dan kontra penggunaaan gadget, saya rasa para ortu akan tahu kapan anak2nya ternyata "sudah sulit lepas dari gadget". Ketika mereka Bt atau bosan.. atau tidak tahu mau ngapain.. jadilaah... eng ing eng.. nangis yang nggak jelas dan tiada henti.. Jadi.. silahkan dikembalikan lagi kepada keluarga masing-masing... ๐ Bagaimana pengaturan gadget di rumah...
6. ๐ Finally, have we asked Allah?
Sudahkah kita meminta kepada Allah, agar Allah melapangkan hati kita, melapangkan hati anak2 kita?
Jika sudah, sejauh mana kita berusaha memenuhi perintahNya, mendekat padaNya, yang Maha Membolak balikkan hati manusia?
๐ Buat saya, dari keseluruhan PR2, justru poin terakhir yang kayaknya masih paling banyak kekurangan. Padahal, Allah lah yang memegang seluruh kendali kehidupan. Allah lah yang mampu mendewasakan, menganugerahkan taufiq, memasukkan iman, kepada anak-anak kita.
Allahualam bishawab. ๐ Ini hanyalah sedikit catatan hati pengingat diri... Semoga bermanfaat dan berkah.. dan semoga kita semua istiqamah dalam memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita. Allahumma Aaamiiin.
[27/3 21:22] Karina Hakman: *Ketiga,* pendapat tetangga... ๐๐๐๐
paling gak enak memang, ketika kita dalam kondisi bersusah payah, ditambah lirikan-lirikan atau komentar-komentar yang tidak mengenakkan. ๐
Disinilah kita perlu *berpikir logis*.
1. Fokus kepada anak, bukan kepada tetangga. Yang terpenting adalah apa yang terbaik untuk anak kita.
Kalau menurut saya, (menurut saya yaaaaa... ☺), dengan berbagai penjelasan panjang di atas, ketika anak tidak nyaman bermain di luar atau bertemu orang, *saya tidak memaksakannya*.
Saya menghargai anak saya sebagai jiwa independen yang utuh. Bukan seseuatu yang bisa saya paksa sesuka hati.
InsyaAllah akan ada masanya, ada masanya...
Kalau kita sabar menanamkan iman, menguatkan ikatan hati, insyaAllah, ☺ anak kita akan tumbuh menjadi orang yang:
• senang silaturahim
• berakhlak mulia
• senang menolong
Jadi bagi saya, jangan pernah berpikir kalau dia skrg begini, nanti pasti akan a b dan c. ☺
Mendidik anak bagi saya perlu *rileks dalam mengikuti fitrah*, pendidikan anak yang bersifat mengembangkan potensinya ke luar, bukan memaksakan memasukkan kehendak kita kepada anak.
2. Fokus kepada Allah ☺
Tanggumg jawab mendidik anak adalah *tanggung jawab kita kepada Allah* bukan kepada *tetangga* ๐
Jadi santai aja... Lakukan lah apa yang menurut kita *paling Allah sukai* untuk kita lakukan..
karena *kita akan diadili untuk apa yang kita lakukan dan pikirkan,* bukan terhadap *apa yang orang pikir* kita lakukan dan pikirkan.. ๐๐
[27/3 21:35] Karina Hakman: *Dari grup #1*
2⃣ Nama: Anna
Usia: 46
Pertanyaan:
Bolehkah kita menyandarkan kata hebat pada ibu atau anak?
Ibu hebat..
Anak hebat..
Karena yang hebat itu Allah.
Mungkinkah bisa ditambahkan hadits: ikhtiar mendekatkan pada takdir.
*Jawab*:
Yang saya pahami, ada perbedaan yang jelas antara *hebat* dan *Maha Hebat*.
๐๐
Penciptaan manusia bukanlah perkara biasa. Dengan segala kekurangannya, Allah telah menciptakan manusia menjadi 'abdullah (QS. 51:56) dan khalifatullah (QS. 2:30).
Dengan tujuan itu saja, ๐
manusia menjadi makhluk yang luar biasa, Allah karuniakan kemuliaan sehingga setiap malaikat diminta untuj bersujud dihadapannya.
Ditambah lagi,
setiap manusia memiliki potensi menjadi penghuni surga yang tinggi, yakni manusia-manusia 'Ibadurrahman (QS. 25: 63-75).
Manusia memiliki potensi untuk menjadi penghuni surga 'Adn (QS. 98: 7-8). Dan Allah bahkan memuji manusia beriman dengan sebutan _*khayrul bariyyah*_, yang artinya adalah *sebaik-baik makhluk*.
MasyaAllah kan.. ๐๐
Jadi kita harus bersyukur dulu dengan fitrah yang Allah tanamkan ini.
Allah telah mendesain kita sedemikian rupa agar kita bisa mencapai tempat tertinggi di sisiNya.
Jangan sampai segala potensi ini tidak kita kerahkan dan *hanya ingin menjadi biasa-biasa saja*.
Ibarat kata, sayang banget kalau punya laptop canggih, pinter cerdas, kuliah di tempat bagus, tapi banyak waktu dipakai leyeh-leyeh. ๐๐
Begitu juga kita, udah dikasi kapasitas 'Abdullah, 'Ibadurrahman, Mukminin, Muttaqin, Muhsinin, semua sebutan ini isinya orang-orang hebat semua.
Sayang kalau ternyata mau jadi biasa2 saja.
Kurang lebih begitu ya... ๐
Tentang takdir, lanjut ke halaman berikutnya yaaa...
Karina Hakman: *Tentang Hadits ikhtiar mendekatkan takdir*
Pelan - pelan ya... ๐๐
Ikhtiar mendekatkan takdir yang saya tulis di atas bermakna:
Allah telah menetapkan banyak hal pada diri kita bahkan dari sebelum kita lahir.
Tapi, dari segala ketetapan itu, *Allah masih memberikan kita pilihan: ingin baik atau buruk*. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang akan kita pilih.
Sebagai contoh,
Terkait jodoh... Allah telah menetapkan
_"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."_
(lihat QS. An Nur:26)
Artinya, walaupun *jodoh adalah bagian dari takdir*, kita masih bisa memilih ingin jodoh yang baik atau yang buruk.
Begitupun dengan perkara lainnya, ๐
Kalau kita ingin anak yang shaleh, maka *lakukanlah usaha-usaha untuk memiliki anak yang shaleh.*
Mendoakan anak, berdoa sebelum beribadah suami istri, memberikan lingkungan yang baik pada anak, dst, ๐
semuanya adalah usaha/ikhtiyar untuk *menjemput takdir yang baik.*
Allahualam bishawab
• Terkait Hadits, saya sedang tidak pegang buku Hadits dan bukan ahli Hadits. Hanya murid saja... ๐๐
Tapi setidaknya, ada banyak ayat Al Quran yang menerangkan terkait *sebab-akibat* perbuatan manusia.
Ayat yang saya sampaikan di atas (QS. Asy-Syams: 8-10) adalah satunya di mana Allah menyatakan memberikan pilihan.
Contoh lain,
di dalam QS. An-Naziat: 37-41, Allah menerangkan tentang orang-orang yang masuk surga dan neraka dikarenakan perbedaan amalnya selama di dunia.
Contoh lain yang sering jadi favorit kita semua,
QS. Ath-Thalaq ayat 2-3. ๐ Kalau kita bertaqwa dan tawakkal kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan jalan dari yang tidak disangka2.
*Maka iman, usaha, dan berbagai keputusan kita akan berpengaruh kepada taqdir yang kita jalani.*
Allahualam bishawab.
Karina Hakman: *Ooh.. tambahan* terkait ikhtiyar menjemput taqdir yang baik... Perbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah.. QS. Nuh: 10-12. ๐
_"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”_
Banyak hadits juga yang senada dengan ayat ini.
Allahualam
Karina Hakman: *Dari grup #2*
2⃣
Pertanyaan : bagaimana menghadapi masa anak anak yang nakal ? Supaya tidak nakal hingga dewasa
*Jawab:*
Tidak ada anak yang dilahirkan dalam keadaan nakal. ๐๐๐
_"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):_
_"Bukankah Aku ini Tuhanmu?"_
Mereka menjawab: _"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"._
_(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",_
(lihat QS.Al A'raf: 172)
Maknanya, ketika anak nakal, seperti yang saya sampaikan di pertanyaan sebelumnya, dari yang saya pelajari, orangtualah yang pertama kali harus *beristighfar dan muhasabah.* ๐ Dilanjutkan dengan mulai memperbaiki diri dan keluarga tahap demi tahap, terutama dalam mendekatkan diri kepada Allah dan mempelajark ilmu yang diperlukan dalam mendidik anak.
Karena kitalah yang diberi tanggung jawab/amanah pertama kali dalam mendidik anak.
Anak bisa menjadi musuh bisa pula menjadi sahib, dan Allah memerintahkan kita untuk *berhati-hati, memaafkan (lihat QS. 64:14)*, dan *bertaqwa (lihat ayat 15-16 nya).*
๐
Allahualam.
Karina Hakman: *Dari grup #2*
Madrasah Ayah Bunda #2
1⃣
Pertanyaan : saya memiliki bayi usia 4bulan..
Saya berperan sebagai ibu sekaligus ayah, dikarnakan suami bekerja diluar kota & hanya pulang tiap 3-4bulan sekali..
Karna kondisi tersebut, saya sering mendengar omongan tetangga tentang suami saya yang jarang pulang tersebut.
Yg ingin saya tanyakan, jika nanti anak saya sudah besar, bagaimana cara nya menjelaskan pada anak tentang kondisi ini?
*Jawab:*
Waah waktunya sudah habis ya.. saya coba ringkas saja ya.. ๐๐๐๐
1. Pelajari ilmu tentang kemuliaan memberi nafkah seorang suami kepada keluarganya.
2. Pelajari ilmu terkait fiqih suami yang bepergian (terkait waktu, adab, kewajian, dan seterusnya).
3. Abaikan saja omongan tetangga. *Jadikan sebagai kesempatan ladang pahala dengan bersabar dan mendoakan mereka agar bertaubat*. *Berghibah* adalah dosa yang tidak boleh diremehkan di sisi Allah SWT.
4. Terapkan pernikahan yang jarak jauh ini sesuai ilmu yang dipelajari di poin 2 di atas.
5. Ketika suami pulang, optimalkan dengan quality time bersama anak, memperkuat kedekatan emosi, dan membangun rasa tsiqah (peecaya), hormat, sayang dari anak ke Ayah.
6. Ketika suami sedang bepeegian ke luar kota. Mujahadahlah untuk sering2 berkomunikasi, semata2 karena Allah. Pernikahan adalah perjanjian yang berat (mitsaqan ghaliza) dan setan sangat ingin menggangu dan membubarkannya.
7. Jika anak bertanya tentang ayahnya, dan omongan tetangga, sampaikan poin 1 dan ajarkan anak untjk terus mempraktekkan poin 5.
8. kisah yang bisa diambil hikmahnya terkait suami yang sering bepergian adalah kisah pernikahan Nabi Ibrahim a.s dengan Siti Hajar. Dari kesabaran mereka lahirlah ismail a.s yang kemudian dari keturunannya lahirlah Nabi akhir zaman, yang paling mulia, Rasulhllah SAW.
Allahualam bishawab. Semoga Allah mudahkan lapangkan hati dan berkahi urusan keluara Bunda sekelurag. ๐๐
๐ผ๐ผ๐ผ๐ท๐ท๐ท๐ท๐ท๐ผ๐ผ๐ผ
Masyaa Allah,
Alhamdulillahirabbilalamin,
๐ญ๐ญ๐ญ
Luarrr biasa sekali teh Karinnnnn, Jazzakillah Khairan tetehhh sudah berbagi ilmu dgn kita semua di forum ini. Sungguh amat bermanfaat tehhh,
Saya berharap sekali, semakin banyak Ibu, Calon Ibu yg sedia dan siap menjemput ilmu untuk menjadi "Madrasah Utama bagi Keluarga",
Semoga menjadi amal jariyah untuk Tehh Karin dan keluarga.. :")
Masyaa Allah,
Allohuakbar!!
Bunda semua, kini dihadapan bunda telah hadir karunia Allah, seorang anak, untuk ditemani, dirawat, ditumbuhkan, dikembangkan berbagai potensi yang ada pada dirinya.
Syukur dan Sabar, semoga Allah senantiasa membersamai bunda semua dalam setiap langkah mendidik dan merawat buah hati,
Yang belum menikah, belum mempunyai anak, mudah2an Allah mudahkan segala prosesnya :")
Dan tetaplah belajar, siapkan bekal terbaik untuk mendidik anak-anak kita..
Sumber : Group WA Madrasah Ayah Bunda
*ุจِุณْู ِ ุงِููู ุงูุฑَّุญْู ِู ุงูุฑَّุญِูู *
Assalamualaikum Shalihah semua... ๐
Semoga semuanya dalam keadaan terbaik di sisi Allah SWT.
Bagi yang sedang sakit atau menemani keluarga yang sakit, semoga Allah sembuhkan dan sakitnya pun menjadi ladang pahala.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada *Madrasah Ayah Bunda* yang telah memberikan kesempatan berbagi curahan hati di forum ini.
Terima kasih juga kepada para peserta yang bersedia menemani saya, dalam proses belajar *menjadi Ibu yang hebat, madrasah terbaik anak-anak kita.*
Saya sendiri masih belajar, jadi insyaAllah sesi ini kita jadikan diskusi saja ya.. silahkan kalau setelah materi ada yang ingin menambahkan yang kurang,
membetulkan yang salah,
atau menanyakan yang kurang jelas.
๐
sebelum kita mulai, mari kita sama2 memperbaharui niat kita dan berdoa kepada Allah...
*ุงََُّูููู َّ ุฅِِّْูู ุฃَุณْุฃََُูู ุนِْูู ًุง َูุงِูุนًุง، َูุฑِุฒًْูุง ุทَِّูุจًุง، َูุนَู َูุงً ู ُุชََูุจَّูุงً*
[HR. Ibnu Majah]
_*"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima."*_
Allahumma Aaamiin..
Baiklah.. insyaAllah kita mulai ya... ๐๐
Karina Hakman: ๐ ๐๐๐๐๐๐
*Menjadi Ibu yang hebat* bagi anak-anaknya adalah cita-cita besar setiap muslimah shalihah.
Anak yang shaleh bukan saja akan menjadi qurrotaa'yun (penyejuk mata dan hati) bagi kita (QS. 25:74), tapi juga dapat menjadi bekal kita menuju surga dan ridha Allah SWT (anak sebagai shadaqah jariyah yang tak putus).
Lalu, *siapakah* para Ibu yang hebat itu? ๐
Setiap orang boleh memberikan pendapat. Namun *definisi ibu hebat* yang saya pegang adalah ia yang memenuhi dua kriteria utama, yakni istiqamah dalam *sifat shalihahnya, qaanitaatnya, dan haafizhatnya* (silahkan lihat QS.4:34).
Bahkan, sifat-sifat indah tersebut senantiasa bertambah seiring dengan bertambahnya peran sebagai seorang istri, kemudian sebagai ibu, dan seterusnya.
Karena Ibu yang demikian,
insyaAllah, _*akan dapat mendidik anak-anaknya dengan*_
• _*penuh keikhlasan,*_
• _*kekuatan optimal iman dan fisik*_
• _*manajeman yang baik, dan*_
• _*kebijaksanaaan dalam menghadapi setiap ujian.*_
***** ๐๐๐
MasyaAllah... bisa kita bayangkan kalau kita memiliki *4 sifat* ini dalam menjalani peran kita sebagai seorang Ibu.
Mungkin kita tidak akan *tergoyah* oleh kegalauan pada saat hamil, melahirkan, menyusui, mengasih dan asuh...
karena hati senantiasa ikhlas..
dari hati yang ikhlas lahirlah jiwa yang sabar dan syukur,
dari jiwa yang sabar dan syukur, lahirlah sikap optimisme dan tawakkal...
๐
Dengan *empat sifat* tadi, apapun masalah dan tantangannya, insyaAllah kita akan mampu melewatinya dengan ilmu dan tawakkal...
dari ilmu dan tawakkal, lahirlah kebijaksanaan...
dari kebijaksanaan, lahirlah keputusan-kepitusan terbaik dalam setiap langkah hidup kita...
Dari keputusan-keputusan terbaik, lahirlah anak-anak yang tumbuh optimal baik dari sisi ruhiyah, fikriyah, maupun jasadiyah...
๐
MasyaAllah, betapa indahnya jadi Ibu yang seperti itu ya..
Yang gak banyak galau,
yang tenang,
yang gak banyak marah,
yang gak banyak bingung,
yang banyak beramal shalih,
yang tenang dan menenangkan,
yang menebar manfaat dan salam kemanapun ia berada...
❓ *Mungkinkah seperti itu di zaman sekarang?* ๐
✅ *Sangat mungkin ๐*...
❓ *Bagaimana caranya?* ๐
✅ *Nah inilah yang jadi PR bagi kita semua* ๐
hayuk ah lanjut ke bagian berikutnya...
๐๐๐๐๐๐๐๐
Karina Hakman: ๐ฅ _*Pertama,*_
kita harus yakin dan sadar dulu bahwa secara fitrah, kita adalah ibu terbaik bagi anak-anak kita.
*Yakinlah*, ๐
bahwa hakikatnya, tosetiap perempuan Allah takdirkan memiliki fitrah sebagai Ibu, baik dari segi fisik maupun psikis. ๐
Fitrahnya, perempuan dicipta untuk hamil, melahirkan, dan menyusui... ๐
Fitrahmya, perempuan diberi perangkat rasa menyayangi, mencinta, mendidik, beserta dengan segala atributnya... ๐
*Tapi....*
Fitrah itu dapat tertutupi, terkubur dalam, bahkan membeku sementara, ketika ia tidak ditumbuhkan dan dirawat... ๐
Pada generasi kita, fitrah itu banyak sekali tergerus, tertutupi, bahkan terlupakan dengan pola pendidikan dan lingkungan yang ada.
*Sebagai contoh,*
Fitrahnya, perempuan akan nyaman dan senang berada di rumah, jauh dr keramaian campur baur laki2, jauh dr penglihatan laki-laki2 yang bukan halalnya...๐
Tapi seiring waktu, *fitrah rasa malu* dapat tergerus oleh pembiasaan sejak kecil, yang membiasakan campur baur dan interaksi laki-laki dan perempuan...
Fitrahnya, perempuan senang mendidik dan membesarkan anak...
Namun zaman ini, banyak perempuan yang tidak suka dengan peran hamil, melahirkan, menyusui, bahkan mendidik anak... Lebih baik anak dititipkan saja...
Karena sejak kecil, ๐
Perempuan generasi kita dibiasakan berada di sekolah dari pagi sampai siang bahkan sampai sore...
Sejak kecil, ๐
Perempuan dididik dengan kapasitas untuk berkarir dan berkarya di luar rumah...
Sejak kecil, ๐
Kita tidak dipahamkan secara mendalam tentang *urgensi dan kemuliaan peran ibu* bagi diri kita, keluarga, dan ummat...
*Maka ketika sudah terbersit di dalam hati kita, fitrah keibuan, ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita, bersegeralah tangkap, tumbuhkan kembali, jaga, dan rawat dengan sebaik-baik perawatan.* ๐ฅ
๐ฅ_*Kedua,*_
Mulailah dengan menjadi *penuntut ilmu*. Karena mempelajari ilmu menjadi seorang Ibu adalah perjalanan tanpa henti. Ilmu adalah modal utama kita mempelajari *empat sifat* yang disebut di awal tadi. ๐
Pernahkah mendengar ungkapan berikut ini:
_*Ahh harus sabar, anak saya mah memang bawaan dari dulu nggak bisa nurut...*_
_*Ahh.. anak saya mah memang kemampuannya gini-gini aja... udahlah pasrah dan ikhlas saja...*_
Banyak sekali.. banyaaaak sekali keluhan yang terdengar dan kemudian secara tidak langsung menyalahkan *takdir*.
Memang, keberadaan anak adalah bagian dari takdir, dan kita tidak bisa memilih siapa yang akan kita lahirkan...
Memang, ada banyak situasi dan kondisi yang terjadi adalah takdir, dan Allah tetapkan jauh sebelum kita lahir...
*Tapi, kita bisa memilih jalan takdir terbaik bagi kita dari seluruh pilihan yang ada...* ๐ฅ
*yakni, apakah kita ingin memilih jalan kebaikan atau jalan keburukan, bagi anak-anak kita.*
Astaghfirullahal'adzim..
_(Lihat QS. Asy-Syams: 8-10.)_
َูุฃََْููู ََูุง ُูุฌُูุฑََูุง َูุชََْููุงَูุง
_"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya"_
َูุฏْ ุฃََْููุญَ ู َْู ุฒََّูุงَูุง
_"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,"_
ََููุฏْ ุฎَุงุจَ ู َْู ุฏَุณَّุงَูุง
_"dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."_
***
Setiap jiwa manusia Allah lahirkan dalam keadaan fitrah terbaik.
Lalu *respon dan didikan* Ayah Ibunya lah yang akan berkontribusi pada tumbuh kembangnya di kemudian hari.
Bagaimana anak kita di kemudian hari, *kita turut andil dalam menentukan hasilya.*
Dan *usaha memilih takdir ini*, bukan dimulai ketika anak sudah SD atau sudah baligh, tetapi *sejak kita belum menikah*.
Ikhtiar pendidikan anak kita sudah dimulai bahkan sejak *memilih ayah* bagi anak kita.
๐
Ilmu pendidikan anak, setidaknya mencakup ilmu
• aqidah, akhlak, Quran, Fiqih
• menjemput jodoh ๐
• pernikahan termasuk walimah
• proses ibadah setelah menikah
• ketika hamil
• ketika menyusui
• ketika melahirkan
• ketika menyapih
• mendidik anak bayi
• mendidik anak batita
• mendidik anak balita dan menjelang usia tamyiz (biasanya 7 thn)
• mendidik anak pra baligh
• mendidik pemuda
• mendidik anak yang telah dewasa
• bahkan setelah ia telah menikah
๐๐๐
Waah banyaaaak.. iya.. karena selama kita masih bernyawa, kita masih memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak kita agar terpelihara dari azab neraka, agak menjadi shalih dan shalihah.
dan *semuanya... memerlukan ilmu!*
๐
Karena banyaknya ilmu yang perlu kita pelajari, mulailah meniatkan dan mencicil dari sekarang, terlepas dari
apakah kita sudah menikah atau belum..
apakah kita sudah punya anak atau belum..
Dengan kefahaman dan niat yang benar, insyaAllah poin keikhlasan yang benar dan istiqamah dapat tercapai.
Dengan kefahaman yang benar, maka seorang perempuan akan peduli dengan fisiknya. Bukan hanya kecantikan, tapi kekuatan fisik dan stamina,
ketangkasan dalam beraktivitas,
kesehatan yang optimal.
Dengan kefahaman yang benar, kita memiliki bekal untuk menata kehidupan kita dengan manajemen yang baik. Manajemen waktu, manajemen operasional rumah tangga, manajemen gizi, dan seterusnya..
Dengan kefahaman yang benar, insyaAllah kita akan mampu membiat berbagai kepitisan dengan bijaksana.
*Mungkin ini semua memerlukan perjuangan,*
tapi bukankah seorang insyinyur memerlukan waktu belajar 4 thn sebelum ia mendirikan bangunan?
bukankah seorang dokter harus belajar setidaknya 6 thn sebelum ia mengobati jasad manusia yang sakit?
Lalu apalagi dengan seorang Ibu?
Bahwa ia bertanggung jawab membangun *jasad dan jiwa yang shalih* dalam wujud seorang manusia...
ia bertanggung jawab *berusaha* menjaga kesehatan sepanjang masa, *berusaha* mengobati yang sakit baik jasad dan jiwa..
Mungkin ia memerlukan perjuangan, tapi insyaAllah...
*jika kita memberikan usaha terbaik kepada Allah SWT,*
*maka bukan hanya kita saja yang merasakan efek kebaikannya,*
*namun juga suami kita, anak-anak kita orangtua kita, mertua kita, dan siapa saja yang berada dalam lingkaran kehidupan kita.*
*Dan begitupun sebaliknya..*๐
Dan dalam melaksanakan semua ini, kita perlu satu hal lagi...
Karina Hakman: ๐ _*Ketiga,*_
Mujahaddah, menjadikan peran ini sebagai ladang jihad di jalan Allah.
*Apakah yang dimaksud dengan jihad?*
• *Ibnu Mubarrak berkata,*
_"Jihad adalah mujahadah terhadap jiwa dan hawa nafsu"_
• *Ibnu Abbas ra. berkata,*
_"Jihad adalah menguras potensi dalam membela agama Allah dan tidak takut cercaan orang yang mencerca dalam melaksanakan agama Allah SWT"_
_*(definisi diambil dari Syarah Risalah Ta'lim, hlm 402-403, oleh Muhammad Abdullah Khatib & Muhammad Abdul Halum Hamid)._
*Dalam konteks peran sebagai ibu,* maka memiliki sifat mujahadah bagi saya bermakna:
• saya mengerahkan segala potensi agar segala proses pendidikan anak saya dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
• saya mampu mengalahkan berbagai hawa nafsu diri yang menghalangi saya untuk memberikan yang terbagi anak.
*Apakah saya sudah mampu mencapai mujahadah?*
☺๐ Belum...
Bahkan masih sangat jauh dari sosok ideal yang saya idam-idamkan...
Tapi memang di sanalah mujahadah saya diuji...
sejauh mana saya benar-benar ingin menjadi sosok *shalihah, qanitaat, dna hafizhat* bagi suami dan anak-anak saya..
Jatuh bangun dalam membangun mujahadah bagi saya seperti menyambung rantai-rantai menuju taqwa... ☺
bermakna,
ketika saya sadar saya jatuh, gagal, salah..
maka yang harus dilakukan adalah *bangkit*, *taubat*, *perbaiki*, dan *memulai kehidupan yang baru*...
Mujahadah ini adalah salah satu *kunci* istimewa untuk mewujudkan impian saya *untuk anak-anak saya*...
Saya haqqul yaqin.. yakin seyakin-yakinnya dengan janji Allah SWT... bahwa Allah akan menunjukkan jalan-jalanNya, jika kita mau bermujahadah...
Allah berfirman,
َููฑَّูุฐَِูู ุฌََٰูุฏُูุง۟ َِูููุง ََْูููุฏََُِّูููู ْ ุณُุจََُููุง ۚ َูุฅَِّู ูฑََّููู َูู َุนَ ูฑْูู ُุญْุณَِِููู
_"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta para muhsinin."_
Kalau ada hal yang tidak baik pada anak-anak saya,
bermakna saya harus memperbanyak istighfar, bermuhasabah, dan berusaha lagi..
Teringat pesan salah seorang guru dalam kehidupan saya,
*"Jika belum ditunjukkan jalan, mungkin, karena memang kitapun belum bermujahadah... dan kitapun memang belum bertaqwa."*
Subhanallah.. nasehat ini sangat membekas bagi saya pribadi..
Karina Hakman: ๐น *Terakhir*,
Saya ingin mengingatkan diri sendiri, bahwa *Allah adalah Ar-Rahman dab Ar-Rahim*,
bagaimanapun kondisi kita sekarang, sesulit apapun ujian dan tantangan yang Allah hamparkan, maka ia adalah wujud kasih sayang Allah atas kita.
*_Tidak ada yang lebih menyayangi kita, melebihi sayangnya Allah SWT._*
Maka, dalam berbagai keterbatasan kita sebagai manusia,
bersama-sama kita berusaha menjadikan *doa* sebagai penguat segala ikhtiyar kita. Dan senantiasa *berhusnuzhan*, memberikan sebaik-baik sangka kepada Allah SWT, karena Allah sebagaimana prasangkaan hambaNya.
Allahua'lam bishawab. Mohon maaf jika ada salah kurang. Jazakunallahu ahsanal jaza untuk Sahabat Shalihah di manapun berada.
☺๐
Semoga Allah karuniakan kepada kita hati yang khusyuk ikhlas dan penuh syukur...
Semoga Allah karuniakan kepada kita tubuh yang layyin (sangat ringan mengayun) untuk diajak beribadah kepada Allah SWT..
Semoga Allah karuniakan kepada kita petunjuk, bimbingan,
kemudahan, dan keberkahan dalam segala urusan-urusan kita.
Allahumma Aaamiin.
ุณُุจْุญَุงََููุงَُّูููู َّ َูุจِุญَู ْุฏَِู
ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู ูุงَ ุฅَِูู ุฅِูุงَّ ุฃَْูุช
َ ุฃَุณْุชَุบِْูุฑَُู َูุฃَุชُْูุจُ ุฅََِْููู
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Karina Hakman: *Sesi Tanya Jawab Grup #1*
1⃣
Pertanyaan: bagaimana caranya membuat diri ini selalu sabar dan selalu siap dalam menghadapi setiap tumbuh kembang, sikap sang buah hati
3⃣
Pertanyaan: setiap ibu tentunya merencanakan segala sesuatu yg terbaik untuk anaknya, ketika anak seusia balita yg super aktif, blm bisa di beri tau 1 kali dan jika kita ingin meluruskan ketika ia mmbuat kesalahan.
bagaimana cara kita sebagai orang tua mengontrol emosi kita agar tidak terjadi hal2 yg tidak kita inginkan?
*Jawab:*
Kedua pertanyaan ini intinya sama ya, terkait manajeman emosi dan memupuk sabar. ☺
Sebetulnya terkait topik ini, sudah bisa dijadikan satu kulwap tersendiri karena urusannya kompleks.
Dengan waktu yang terbatas, saya copy paste kan salah satu tulisan saya ya...
❤️ *Mengelola Marah pada Anak Batita-Balita* ๐
Saya yakin, secara naluri mendasar, seorang Ayah dan Ibu, tidak ada yang suka dengan adegan memarahi anak. Apalagi jika ditambah dengan tangan yang melayang, meski secuil, meski setampas ringan.
Ahh.. tapi memang terkadang keinginan tidak selalu sesuai dengan realisasi di lapangan. Anak yang mungkin kita lihat tidak mau diatur, tidak bisa diberi tahu. Bahkan, justru terkadang, anak-anak lah yang berbalik marah. Entah dengan menangis, berguling-guling, melempar-lempar, dst. ❤️
Melelahkan? Tentu. ๐
Meski bersabar itu berpahala, bukan berarti kita membiarkan semua itu terjadi tanpa usaha mencari solusi. ❤️๐
*1. Evaluasi Kasih Sayang dan Perhatian*
Hal pertama yang biasanya Saya lakukan ketika anak tetiba tidak jelas, adalah mengevaluasi waktu dan kasih sayang yang Saya dan suami berikan kepada anak.
Adakah beberapa hari atau pekan ke belakang kami kurang memberikan perhatian. Bagi Saya, apakah ketika menyusui Maryam Saya sibuk sendiri dengan Hp dll. Ketika Abinya membersamai anak2, adakah Abinya fokus berinteraksi dengan hati.
Karena bagi kami, waktu dan perhatian yang dibutuhkan anak sekedar 'ada', namun melibatkan diri bermain bersama, bercengkrama, berbicara dari hati ke hati. Membersamai anak juga membantu kami mempelajari potensi bakat dan karakter anak. Dan itu adalah yang kami perlukan dalam membantu memfasilitasi tumbuh kembang mereka sesuai fitrahnya.
Kalaulah perhatian dan kasih sayang itu kurang, Saya rasa sangat wajar anak-anak menjadi galau. Saya hanya bercermin dengan diri sendiri. Bagi istri, hari-harinya menjadi galau kalau suaminya kurang memberi perhatian dan bersikap tidak jelas. Begitupun sebaliknya.
Dengan begitu, Saya merasa anak yang sedang rungsing menjadi kasihan kalau Saya marahi lagi. Sudahlah mereka memerlukan perhatian, ternyata malah dimarahi lagi. Saya rasa, Saya tidak punya alasan untuk marah. Karena ternyata, boleh jadi Saya dan suamilaj yang salah. ❤️
*2. Evaluasi Ruhiyah*
Yang kedua, Saya biasanya akan mengevaluasi, apakah Saya dan suami dalam keadaan ruhiyah yang baik.
Saya harus memaksakan diri untuk bercermin. Adakah shalat kami sudah baik, ibadah-ibadah kami sedang baik, dan adakah kondisi hati kami sedang baik. Ataukah kami shalat dengan terburu-buru, di akhir waktu, dan tidak khusyu. Ataukah kondisi hati kami sedang kotor, banyak menyimpan lintasan-lintasan negatif yang merusak hati. ❤️
Bagi Saya, Saya yakin bahwa ketika keimanan dengan Allah sedang baik, Saya dan suami akan memiliki tangki kesabaran yang penuh dan tingkat kebijaksanaan yang lebih jernih. Sehingga amarah bisa dikelola dengan lebih baik, lebih rasional. Solusi terhadap permasalahan-permasalahan pun bisa lebih cepat dan smooth dilaksanakan.
Tapi kalau kondisi iman sedang tidak baik. Saya harus memaksakan diri untuk memperbanyak istighfar. Menelisik dan merancang kembali amalan shaleh dan amalan hati yang Saya lalaikan.
Karena Siapalah Saya yang menuntut Allah agar anak Saya harus begini dan begitu. Sementara kepada perintah Allah pun Saya abai. Astaghfirullah..
*3. Membersamai dan Mempelajari*
Yang ketiga, barulah Saya akan melihat, apa yang sebenarnya anak-anak lakukan.
Meski sulit, Saya harus melatih diri melihat 'suatu perbuatan' dari sisi anak. Kenapa mereka naik-naik ke atas meja, kenapa mereka menarik gorden, kenapa mereka menumph-numpahkan air, dst.
Kalaulah Saya melihat mereka sedang eksplorasi, artinya Saya harus memberikan alternatif fasilitas yang lain. Karena usia batita sejatinya usia yang seluruh 24 jam kesehatiannya ia manfaatkan untuk belajar dan menyerap berbagai hal.
Kalaulah mereka sekedar marah karena kesal dengan sesuatu. Saya biasanya lebih memilih untuk mendatangi, memeluk, dan mengalirkan arus energi cinta melalui sentuhan, bisikan, dan dekapan. Saya mencoba meyakinkan diri bahwa anak usia pra baligh adalah anak yang suci fitrahnya. ❤️
Bagi Saya, Memarahi anak adalah pilihan terakhir yang Saya tidak ingin lakukan.
Bukan hanya karena seringkali marah tidak menyelesaikan masalah, tapi anak pun jadi suka meniru cara marah orangtuany.
Saya berushaa untuk mengingat-ngingat bahwa mereka yang wafat diusia pra baligh akan langsung masuk surga. Kalaulah Allah tidak menghukumi mereka terhadap apapun yang mereka lakukan, siapalah Saya yang serta merta menghukumi mereka.
*4. Yang keempat, Saya dan suami senang memanfaatkan waktu-waktu kondusif untuk berbincang.* Meski perbincangan masih terkesan satu arah (karena anak-anak belum lancar bicara).
Waktu sebelum tidur, waktu tenang di rumah, waktu ketika adik atau kakaknya tidur sehingga bisa one to one, waktu ketika berjalan kaki santai berdua, dst.
Masing-masing keluarga mungkin akan punya caranya sendiri. Tapi diskusi dan berbincang tentang apa yang baik dan benar perlu dilakukan. Saya terkagum-kagum dengan kisah Luqman di dalam al Quran. Bagaimana Allah menceritakan Luqman yang mampu memberikan nasehat dengan fasih, lembut, namun bermakna. Cara menasehati seperti inilah yang Saya dan suami ingin latih untuk keluarga kami.
*5. Terakhir, tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali doa yang Allah kabulkan,* tidak adabyang mampu menenangkan hati dan jiwa melebihi dzikir kepda Allah. Saya tidak pernah tahu apa takdir Allah bagi anak-anak Saya. Tapi Saya percaya dengan kekuatan dzikir dan doa.
Dzikir dan doa bagi Saya sebuah kesatuan yang indah. Dzikir yang membuat hati dan lisan kita memuji Keagungan Allah. Dzikir pula yang menjadikan hati tunduk dan ingat dengan segala dosa.
Dalam keadaan seperti itulah hati akan lebih khusyuk dalam berdoa. Doa yang diringi dengan rasa tak berdaya, rasa penuh harap, dan rasa penuh keyakinan akan kebesaran Allah.
Doa yang dipanjatkan bukan hanya agar memiliki anak yang shaleh dan shalehah. Namun terlebih, doa agar Allah lapangkan hati menjadi orang tua yang baik. Agar Allah tunjukkan jaan-jalan terbaik dalam mendidik anak-anak di jalan Allah. Dst.
Terkadang, kita terlalu fokus dengan "bagaimana agar anak begini begini" tapi lupa bahwa "kitapun harusnya demikian dan demikian".
Kita sering fokus kepada usaha duniawi (membaca buku, menerapkan teori ini dan itu), tapi lupa bahwa yang mampu meluluskan semua harapan dan rencana kita hanyalah Allah SWT. ❤️
Tiada daya dan upaya selain dari Allah. Hanya kepadaNyalah kita bisa meletakkan harap dan doa. Dan Allah Maha Mendengar setiap doa hamba-hamabNya.
Allahua'lam bishawab. Setiap keluarga tentulah punya cara masing-masing dalam mengelola marah pada anak. ๐ Apa yang Saya sampaikan boleh jadi benar boleh jadi salah.
Jika ada yang bermanfaat, semuanya sepenuhnya datang dari Allah. Jika ada yang kurang berkenan, Saya Mohon maaf. ๐๐
Karina Hakman: *Tanya Jawab dari Grup #2*
3⃣
Pertanyaan: sy punya 2 putri, yg 1 usia 4 th 2 bln dan yg ke 2 baru 4 bln. Anak sy yg 1 jika adaptasi susah (pemalu) klo ada kesalahan sedikit dia nangis (tantrum) yg sy tanyakan bagaimana caranya menghadapi ank tantrum? Jujur sy kadang malu sm tetangga jk ank sy tantrum, apa yg harus lakukan bun... makasih๐
*Jawab:*
Yang saya pahami ada dua hal di sini ya...
Ada isu tentang anak yang pemalu,
dan ada isu tentang tantrum.
Jadi insyaAllah jawabannya pun akan saya bagi jadi dua bagian ya.. ☺๐
*1. Tentang anak yang pemalu*
Pertama, anak yang pemalu dan cenderung sensitif, selama masih sehat, *bagi saya* adalah karakter seorang anak yang harus diterima dengan hati gembira, sebagaimana karakter2 lainnya. ☺
Tinggal bagaimana nanti mengarahkannya.
Anak yang sensitif secara fitrah, memiliki beberapa potensi:
- hati yang sensitif untuk memaknai Al Quran, kebesaran Allah... ☺
- hati yang lembut untuk bisa menghargai, memaklumi, memaafkan, memahami dari sisi orang lain
- hati yang sensitif akan bertumpah ruang dalam menyayangi dan mencintai.
- dalam tataran praktis, boleh jadi ia akan berbakat di bidang penulisan, penelitian, seni, dsb yang memerlukan ketelitian, sensitifitas, ketenangan, dan sejenisnya.
☺
MasyaAllah kan..
Apalagi kalau sifat malu itu dihiasi dengan iman dan ilmu... ☺
Mungkin ia akan senang meneladani sifat malunya Utsman bin 'Affan r.a yang karena malu dan imannya, sampai-sampai para malaikat pun malu kepada beliau r.a.
Jadi, sebelum kita membahas tentang sang tetangga dan omongan orang, kita dulu yang harus bersyukur dengan anak kita.
Banyak sekali saya belajar dr pengalaman, anak yang sensitif ketika diarahkan, ia akan sangat perhatian terhadap sekelilingnya. Dari urusan kerapihan, saling tolong menolong dengan sesama, dan sejenisnya.
*Lalu bagaimana dengan tantrumnya?*
Kita pindah topik ke halaman selanjutnya ya... ๐
Karina Hakman: *Pertama*, apa makna tantrum buat saya.
Setiap orang boleh memiliki pendapat tentang tantrum. Dari yang saya pelajari, tantrum dalam batasan tertentu adalah wajar dan tanda sehatnya seorang anak.
_*Untuk mempercepat, saya izin share lagi tulisan lama saya ya*_ ☺๐
Kenapa anak kecil tidak boleh menangis? ๐
Ketika tantrum banyak menjadi momok negatif bagi para orangtua, ternyata ketika saya di Melbourne, di buku evaluasi anak, dr sisi mental health, tantrum menjadi salah satu indikator bahwa anak kita sehat (lihat tabel di gambar).
Tentunya, *tantrum yang dimaksud adalah frustasi yang diakibatkan adanya keinginan yang kuat akan sesuatu, namun kondisi yang ada tidak sesuai dengan yang anak harapkan.*
Tentunya pula, tantrum yang dimaksud *bukan karena kurang perhatiannya orangtua yang membuat anak jadi stress frustasi. :)*
Ketika tantrum berjalan wajar, insyaAllah seiring dengan kematangan anak, ia akan menjadi sarana belajar sabar, pengendalian diri, dan bijaksana.
Naah...jika tantrum saja masih tergolong sehat, apalagi dengan menangis. ๐๐
***
Baik bagi orang dewasa maupun anak-anak,
menangis adalah salah satu sarana untuk menyalurkan emosi kesedihan, kekecewaan, kemarahan, atas kejadian yang tidak sesuai dengan harapan. Kadang, menangis pun bisa menjadi wujud haru bahagia.
Bukankah wajar jika para Ibu menangis di hadapan suami dan kepada Allah, atas kelelehannya, keterbatasannya, perasaan gagalnya, perasaan putus asa, perasaan membutuhkan motivasi, harapan, dan arahan? ๐ Tentunya selama masih dalam batas kewajaran...
Bedanya dengan anak kecil adalah, orang dewasa yang baligh, idealnya akan memiliki Akil (kecukupan akal) untuk mampu menempatkan kapan, dimana, dan KEPADA siapa untuk menyalurkan emosinya dan mencari jalan keluar. :)
Mereka yang sudah akil baligh, seharusnya akan lebih mampu untuk bersabar, bersyukur, tawakkal, dan qanaah terhadap bebagai ujian dan tantangan.
Mengapa?
Karena mereka diberikan kemampuan mengolah ilmu menjadi sikap, karakter, akhak. ๐
Sementara anak-anak,
Sementara anak-anak pra-baligh, mereka masih dalam proses mencari ilmu, menerima ilmu, kemudian mengolahnya, kemudian melatih implementasinya. Itulah mengapa, mereka tidak dihukum atas kelalaian mereka jika mereka belum mampu berlaku sabar, mengontrol marah, dan mengelola tantrum di yang bukan tempatnya. ๐
Sayangnya, banyak kasus, anak-anak dipaksa untuk berhenti menangis dengan cara bentakan kasar, hukuman psikologis, bahkan hukuman fisik. Cara2 yang kasar dan tidak sesuai dgn usia kematangan anak, kalaupun menyelesaikan masalah, sangat mungkin akan menimbulkan masalah baru dalam bentuk luka batin.
Lalu, apakah kita tidak melakukan tindakan apapun?
Tentu saja tidak, ๐
Sama halnya dengan hal mubah (hukum: boleh) lainnya, hal mubah apapun jika berlebihan menjadi tidak baik.
Sama seperti halnya orang dewasa, berlebihan dalam menangis, kecewa, bukanlah perkara yang baik. Mata boleh menangis, hati boleh kecewa, tapi lisan dan hati tidak boleh mengatakan kata2 dan berprasangka yang dibenci Allah. Itulah yang berusaha kita tanamkan secara bertahap pada anak2. :)
Belajar dari Ust. Salim A Fillah, salah satu hal yang terpenting dalam proses *menyelesaikan kekecewaan anak* adalah qaulan sadiida qaulan hasana, berkata yang benar, berkata dengan cara yang paling ahsan (bijaksana). ๐
Jika anak terjatuh, menangis, dan merasa sakit, kami lebih suka menyambutnya dengan berempati, mendoakan kesembuhan baginya (langsung dihadapan mereka), dan berusaha membantu mereka
menghilangkan rasa sakitnya (melewati masa ujian mereka) ๐ .
Agar mereka paham, bahwa:
- Allah yang menyembuhkan
- Umi dan Abi ingin menjadi orang yang senantiasa berusaha membantu mereka di kala jatuh dab sakit
- orang yang 'jatuh' dan 'sakit' memerlukan empati sewajarnya.
Baru setelah itu, kami mengajak anak-anak untuk bersabar, bersyukur, dan mencari solusi (misal: obat, nasehat, dsb).
Lima konsep itu: empati, doa, sabar, syukur, dan usaha mencari solusi, adalah lima hal yang ingin kami tanamkan pada anak-anak sejak kecil hingga mereka dewasa. :) Bukankah itu adalah kelima hal tanda kebijaksanaan pada orang dewasa?
Nggak takut anak jadi cengeng?
Alhamdulillah nggak, ๐ karena menurut saya, cengeng itu diperlukan: cengeng kepada Allah ketika merasa tidak mampu, merasa gagal, merasa berdosa, merasa butuh, merasa tidak tahu harus bagaimana. InsyaAllah, dengan ilmu, kepahaman, dan keteladanan, seiring dengan bertambahnya usia mereka, mereka akan semakin bijak dalam melepaskan emosi dan mencari solusi.
Allah telah menganugerahkan hati yang lembut bagi manusia. ๐
Dengan kelembutan hati, mereka memiliki kepekaan kepada iman dan empati kepada sesamanya.
Kami khawatir, memaksakan hati yang sedih utk tidak boleh menangis akan mematikan kepekaan hati.
Teringat salah satu ceramah Ust Salim,
kalau anak yang sakit kemudian dikatakan kepadanya "kuat ya kuat kok kuaat". Jangan heran kalau ketika nanti ortunya mengelih sakit, anak2nya bilang "udahlah mah pah, jangan manja, yang kuat".
Kalau anak yang kesandung batu, kemudian "batunya nakal yah... ih, nih mamah pukul batunya". Jangan heran kalau anak akan tumbuh menjadi orang yang suka menyalahkan pihak ketiga atas kesalahan2 mereka.
Kalau mereka terjatuh, dan ortu mengatakan "Tuh kan.. dasar anak nakal... " , maka khawatir jadilah ia anak yang tidak percaya diri, gagal, nakal beneran, dan takut kepada ortu.
Intinya, Ust Salim berpesan, ucapkanlah perkataan yang baik dengan cara yang baik. Sampaikanlah kondisi apa adanya, memaklumi jika anak salah, memaafkannya, menyemangatinya untuk bangkit kembali. Bukankah seperti itu huka yang kita lakukan pada orang dewasa yang terjatuh?
Jika ia menangis atau bahkan tantrum karena keinginannya tak dikabulkan, hal itu TIDAK menyebabkan anak kemudian mendapatkan "sogokan", atau "kelonggaran aturan", atau justru "hukuman".
Tantrum menjadi proses latihan mereka untuk memahani tak semua hal yang mereka inginkan boleh didapat. Mereka belajar, bahwa dalam hidup memang ada aturan2 yang tidak bisa dianggar. Dan mereka pun belajar, bahwa dalam kondisi yang sulit, orangtua adalah tempat terbaik bagi mereka untuk mencari solusi, mencari kenyamanan dan ketenangan. Yang nantinya, peran tersebut akan mereka dapatkan dari Allah SWT.
๐ Bentakan2 dan amarah untuk menghentikan tangis adalah pengikisan terhadap kepercayaan anak kepada orangtua. padahal, kita ingin anak2 kita percaya (tsiqah) kepada kita.
Jika kebiasaan marah berterusan (kepada anaknya yang menangis atau tantrum), khawatirnya anaknya akan menjadikan 'marah' sebagai solusi berbagai masalah. Pemarah kepada rekannya, kepada gurunya, bahkan kepada orangtuanya.
Ketika mereka remaja, mereka takut utk menangis dan mencurahkan hati kepada orangtua dan akan lebih jujur dan terbuka kepada rekan-rekannya yang ebih menunjukkan empati.
Dan ketika mereka dewasa, tak bergantung lagi kepada orangtua, hubungan tak baik dengan ortu, akan menjadikan si anak sulit untuk berbakti kepada orangtuanya. Kecuali jika ia memiliki iman yang kuat, yang berbuah pada maaf dan akhlak terbaik.
***
Terakhir, banyak orang tua melarang anaknya menangis dengan dalih ingin mengajarkan anak menjadi kuat. Padahal, Rasulullah SAW pernah menyampaikan, bahwa ciri-ciri orang yang kuat itu, bukanlah yang berbadan besar, tetapi mereka yang mampu menahan marah... ๐ sementara itu, Rasulullah SAW adaah prang yang banyak menangis dibhadapan Allah dan berempati lembut hati kepada sesama.
Allahualam bishawab. ๐
Anak-anak adalah manusia bertubuh mungil yang juga memiliki "ujian"dan "tantangan" kehidupan, sesuai dengan tahap kehidupannya.
Tugas kita lah untuk mengajari mereka untuk bisa mampu menghadapi setiap ujian dengan empati, sabar, syukur, doa, tawakkal kepada Allah, dan mencari solusi dengan hati dan kepala yang lapang. :)
[27/3 21:13] Karina Hakman: *Kedua, bagaimana mengurangi potensi terjadinya tantrum?*
_*Sudahkah kita membantu anak mengurangi potensi Tantrum? ๐ (Age 1 - 4).*_
Tantrum pada anak memang wajar, tapi bukan berarti dipelihara.
Seiring dengan bertambahnya kematangan anak, insyaAllah tantrum akan hilang, berganti dengan komunikasi dan pengelolaan emosi yang baik. ๐
tapiii... harus ada usaha juga membangun kedewasaan itu ..
Bagaimana cara kita bisa membantu anak mengurangi tantrum?
1. ๐ Build up a routine
Salah satu pembelajaran yang saya dapat dr sesi counceling kala di Melbourne dulu, para councelor mengarahkan untuk membuat jadwal rutin bagi anak.
Salah satu penyebab tantrum adalah frustasi terhadap berbagai keadaan yang tidak siap mereka terima. Dengan membuat rutinitas harian, kita setidaknya membantu anak2 untuk bisa memprediksi apa yang terjadi berikutnya. Misal, pagi hari bangun tidur jadwalnya pergi ke pasar, lalu mandi, lalu nereka main mandiri karena ibunya masak, lalu mereka main sama ortu, lalu mereka makan siang, dst.
Tidak hanya dibuat, tapi juga disampaikan. Terutama ketika kita baru pertama kali membuat. ๐ Kalau anak sudah pintar nego, boleh juga kita sosialisasikan rencana kita, dan menampung masukan dr dia.
Misal, untuk mengawali, dr pagi hari kita sudah sampaikan apa saja kegiatan hari ini. Sampaikan juga kegiatan malam menjelang tidur. Contoh, sebelum mereka diminta tidur, kita pun mempersiapkan hints, seperti bersih2 diri, membaca buku, memakai lotion, dst. Dengan berulang, alhamdulillah pengalaman bersama anak2, di malam hari, permainan yg mereka minta adalah "read a book please", sampai mereka terlela, karena sudah paham bahwa jam segitu bukan lagi waktunya untuk yang lain2.
Kalau ada agenda di luar rutinitas, bisa coba sampaikan jauh2 hari, agar mereka bisa prepare. Atau bajkan mereka akan excited menunggu hari tersebut. Misal, besok akan ke luar rumah agak jauh, dan bla bla, sampaikan minimal satu hari sebelum, atau di malam hari sebelum, setidaknya mereka bisa mempersiapkan mental.
2. ๐ Memperhatikan kebutuhan jiwa dan raga.
Jiwanya memerlukan kasih sayang dan perhatian yang cukup. Raganya menerlukan asupan gizi yang baik, tepat waktu, dan istirahat yang cukup. Begitu juga dengan kebutuhan eksplorasi, sudah cukupkah waktunya bermain outdoor, melatih motorik, menggambar (bagi yg suka), dan perkara belajar lainnya? Perkara remeh dan sangat biasa memang, tapi ternyata seringkali saya temukan kasus yang mengarah ke sana. Dan kasus kurangnya asupan fisik dan psikis, bisa menimpa ibu manapun, baik ibu bekerja, ibu sekolah, maupun ibu rumah tangga. Karena yang diperlukan adalah kombinasi dari quantity dan quality.
3. ๐ Mengelola Stress Orangtua.
Dunia pernikahan beda dengan pacaran. Pernikahan datang dengan seabreg tanggung jawab sebagai ujian menuju surga. Sementara pacaran tanpa ikatan, tanpa beban. Nggak cocok, bubar saja. Kalau nikah, perjanjiannya sampai mengguncangkan Arsy Allah.
Stress bisa saja muncul, maka kemampuan mengelola stres agar jiwa orang tua tetap dalam batas sehat dan dapat berpikir jernih. Orang tua yang tidak mampu mengelola stress, akan cenderung melampiaskan masalahnya pada anak, sehingga diajak main mungkin nggak nyambung, apalagi ngobrol, apalagi untuk bisa inisiatif melihat sikon dikala anak memerukan perhatian.
4. ๐ Konsisten dengan aturan.
Kalau sejak awal, dengan pikiran sadar, kita tidak bisa mengiyakan permintaan anak, so we need to be consistent to the rule.
Kalau jatah es krim seminggu sekali, stick with it. Kalau tidak boleh makan permen tertentu, stick with it. ๐ Dan berbagai aturan prinsip lainnya dalam keluarga masing-masing..
Ketika anak tantrum dan orangtua memberikan REWARD untuk menghentikan tantrum, maka anak akan belajar bahwa menangis adalah cara ampuh untuk mendapatkan sesuatu. Apalagi di tempat umum, ketika ortu cenderung diliputi berbagai tatap pasang mata, dan kalau mengalah memilih jalan pintas dengan melanggar aturan yang dibuat. Misal, anak ingin beli mainan, padahal jadwal membeli mainan di tempat tersebut sudah lewat dan sudah tidak ada jatah untuk itu. Anak merengek, guling2, mau dibelikan atau nggak? hehe... Kalau mau stick tp the rule, berarti tetap nggak dibeliin. Bukan karena gak ada uang, tapi untuk menekankan bahwa nggak semua hal yang anak mau harus didapat. ๐ Tentunya, penegasan tersebut dengan upaya untuk menenangkan, menyayangi, dan memberi pengertian pada saat yang tepat.
5. ๐ ow ow.. ada yang lupa... Adakah anak2 terlslu banyak ter ekspose gadget? ortunya sendiri menyadari anaknya sulit lepas dari gagdet, ups...
Mungkin bisa dievaluasi, barangkali anak2 terlalu banyak mengkonsumsi yang satu itu. Sehingga energinya yang besar tidak tercurahkan dengan aktivitas bergerak atau belajar langsung yang mengasah otak dan kreatifitas.
Kelamaan termanjakan dengan gadget juga menbiasakan anak selalu terhibur tanpa harus usaha, membuat bingung jetika gadget tidak ada. Belum biasa untuk mengkreasikan berbagai barang yang ada. Terlepas pro dan kontra penggunaaan gadget, saya rasa para ortu akan tahu kapan anak2nya ternyata "sudah sulit lepas dari gadget". Ketika mereka Bt atau bosan.. atau tidak tahu mau ngapain.. jadilaah... eng ing eng.. nangis yang nggak jelas dan tiada henti.. Jadi.. silahkan dikembalikan lagi kepada keluarga masing-masing... ๐ Bagaimana pengaturan gadget di rumah...
6. ๐ Finally, have we asked Allah?
Sudahkah kita meminta kepada Allah, agar Allah melapangkan hati kita, melapangkan hati anak2 kita?
Jika sudah, sejauh mana kita berusaha memenuhi perintahNya, mendekat padaNya, yang Maha Membolak balikkan hati manusia?
๐ Buat saya, dari keseluruhan PR2, justru poin terakhir yang kayaknya masih paling banyak kekurangan. Padahal, Allah lah yang memegang seluruh kendali kehidupan. Allah lah yang mampu mendewasakan, menganugerahkan taufiq, memasukkan iman, kepada anak-anak kita.
Allahualam bishawab. ๐ Ini hanyalah sedikit catatan hati pengingat diri... Semoga bermanfaat dan berkah.. dan semoga kita semua istiqamah dalam memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita. Allahumma Aaamiiin.
[27/3 21:22] Karina Hakman: *Ketiga,* pendapat tetangga... ๐๐๐๐
paling gak enak memang, ketika kita dalam kondisi bersusah payah, ditambah lirikan-lirikan atau komentar-komentar yang tidak mengenakkan. ๐
Disinilah kita perlu *berpikir logis*.
1. Fokus kepada anak, bukan kepada tetangga. Yang terpenting adalah apa yang terbaik untuk anak kita.
Kalau menurut saya, (menurut saya yaaaaa... ☺), dengan berbagai penjelasan panjang di atas, ketika anak tidak nyaman bermain di luar atau bertemu orang, *saya tidak memaksakannya*.
Saya menghargai anak saya sebagai jiwa independen yang utuh. Bukan seseuatu yang bisa saya paksa sesuka hati.
InsyaAllah akan ada masanya, ada masanya...
Kalau kita sabar menanamkan iman, menguatkan ikatan hati, insyaAllah, ☺ anak kita akan tumbuh menjadi orang yang:
• senang silaturahim
• berakhlak mulia
• senang menolong
Jadi bagi saya, jangan pernah berpikir kalau dia skrg begini, nanti pasti akan a b dan c. ☺
Mendidik anak bagi saya perlu *rileks dalam mengikuti fitrah*, pendidikan anak yang bersifat mengembangkan potensinya ke luar, bukan memaksakan memasukkan kehendak kita kepada anak.
2. Fokus kepada Allah ☺
Tanggumg jawab mendidik anak adalah *tanggung jawab kita kepada Allah* bukan kepada *tetangga* ๐
Jadi santai aja... Lakukan lah apa yang menurut kita *paling Allah sukai* untuk kita lakukan..
karena *kita akan diadili untuk apa yang kita lakukan dan pikirkan,* bukan terhadap *apa yang orang pikir* kita lakukan dan pikirkan.. ๐๐
[27/3 21:35] Karina Hakman: *Dari grup #1*
2⃣ Nama: Anna
Usia: 46
Pertanyaan:
Bolehkah kita menyandarkan kata hebat pada ibu atau anak?
Ibu hebat..
Anak hebat..
Karena yang hebat itu Allah.
Mungkinkah bisa ditambahkan hadits: ikhtiar mendekatkan pada takdir.
*Jawab*:
Yang saya pahami, ada perbedaan yang jelas antara *hebat* dan *Maha Hebat*.
๐๐
Penciptaan manusia bukanlah perkara biasa. Dengan segala kekurangannya, Allah telah menciptakan manusia menjadi 'abdullah (QS. 51:56) dan khalifatullah (QS. 2:30).
Dengan tujuan itu saja, ๐
manusia menjadi makhluk yang luar biasa, Allah karuniakan kemuliaan sehingga setiap malaikat diminta untuj bersujud dihadapannya.
Ditambah lagi,
setiap manusia memiliki potensi menjadi penghuni surga yang tinggi, yakni manusia-manusia 'Ibadurrahman (QS. 25: 63-75).
Manusia memiliki potensi untuk menjadi penghuni surga 'Adn (QS. 98: 7-8). Dan Allah bahkan memuji manusia beriman dengan sebutan _*khayrul bariyyah*_, yang artinya adalah *sebaik-baik makhluk*.
MasyaAllah kan.. ๐๐
Jadi kita harus bersyukur dulu dengan fitrah yang Allah tanamkan ini.
Allah telah mendesain kita sedemikian rupa agar kita bisa mencapai tempat tertinggi di sisiNya.
Jangan sampai segala potensi ini tidak kita kerahkan dan *hanya ingin menjadi biasa-biasa saja*.
Ibarat kata, sayang banget kalau punya laptop canggih, pinter cerdas, kuliah di tempat bagus, tapi banyak waktu dipakai leyeh-leyeh. ๐๐
Begitu juga kita, udah dikasi kapasitas 'Abdullah, 'Ibadurrahman, Mukminin, Muttaqin, Muhsinin, semua sebutan ini isinya orang-orang hebat semua.
Sayang kalau ternyata mau jadi biasa2 saja.
Kurang lebih begitu ya... ๐
Tentang takdir, lanjut ke halaman berikutnya yaaa...
Karina Hakman: *Tentang Hadits ikhtiar mendekatkan takdir*
Pelan - pelan ya... ๐๐
Ikhtiar mendekatkan takdir yang saya tulis di atas bermakna:
Allah telah menetapkan banyak hal pada diri kita bahkan dari sebelum kita lahir.
Tapi, dari segala ketetapan itu, *Allah masih memberikan kita pilihan: ingin baik atau buruk*. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang akan kita pilih.
Sebagai contoh,
Terkait jodoh... Allah telah menetapkan
_"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."_
(lihat QS. An Nur:26)
Artinya, walaupun *jodoh adalah bagian dari takdir*, kita masih bisa memilih ingin jodoh yang baik atau yang buruk.
Begitupun dengan perkara lainnya, ๐
Kalau kita ingin anak yang shaleh, maka *lakukanlah usaha-usaha untuk memiliki anak yang shaleh.*
Mendoakan anak, berdoa sebelum beribadah suami istri, memberikan lingkungan yang baik pada anak, dst, ๐
semuanya adalah usaha/ikhtiyar untuk *menjemput takdir yang baik.*
Allahualam bishawab
• Terkait Hadits, saya sedang tidak pegang buku Hadits dan bukan ahli Hadits. Hanya murid saja... ๐๐
Tapi setidaknya, ada banyak ayat Al Quran yang menerangkan terkait *sebab-akibat* perbuatan manusia.
Ayat yang saya sampaikan di atas (QS. Asy-Syams: 8-10) adalah satunya di mana Allah menyatakan memberikan pilihan.
Contoh lain,
di dalam QS. An-Naziat: 37-41, Allah menerangkan tentang orang-orang yang masuk surga dan neraka dikarenakan perbedaan amalnya selama di dunia.
Contoh lain yang sering jadi favorit kita semua,
QS. Ath-Thalaq ayat 2-3. ๐ Kalau kita bertaqwa dan tawakkal kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan jalan dari yang tidak disangka2.
*Maka iman, usaha, dan berbagai keputusan kita akan berpengaruh kepada taqdir yang kita jalani.*
Allahualam bishawab.
Karina Hakman: *Ooh.. tambahan* terkait ikhtiyar menjemput taqdir yang baik... Perbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah.. QS. Nuh: 10-12. ๐
_"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”_
Banyak hadits juga yang senada dengan ayat ini.
Allahualam
Karina Hakman: *Dari grup #2*
2⃣
Pertanyaan : bagaimana menghadapi masa anak anak yang nakal ? Supaya tidak nakal hingga dewasa
*Jawab:*
Tidak ada anak yang dilahirkan dalam keadaan nakal. ๐๐๐
_"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):_
_"Bukankah Aku ini Tuhanmu?"_
Mereka menjawab: _"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"._
_(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",_
(lihat QS.Al A'raf: 172)
Maknanya, ketika anak nakal, seperti yang saya sampaikan di pertanyaan sebelumnya, dari yang saya pelajari, orangtualah yang pertama kali harus *beristighfar dan muhasabah.* ๐ Dilanjutkan dengan mulai memperbaiki diri dan keluarga tahap demi tahap, terutama dalam mendekatkan diri kepada Allah dan mempelajark ilmu yang diperlukan dalam mendidik anak.
Karena kitalah yang diberi tanggung jawab/amanah pertama kali dalam mendidik anak.
Anak bisa menjadi musuh bisa pula menjadi sahib, dan Allah memerintahkan kita untuk *berhati-hati, memaafkan (lihat QS. 64:14)*, dan *bertaqwa (lihat ayat 15-16 nya).*
๐
Allahualam.
Karina Hakman: *Dari grup #2*
Madrasah Ayah Bunda #2
1⃣
Pertanyaan : saya memiliki bayi usia 4bulan..
Saya berperan sebagai ibu sekaligus ayah, dikarnakan suami bekerja diluar kota & hanya pulang tiap 3-4bulan sekali..
Karna kondisi tersebut, saya sering mendengar omongan tetangga tentang suami saya yang jarang pulang tersebut.
Yg ingin saya tanyakan, jika nanti anak saya sudah besar, bagaimana cara nya menjelaskan pada anak tentang kondisi ini?
*Jawab:*
Waah waktunya sudah habis ya.. saya coba ringkas saja ya.. ๐๐๐๐
1. Pelajari ilmu tentang kemuliaan memberi nafkah seorang suami kepada keluarganya.
2. Pelajari ilmu terkait fiqih suami yang bepergian (terkait waktu, adab, kewajian, dan seterusnya).
3. Abaikan saja omongan tetangga. *Jadikan sebagai kesempatan ladang pahala dengan bersabar dan mendoakan mereka agar bertaubat*. *Berghibah* adalah dosa yang tidak boleh diremehkan di sisi Allah SWT.
4. Terapkan pernikahan yang jarak jauh ini sesuai ilmu yang dipelajari di poin 2 di atas.
5. Ketika suami pulang, optimalkan dengan quality time bersama anak, memperkuat kedekatan emosi, dan membangun rasa tsiqah (peecaya), hormat, sayang dari anak ke Ayah.
6. Ketika suami sedang bepeegian ke luar kota. Mujahadahlah untuk sering2 berkomunikasi, semata2 karena Allah. Pernikahan adalah perjanjian yang berat (mitsaqan ghaliza) dan setan sangat ingin menggangu dan membubarkannya.
7. Jika anak bertanya tentang ayahnya, dan omongan tetangga, sampaikan poin 1 dan ajarkan anak untjk terus mempraktekkan poin 5.
8. kisah yang bisa diambil hikmahnya terkait suami yang sering bepergian adalah kisah pernikahan Nabi Ibrahim a.s dengan Siti Hajar. Dari kesabaran mereka lahirlah ismail a.s yang kemudian dari keturunannya lahirlah Nabi akhir zaman, yang paling mulia, Rasulhllah SAW.
Allahualam bishawab. Semoga Allah mudahkan lapangkan hati dan berkahi urusan keluara Bunda sekelurag. ๐๐
๐ผ๐ผ๐ผ๐ท๐ท๐ท๐ท๐ท๐ผ๐ผ๐ผ
Masyaa Allah,
Alhamdulillahirabbilalamin,
๐ญ๐ญ๐ญ
Luarrr biasa sekali teh Karinnnnn, Jazzakillah Khairan tetehhh sudah berbagi ilmu dgn kita semua di forum ini. Sungguh amat bermanfaat tehhh,
Saya berharap sekali, semakin banyak Ibu, Calon Ibu yg sedia dan siap menjemput ilmu untuk menjadi "Madrasah Utama bagi Keluarga",
Semoga menjadi amal jariyah untuk Tehh Karin dan keluarga.. :")
Masyaa Allah,
Allohuakbar!!
Bunda semua, kini dihadapan bunda telah hadir karunia Allah, seorang anak, untuk ditemani, dirawat, ditumbuhkan, dikembangkan berbagai potensi yang ada pada dirinya.
Syukur dan Sabar, semoga Allah senantiasa membersamai bunda semua dalam setiap langkah mendidik dan merawat buah hati,
Yang belum menikah, belum mempunyai anak, mudah2an Allah mudahkan segala prosesnya :")
Dan tetaplah belajar, siapkan bekal terbaik untuk mendidik anak-anak kita..
Sumber : Group WA Madrasah Ayah Bunda
Kamis, 22 Maret 2018
Ibu Profesional Matrikulasi Batch #5 NICE HOMEWORK #9
Ibu Profesional Matrikulasi Batch #5 NICE HOMEWORK #9
*BUNDA sebagai AGEN PERUBAHAN
Berdasarkan bakat, minat dan ketertarikan saya yang sudah tertuang di NHW sebelum-sebelumnya, maka sedikit banyak saya semakin mengenal diri sendiri. Saya memilih memulai dari hal sederhana yang bisa dan saya sukai, yaitu mengajar.
Saya sangat menyukai dan menikmati kegiatan dalam pendidikan anak, sehingga inilah yang akan saya jadikan sebagai "gunung" yang siap ditinggikan.
๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ
MINAT HOBI KETERTARIKAN :
๐pendidikan anak
๐permainan anak
๐islamic parenting
๐menulis
SKILL, HARD, SOFT :
☘Mengajar,
☘Membuat sendiri kreasi/benda untuk bermain dan belajar,
☘Kreatif,
☘Komunikator,
☘Educator
ISU SOSIAL :
๐orangtua/ ibu sibuk dengan urusannya sendiri ( pekerjaan rumah, medsos, arisan dsb)
๐orangtua hanya menjadikan gadget sebagai sarana hiburan saja
๐orangtua enggan mencari tahu mengenai pendidikan anak dan menyerahkan sepenuhnya ke sekolah
๐orangtua kurang kreatif dalam bermain dengan anak
๐anak dan orangtua lebih banyak menghabiskan waktu dengan TV/gadget masing-masing
๐mainan plastik sekali pakai ( boros dan mematikan kreativitas anak dan orangtua)
๐ kurangnya interaksi anak dengan orangtua
MASYARAKAT :
*Orangtua
*Ibu muda
*Anak-anak
IDE SOSIAL :
⛅Membagikan kegiatan bersama anak yang dapat menginspirasi para orangtua via medsos dan blog
⛅Membagikan pengetahuan mengenai pendidikan anak dan tahapan pertumbuhannya kepada ibu-ibu di sekitar/teman sekolah anak dalam sebuah forum sederhana
⛅Mengkampanyekan tentang IIP agar ibu lain ikut merasakan manfaat ilmunya
๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐๐ณ๐
#NHW #9
#Kuliah Matrikulasi Batch #5
#Bunda Sebagai Agen Perubahan
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/

Selasa, 20 Maret 2018
Homeschooling Rabbani : Tanya Jawab Bersama Keluarga Ayeman Bagian 2*
[20/3 07:58] Karina Hakman: ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
*Tanya Jawab Bersama Keluarga Ayeman Bagian 2*
*ุจِุณْู ِ ุงِููู ุงูุฑَّุญْู ِู ุงูุฑَّุญِูู *
Assalamualaikum Shalih Shalihah..
Semoga semuanya dalam keadaan terbaik ya...
InsyaAllah kita akan lanjutkan *tanya jawab bersama keluarga Ayeman*... ๐
1⃣3⃣ *Pertanyaan 13*
Cita2 ayeman skrg mau jadi apa? Dan rencananya mau HS sampai jenjang SMP atau SMA?
1⃣3⃣ *Jawaban:*.
Cita-citanya banyak. Selain kuliah di Madinah University, Ayeman juga ingin jadi pilot, raja, dan syaikh.
Rencana HS sementara ini sampai lulus SD. Selengkapnya sudah dibahasdi jawaban atas pertanyaan 2.
1⃣6⃣ *Pertanyaan 16*
Kalau orangtua bekerja bisakah untk tetap melakukan HS? Pekerjaan orgtua yg seperti apa yg berpotensi untk bisa menerapkan HS drmh?
Terima kasih teh. Mohon pencerahannya
1⃣6⃣ *Jawaban Abah Ayeman*:
bismillah.
*Buat kami, HS itu bukan memindahkan pelajaran tadinya sekolah menjadi di rumah.*
Mungkin sebagian orang bisa seperti ini, dan tidak masalah. Hanya bagi kami, HS menjadi pilihan karena kami ingin menjaga dan berama-sama mencapai visi dan misi keluarga.
Untuk mencapai itu, kami rasa sangat sulit kalau salah satu dari kami, orang tua, tidak mendampingi Ayeman.
Jadi prinsip lain yang kami pengang dari awal, bahkan sebelum memutuskan HS, bahwa pengasuhan anak, dipegang langsung oleh kami (kecuali darurat). Jadi setidaknya salah satu dari kami berada di rumah.
Alhamdulillah, Allah karuniakan kesempatan untuk menguji prinsip kami ini.
Misal tahun 2011 akhir (Ayeman 1.5 tahun), saya (abah) selesai sekolah sedangkan ambunya Ayeman masih harus lanjut studi (ambil data setahun di Indonesia).
Karena kita punya prinsip pendidikan/pengasuhan anak minimal oleh salah seorang dari kita, maka kami putuskan saya (Abah Ayeman) tidak bekerja dulu setidaknya setahun, untuk memberi kesempatan istri melanjutkan studi.
Alhamdulillah, dulu sebelum saya sekolah kami putuskan bahwa saya tidak mengambil tawaran ikatan dinas dari tempat kerja, sehingga urusan tidak kembali kerja menjadi lebih mudah. Kadang kami melihat orang sedikit kebingungan dan mengernyitkan dahi ketika tanya ke saya, "sekarang kerja dimana", setelah saya jawab, “ga kerja karena ingin ngurus anak dulu”.
Mereka sedikit puzzled. Mungkin yang ada di pikiran mereka, ini orang udah sekolah s3 di luar negeri, sekarang kerja ngurus anak kecil.
Begitu pun Ambu, dimana ijazah S3 luar negerinya disimpan rapi, dan mendedikasikan waktunya untuk mengurus keluarga.
Alhamdulillah, kami cukup yakin dengan pilihan kami, dan sejauh ini kami sekeluarga masih diberi banyak kecukupan oleh Allah.
Sehingga, kalau pertanyaannya bisakah kerja tapi anak tetap HS, mungkin tetap bisa ya. Mungkin banyak strategi yang bisa dilakukan agar orang tuanya bekerja tapi anak HS. Misal panggil guru, dititipkan beberapa hari di klub belajar atau komunitas, dll. Walaupun, pada dasarnya HS adalah pengajaran langsung oleh orang tua, karena, bukankah orang tua yang tahu benar keluarganya mau dibawa kemana.
*Yang lebih paham apa visi misi keluarganya.* Karena kehadiran orang tua langsung dalam HS bisa lebih mendidik, bukan sekedar mengajar.
*Tapi buat kami, pendidikan utama harus dari orang tua.* Jadi yang kerja cari nafkah, salah satu saja.
Tentunya, kalau kita mengacu ke ajaran Islam, bapak yang utamanya mencari nafkah. Seperti sudah dijelaskan Ambu, lupa di pertanyaan yang mana, *sangat banyak yang orang tua bisa ajarkan regardless of pendidikan, regardless of pendidikan agama, regardless of kemampuan baca Quran, atau alasan2 lain yang membuat kita jadi tidak pede untuk mengajarkan pada anak.*
Juga disampaikan oleh Ambu, jangan sampai kita menganggap kita akan mengajarkan anak kita dengan ilmu dengan yang kita punya sekarang. Niatkan kita juga belajar, sambil mengajarkan pada anak kita. Dengan begitu, akan bertambah yang bisa kita ajarkan pada anak kita. Bahkan anak kita mungkin akan penasaran dengan apa yang sedang kita pelajari, dan secara tidak sacara sedang ikut belajar materi yang sedang kita pelajari. Selain itu, yang paling penting anak kita juga melihat dan belajar bagaimana kita memandang ilmu, mudah2an anak kita belajar tentang pentingnya terus belajar dari kita yang sedang belajar. Belajar tentang kerja keras karena melihat kita bekerja keras untuk belajar.
Untuk jenis pekerjaan yang cocok dijalankan keluarga yang anaknya HS, saya belum tahu persis.
Mungkin pekerjaan2 yang bisa dilakukan dari rumah. Menulis buku, berjualan online, menerima pseanan kue atau jahitan.
Pekerjaan2 yang tidak terlalu banyak mengambil waktu dan tenaga yang seharusnya dialokasikan untuk mendidik anak.
Pekerjaannya apapun selama halal dan kita bisa mendampingi anak2 kita belajar. Buat kami, jauh lebih mudah ketika (setidaknya) salah seorang dari orang tua standby di rumah.
0⃣9⃣ *Pertanyaan 9*.
Saya barusan baca talkshow dgn abah dan ambu nya ayeman....
Saya bacanya sambil nangis....betapa sedikitnya yg sdh sy lakukan buat anak2 ,....masih fakir ilmu banget..
Teh ini yg mau saya tanyakan , selama ini yg banyak bersentuhan langsung terkait anak2 ya saya,...
Pernah saya melontarkan ide u hs pada ayahnya anak2, beliau masih belum siap dgn alasan, apa saya siap dgn proses homeschool anak2 , yg baru 2 itu, sedangkan waktu beliau sangat sedikit u berinteraksi dgn anak2,...
Demikian ya teh, terimakasih
0⃣9⃣ *Jawaban Abah Ayeman*.
Ibu yang semoga dirahmati Allah dan diberikan keberkahan yang sangat banyak.
Dari sisi suami, saya (Abah) sangat faham dan mengerti apa yang disampaikan oleh suami Ibu. Karena saya pun dulu sama komentarnya ketika ambu pertama kali melontarkan ide HS ini.
Terutama yang saya rasakan adalah saya sendiri merasa belum siap. Tidak punya clue sama sekali. Hanya sepertinya buat Ambu dulu ide HS ini sudah lumayan mengkristal.
Jadi dulu ambu teh dengan cara yang sangat halus mulai menjelaskan dan memberikan informasi tentang pentingnya HS dan manfaat2nya.
Seperti saya sampaikan di jawaban/bagian yang lain, ambu sering ngajak diskusi tentang fenomena2 sekolah di indonesia, misalnya, yang kurang cocok dengan visi yang sedang dibangun keluarga. Yang sebetulnya kemudian mengarah pada perlunya alternatif untuk metoda pendidikan selain sekolah formal.
Kemudian ketika Ayeman berumur sekitar 5 tahun, kita pulang ke indonesia for good, akhirnya kita buka wacana HS percobaan.
Kita lihat 1 tahun ke depan, ktia coba HS. Kalau misalnya OK, kita teruskan, kalau tidak, kita cari sekolah. Nah dalam setahun tersebut, *saya sangat impressed dengan apa yang dilakukan ambu, plus juga dampaknya pada Ayeman*.
Bagaimana ambu menyusun usulan program, bagaimana mendokumentasikan, bagaimana ngurus rumah sambil HS dll.
Termasuk bagaimana antusiasme Ayeman, skills nya, pelajaran nya, dll. Hal-hal ini akhirnya menjadi dasar, ayo bismillah kita teruskan HS sampai usia SD selesai.
Tentunya bukan tanpa masalah ya. Ada momen di mana kita betul2 menutup Foundation A (nama HS kita), dan ini bikin sedih semua. Jadi satu malam Ambu menyampaikan hal yang membuat Foundation A perlu ditutup, serius, bukan hanya ancaman. Ayeman juga denger. Dan saya ada di posisi yang berat, harus memutuskan. Ambu bulat untuk menutup, Ayeman terlihat sangat berharap tidak ditutup. Akhirnya saya minta waktu 1-2 hari untuk memutuskan. Dalam 1-2 hari ini, saya dan ambu ngobrol lagi. Buat rencana. Dan keputusannya adalah bahwa Foundation A ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan. 1-2 malam kemudian kita ketemu lagi, saya sampaikan keputusan saya bahwa Foundation A ditutup, dan menangislah Ayeman dan Ambu. Saya juga sin ^__^. Malam itu juga, saya bereskan semua barang.
Karpet digulung, meja dan kursi dipindah ke gudang, semua peralatan sekolah diamankan.
Nah, mungkin InsyaAllah kalau Ibu bisa tunjukkan bahwa Ibu punya komitmen kuat, sanggup menjalani HS, suami akan luluh hatinya.
0⃣7⃣ *Pertanyaan 7*.
Saya mau tanya, kalau mau mulai HS (saya msh buta banget) itu mulai dari mana dan apa saja yg perlu dipersiapkan.
Dan ingin tanya terkait referensi2 yg recommended baik itu dari artikel/jurnal online atau berupa buku untuk mempelajari HS ini
Terimakasih...
0⃣7⃣ *Jawaban*.
Disarikan dari penjelasan2 sebelumnya, kurang lebih berikut ini yang kami lakukan:
• Mencari informasi sebanyak mungkin tentang HS dan membandingkannya dengan sekolah umum.
• Jika dirasa akan memilih jalur HS, maka perlu dibicarakan dengan pasangan dan disepakati. Kesepahaman orang tua sangat penting untuk keberlangsungan HS.
• Mencari tambahan ilmu tentang variasi kegiatan dan program2 HS yang cocok untuk diaplikasikan di HS kita.
• Merencanakan keberlangsungan HS (program, evaluasi, kebutuhan, anggaran, dll)
• Beberapa laman yang bermanfaat untuk mempelajari HS (dan materi belajar)
o https://klastulistiwa.com/
o https://ummassadhomeschool.com/
o http://tjhomeschooling.blogspot.co.id/
o https://sabumihomeschooling.wordpress.com/
• Laman untuk mendapatkan materi pembelajaran usia SD (gratis)
o https://www.khanacademy.org/ berisi pelajaran matematika, science, English grammer, computer programming dll
o https://www.duolingo.com/ belajar berbagai bahasa dunia
o https://www.learnenglish.de belajar bahasa Inggris
o https://brilliant.org/ math and science
o http://bukusekolahdigital.com/ buku2 sekolah kurikulum nasional
o https://code.org/ belajar coding/computer programming
o https://www.bukupaket.com/ buku2 sekolah kurikulum nasional dan latihan ujian
o https://www.typing.com mengetik efektif 10 jari
• Buku-buku tentang HS dan materi belajar
o 5 Guru Kecilku oleh Kiki Barkiah, terdiri dari buku bagian 1 dan buku bagian 2 (bercerita tentang kesehariannya menjalankan HS)
o Penduan Mendidik Anak Muslim Usia Pra Sekolah, oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman
o Penduan Mendidik Anak Muslim Usia Pra Sekolah, oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman
• Beberapa program belajar online (lewat WhatsApp) yang bisa diikuti anak (gratis), waktu pembukaannya berbeda2, harus rajin googling.
o Halaqah Silsilah Ilmiyyah Abdullah Roy (belajar tauhid)
o MAHIR (menghafal Hadits Rasulullah salallahu ‘alayhi wasallam)
o Safeerat Al Islam for Kids (Quran hafalan, tajwid, bahasa Arab)
[20/3 07:59] Karina Hakman: 1⃣1⃣ *Pertanyaan 11*.
Pada saat foundation A ditutup....kegiatan Ayeman apa saja utk mengganti kegiatan sblmnya...trus pd saat usia brp hal itu terjadi?
1⃣1⃣ *Jawaban Abah Ayeman*.
Kegiatan sehari-hari saja, tidak ada pelajaran akademik sama sekali. Ikut kegiatan ambu dari bangun sampai tidur. Cuci pakaian, belanja, masak, bermain, bersih-bersih rumah… Dan banyak ngobrol dan berusaha memperbaiki sikap.
1⃣4⃣ *Pertanyaan 14*
HS sebaiknya diterapkan dari anak usia brp?
Bagaimana cara menerapkan HS dngn kondisi keluarga saya dngn 2anak (umur 2th 8bln dan umur 8bln)?
Si adik ikut belajar atau perlu bantuan pengasuh saat saya sedang memberikan HS ke si kakak?
1⃣4⃣ *Jawaban*.
Bisa dimulai dengan early home education di usia berapapun, bahkan sejak lahir, lalu di usia sekolah (7 tahun) mulai lebih terstruktur dan pelajaran akademik mulai masuk.
Disebut HS (schooling) karena memang masuk usia wajib sekolah/belajar.
Jika berada dalam kondisi ini, kami cenderung memilih untuk mengajak adiknya ikut belajar.
Tentu dengan variasi usia ini, tidak bisa diharapkan prosesnya berlangsung serapi dan semulus kegiatan di sekolah, dimana teman sekelas usianya kurang lebih sama semua dan punya tingkat kematangan dan kepahaman yang sama, tetapi anak bisa lebih belajar untuk berbagi, menghargai, menyayangi saudaranya.
Dari komunitas HS saya sering mendengar bahwa seringkali adik2 kecil menyimak pelajaran kakak2nya dan kemudian pelajaran2 tertanam di benak mereka.
Belajar bersama, lalu saat kakaknya perlu waktu untuk melakukan tugas mandiri (misalnya menyusun blok kayu), adiknya bisa bermain dulu dengan ibunya.
1⃣5⃣ *Pertanyaan 15*
Bagaimana cara melatih komitmen & konsistensi? Karna biasanya semangatnya naik turun.
1⃣5⃣ *Jawaban*.
*Sungguh, komitmen dan konsistensi merupakan hal yang berat, dan memang semangat, seperti halnya iman, berubah ubah naik dan turun.*
Jangankan anak2, orang dewasa pun banyak yang kesulitan memegang komitmennya dan konsisten dalam sikapnya.
Kabar baiknya, kedua hal ini bisa dilatih, dan memang perlu perjuangan yang cukup besar, dimana orang tua pun harus konsisten memegang komitmennya.
Misalnya, saat Ayeman masih berusia 5 tahun, kami (dan Ayeman) bersepakat bahwa Ayeman hanya boleh memainkan paling banyak 5 mainan dalam sepekan. Kami punya beberapa mainan yang kami simpan di “toy library”. Setiap hari Sabtu, Ayeman harus mengembalikan 5 mainannya dan memilih 5 mainan lain untuk dimainkan sepekan berikutnya. Boleh juga memilih mainan yang sudah dipilih sebelumnya. Pokonya cuma boleh 5 mainan. Kegiatan ini kami namakan “Toy Swap”.
Nah, ada kalanya Ayeman menangis meraung2 minta ganti mainan di tengah pekan sebelum hari Sabtu.
Raungan demikian rupa kadang menggoyahkan pertahanan orang tua.
Tapi kalo kita konsisten: rules are rules.
Walau sepertinya ini urusan remeh-temeh: masak sih minta mainan dari lemari saja tidak boleh?
Tetapi ini membentuk pemahaman yang kuat akan komitmen yang disetujui di awal.
Anak konsisten menaati aturan yang disepakati, orang tua tetap konsisten menaati peraturan yang disepakati walaupun anak memelas-melas.
Sungguh ini merupakan investasi kepribadiannya di masa depan, dimana ia dapat konsisten memegang komitmennya;
• saat ia berkomitmen ingin shaum Ramadhan sebulan penuh,
• saat ingin selalu shalat Shubuh di masjid,
• saat ingin hafal Quran,
• saat ingin menyelesaikan tugas2nya.
Memang awalnya berat untuk bersikap tegas (tegas ya, bukan keras), tetapi buahnya sungguh berharga.
Kami sebagai orang tua merasa perlu memberikan pemahaman kepada Ayeman, bahwa di dunia ini kita bebas mau berbuat apa saja, tetapi setiap perbuatan ada konsekuensinya.
Mangga pilih amalan tauhid atau syirik, sunnah atau bid’ah, halal atau haram, baik atau buruk, benar atau salah. Bebas.
Tapi ingat, ada konsekuensi yang harus kita hadapi. Surga atau neraka.
Choosing your behavior means choosing the consequences.
Misalnya, kami berkomitmen untuk tidak boros dalam menggunakan air, sabun, kertas dan lain2.
Jika memang dibutuhkan untuk eksperimen, mangga boleh, dengan izin dan jumlah tertentu.
Ayeman paham dan sepakat. Kemudian ditentukan konsekuensinya jika kesepakatan tersebut dilanggar, yaitu mengeluarkan uang tabungannya dan disedekahkan.
Terjadilah pelanggaran, dan, walaupun dengan menangis, Ayeman harus menghadapi konsekuensinya: menyedekahkan uang tabungannya yang sudah dikumpulkan sedikit demi sedikit.
Tapi selanjutnya ia sangat lebih berhati2 dan minta pendapat dulu sebelum menggunakan bahan2 yang sering terbuang2.
Untuk usia dini, konsistensi akan sikap baik biasanya kami beri reward dengan bintang2 origami kecil, atau reward chart (tabel dengan bintang) dan hal2 kecil lainnya.
Ini sudah cukup untuk memahamkan pentingnya konsisten dalam memegang komitmen.
[20/3 08:00] Karina Hakman: 1⃣2⃣ *Pertanyaan 12*.
Assalamualaikum teh, smoga Allah senantiasa memberikan nikmat iman islam untk qt semua.aamiin
Trmksh bnyk teh atas ilmu yg sangat bermanfaat ini..๐
Alhamdulillah sharing dr keluarga ayeman mnambah inspirasi saya ttg gambaran real untk melakukan HS k anak walaupun masih ada rasa galau untk akhirnya memutuskan mau k HS atau k skolah umum.
Untk lebih mencerahkan saya&suami, ini ada beberapa pertanyaan dari kami.
Sejak umur brp ayeman dilatih sholat berjamaah d masjid?
Bila anak umur 3th diajak shlt, terus lari2an, bisa dilanjutkan latihan shlt jama'ahnya atau harus d stop dulu sampai usia 4th?
1⃣2⃣ *Jawaban*.
Wa alaikum salam, mudah2an Allah berikan keberkahan bagi Ibu dan suami.
Sejak awal, kami punya keinginan bahwa anak kami punya kecintaan dan kedekatan dengan masjid (terlebih karena laki-laki).
Saat itu ketika Ayeman berumur 1-2 minggu, kami (khususnya saya) sudah bawa ke masjid Alhamdulillah, masjid di Australia sangat terbuka kalau kita membawa bayi/anak kecil ke masjid. Jadi dari bayi, Ayeman sudah kami bawa ke masjid.
Ketika shalat, saya tidurkan di lantai masjid, dan saya sujud di atas Ayeman. Kalau misalnya menangis, saya gendong sambil shalat.
Kami tidak tahu pasti kaitan bacaan Quran Ayeman atau kesenangannya terhadap ilmu (membaca banyak buku, termasuk buku2 agama) dengan kebiasaannya ke masjid.
Mungkin kita tidak pernah tahu. Tapi, yang pasti kami sangat percaya bahwa doa orang muslim terhadap muslim lain itu punya kekuatan yang besar, punya nilai yang istimewa.
Ketika kita bawa Ayeman ke masjid, banyak sekali student lain, dan juga orang2 Australia yang mendoakan Ayeman di masjid. Mungkin bisa dibayangkan, bayi kecil baru lahir, tentu menjadi pusat perhatian.
Mereka mendatangi Ayeman, menciumi kepalanya, mendoakannya. Salah satu doa yang sering terdengar oleh kami ketika mereka mendoakan sambil menciumi kepala Ayeman: May Allah preserve you, May Allah give you lots of barakah.
Kita tidak tahu, mungkin doa2 orang di masjid ini sebagian (besarnya) dikabulkan Allah.
Tentunya ketika kami bawa anak kami ke masjid, juga dari sejak awal (1-2 tahun) kami ajak ngobrol Ayeman bahwa masjid tempat shalat, bukan tempat main.
Kalau misalnya anak kita lari2 di masjid saat orang shalat, harus kita sampaikan itu bukan tempatnya. InsyaAllah setelah kita beri contoh, tempatkan dia di sebelah kita, dia akan tahu bahwa kita tidak senang kalau dia lari2 di masjid saat orang shalat.
Kalau dari sejak kecil kita biasakan, insyaAllah umur 3-4 tahun anak kita sudah tahu bagaimana adab di masjid, khususnya ketika ada orang shalat.
Yang saya amati di masjid, anak2 yang sering main di masjid dan sulit untuk diarahkan karena bapaknya tidak ada di masjid.
Kalau bapaknya ada di masjid, rutin selalu ke masjid bersama anaknya, insyaAllah mudah untuk diajak ngobrol dan diarahkan.
Wallaahu a'lam.
1⃣7⃣ *Pertanyaan 17*
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.. Mau tanya listening murottalnya konsepnya gimana ya?
Apakah di play 24 jam full 30 juz atau seperti apa ya?
Saya baru beberapa hari ini menerapkan konsep ini 1 juz saya ulang 24 jam nonstop.. mohon bimbingannya ๐๐ปterima kasih kang..
1⃣7⃣Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Seperti Ambu sampaikan di awal, kami bukan praktisi parenting tau orang yang pengalaman untuk Tahfidz Quran.
Jadi mohon dimaklumi kalau jawaban kami kadang tidak punya dasar teori, lebih banyak apa yang kami alami dan mungkin untuk beberapa pertanyaan kami coba mengerti dan membayangkan kalau kami di posisi bapak/ibu apa yang sepertinya akan kami lakukan.
Bapak/akang yang bertanya, mudah2an Allah berikan keberkahan bagi bapak sekeluarga. Dulu kami tidak sengaja, pak, membuat Ayeman terpapar Quran yang banyak. Jadi sekitar umur 3 tahun-an, Ayeman 'teterekelan' ke rak buk kami.
Sampailah dia di kumpulan CD kami, dia ambil salah satu dan dia ingin kita puter. Akhirnya kita puter itu CD audio, dan ternyata murattal Quran.
Saat itu kami tidak kanal reciter2 Quran. Saya hanya tau 2 orang: Sh. Sudais dari Mekkah dan Muammar ZA dari Indonesia, itu pun tidak rutin didengarkan.
Nah ketika Ayeman minta disputar CD itu, kita merasa 'eh enakeun ya bacaannya, Ayeman juga seneng.
Karena dia seneng, kita putarlah cukup sering. Setelah mungkin 2-3 mingguan, lupa persisnya, ketika kita baca quran dan pas surat2 yang pendek, kok Ayeman sekali2 ngikutin.
Dan kemudian kita 'iseng' mancing beberapa surat pendek yang lain dia juga ngikutin.
Setelah itu, CD itu kita putar makin sering, kita cek kemudian tahu bahwa itu CD memutar sekitar 1/3 juz dari juz 30. Alhamdulillah, ternyata ayeman cepat sekali menghafal dari mendengar ini, saya lupa persisnya tapi mungkin 2 bulan atau kurang dia sudah 1/3 juz itu sudah hafal, tentu dengan ucapan dan cara anak kecil.
Ini sepertinya awal kita merasa perlu untuk memperdengarkan secara rutin Quran pada Ayeman.
Dari sini kita merasa perlu memanfaatkan ketertarikan dia pada Quran. Karena dia sudah tertarik, ya sudah kita nyemplung aja sekalian.
Dalam periode ini, juga ada satu kejadian yang mungkin bisa saya share sedikit sebelum menjawab bagaimana konsep murattal-nya, yang banyak dari konsep coba2 karena orang tuanya tidak punya ilmu tentang hafalan. Ada satu waktu dimana Ayeman sakit, dan harus bedrest. Kita bingung karena kelihatannya dia sangat bosan di tempat tidur, kita tidak punya konsep hiburan tv karena tidak ada tv di rumah.
Saat itu hp kita masih jadul, jauh dari whatsapp, youtube, dll. Akhirnya setelah ditimbang-timbang bersama, kita memutuskan mengeluarkan dvd portable kecil 7" yang kita beli saat saya masih sekolah di Australia. Masalah berikutnya adalah DVD apa yang akan kita puter, kita tidak punya DVD. internet juga tidak ada. Kemudian terpikir kita baru beli Quran, di dalamnya ada bonus CD tahsin QRQ. Diputarlah DVD itu, dan ternyata Ayeman seneng.
Bahkan kemudian dia sampai hafal '3 prinsip baca Quran', juga hafal beberapa surat dan ayat pendek yang dijadikan contoh.
*Hikmah yang kami lihat dan rasakan dari sini ternyata keputusan meniadakan TV sebelum Ayeman lahir ternyata salah satu keputusan terbaik dalam pendidikan anak kami.*
Ternyata dengan selama ini tidak terpapar TV, ketika dia menemukan sedikit paparan screen, dia sangat antusias padahal screen nya tentans belajar baca Quran (untuk dewasa) yang mungkin tidak begitu menarik sebetulnya.
Sedikit cerita bahwa 1 bulan sebelum Ayeman lahir, karena kita berkomitmen untuk tidak ada TV di rumah, maka TV yang kita punya kita jual. Dan ini sangat berat buat saya.
Setelah 2 kejadian ini, kami tidak punya konsep bagaimana meneruskan kesenangan Ayeman terhadap Quran. Saat itu kami tidak juga terpapar Ust yang bisa kami tanyai, betul2 kita mencoba-coba.
Alhamdulillah kemudian Allah pertemukan kami dengan kebetulan yang lain. Saat itu bulan Ramadhan kami pergi ke Masjid Habiburrahman, sangat ramai karena 10 hari terakhir, termasuk ramai orang berjualan.
Nah di salah satu penjual, diputer bacaan quran. Lho kok sama nada dan reciternya. Kemudian kami tanya siapa ini shaikh yang baca, barulah kami tahu itu Sh. Mishary Rashid Al Afasy.
Jadi setelah hafal 1/3 juz, kami mencoba untuk mendownload clip syaikh yang sedang shalat karena tadi CD yang kita punya (yang tadi 1/3 juz) sudah habis dihafal oleh Ayeman. Kami cari bacaan2 yang suratnya belum dihafal oleh Ayeman. Yang kami cari saat itu, yang tidak terlalu panjang (sekitar 0,5 halaman).
Alhamdulillah banyak sekali kita temukan. Kemudian kita putarkan per surat tau 2 surat (1/2 sampai 1 halaman).
Alhamdulillah Ayeman cepat juga menghafal. Dan ini membuat kami ketagihan untuk terus memperdengarkan dan 'mancing' dia untuk membaca hafalannya.
Sejak kami menemukan Ayeman senang dengan Quran, kita putarkan hampir non-stop. Sesaat sebelum bangun tidur, ketika bangun dan sampai tertidur lagi di malam hari. Dan kita dalam periode ini betul2 tidak punya target, tidak meminta dia untuk hafal. Yang kami lakukan memperdengarkan dengan suara yang tidak terlaulu keras, dan menjalani aktivitas seperti biasa.
Yang kita perhatikan hanya ketika kira2 dia sudah 80-90%, kita tambah dan/atau ganti yang diperdengarkannya. Ini berlangsung sangat lama, tanpa konsep dan tidak punya target, kurang lebih sampai Ayeman umur 7 tahun.
Jadi yang kita lakukan hanyalah memperdengarkan, murojaah (sambil diperiksa bacaanya dan kami lihat mushaf), bermain sambung ayat dan shalat-shalatan.
Ohya, kami juga kadang memberi reward berupa medali atau sertifikat buatan sendiri, dan itu sudah cukup menyenangkan bagi Ayeman.
1⃣8⃣ *Pertanyaan 18*
Assalamualaikum, setelah baca cerita ambu dan abah ayeman rasanya mrs berdosa sm anak2 sy, sy jd takut gak bs mempertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah, apa bs memulai hs dg anak yg sdh berumur 10 th, dan skrg lg sekolah formal, sy menyadari bnyk perilaku yg hrs diperbaiki.
1⃣8⃣ *Jawaban*
Wa’alaykumussalaam warahmatullahi wabarakatuh. Ibu yang semoga dirahmati Allah, terima kasih sudah sabar menunggu jawaban kami.
Kami mengenal beberapa keluarga yang menarik anaknya dari sekolah,...
Perasaan bersalah memang senantiasa menggelayuti perasaan orang tua saat memikirkan anak-anaknya. Tentu ini adalah perkara yang baik, jika kita sebagai orang tua memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sudah pernah kita lakukan. Hal yang sama terus menerus terjadi pada kami juga. Ada saja kekurangan2 kami pada proses mendidik, Kalau ada perilaku buruk pada kami, hampir pasti, kami akui, adalah hasil dari kesalahan kami mendidiknya. Dan perilaku memang ranah yang butuh investasi kerja keras dan waktu dan tenaga yang sangat besar. Tapi biarlah, lebih baik kita merasa bersalah sekarang dan berusaha sebisa mungkin memperbaikinya, daripada menyesal di akhirat, dimana penyesalan tidak berguna.
Perlu saya sampaikan, bahwa HS bukan satu-satunya jalan untuk memperbaiki perilaku. Hanya saja, bagi keluarga kami, ini merupakan jalan yang efektif karena kami dapat betul2 fokus pada perilaku tanpa banyak pengaruh dari lingkungan luar. Harapan kami, setelah perilaku baik tertanam kokoh, ia akan dapat menghadapi dunia luar dengan tetap berpegang pada perilaku yang benar.
Kami kenal beberapa keluarga dari anaknya dari sekolah, dan melanjutkan HS. Tentu ini bukan tanpa tantangan. Jika ibu ingin mengambil langkah HS, pastikan ini menjadi keputusan bersama keluarga, termasuk putra/putri ibu. Sampaikan alasan2 ibu dan strategi yang ibu ajukan untuk mengatasi kekhawatirannya (terutama meninggalkan teman2nya). Anak usia 10 tahun sudah bisa diajak berdiskusi tentang keuntungan yang dapat ia peroleh di masa depan dunia dan akhiratnya, insyaaAllah. Semoga Allah memberi kemudahan atas itikad baik ibu memperbaiki akhlak putra/putri ibu.
cat: Mohon maaf ya yang ini lama sekali menjawabnya.
๐๐๐๐๐๐๐๐
Sekian untuk Materi dan susulan Jawaban dari Ambu dan Abah Ayeman. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah.
#JumatMubarrak
*Tanya Jawab Bersama Keluarga Ayeman Bagian 2*
*ุจِุณْู ِ ุงِููู ุงูุฑَّุญْู ِู ุงูุฑَّุญِูู *
Assalamualaikum Shalih Shalihah..
Semoga semuanya dalam keadaan terbaik ya...
InsyaAllah kita akan lanjutkan *tanya jawab bersama keluarga Ayeman*... ๐
1⃣3⃣ *Pertanyaan 13*
Cita2 ayeman skrg mau jadi apa? Dan rencananya mau HS sampai jenjang SMP atau SMA?
1⃣3⃣ *Jawaban:*.
Cita-citanya banyak. Selain kuliah di Madinah University, Ayeman juga ingin jadi pilot, raja, dan syaikh.
Rencana HS sementara ini sampai lulus SD. Selengkapnya sudah dibahasdi jawaban atas pertanyaan 2.
1⃣6⃣ *Pertanyaan 16*
Kalau orangtua bekerja bisakah untk tetap melakukan HS? Pekerjaan orgtua yg seperti apa yg berpotensi untk bisa menerapkan HS drmh?
Terima kasih teh. Mohon pencerahannya
1⃣6⃣ *Jawaban Abah Ayeman*:
bismillah.
*Buat kami, HS itu bukan memindahkan pelajaran tadinya sekolah menjadi di rumah.*
Mungkin sebagian orang bisa seperti ini, dan tidak masalah. Hanya bagi kami, HS menjadi pilihan karena kami ingin menjaga dan berama-sama mencapai visi dan misi keluarga.
Untuk mencapai itu, kami rasa sangat sulit kalau salah satu dari kami, orang tua, tidak mendampingi Ayeman.
Jadi prinsip lain yang kami pengang dari awal, bahkan sebelum memutuskan HS, bahwa pengasuhan anak, dipegang langsung oleh kami (kecuali darurat). Jadi setidaknya salah satu dari kami berada di rumah.
Alhamdulillah, Allah karuniakan kesempatan untuk menguji prinsip kami ini.
Misal tahun 2011 akhir (Ayeman 1.5 tahun), saya (abah) selesai sekolah sedangkan ambunya Ayeman masih harus lanjut studi (ambil data setahun di Indonesia).
Karena kita punya prinsip pendidikan/pengasuhan anak minimal oleh salah seorang dari kita, maka kami putuskan saya (Abah Ayeman) tidak bekerja dulu setidaknya setahun, untuk memberi kesempatan istri melanjutkan studi.
Alhamdulillah, dulu sebelum saya sekolah kami putuskan bahwa saya tidak mengambil tawaran ikatan dinas dari tempat kerja, sehingga urusan tidak kembali kerja menjadi lebih mudah. Kadang kami melihat orang sedikit kebingungan dan mengernyitkan dahi ketika tanya ke saya, "sekarang kerja dimana", setelah saya jawab, “ga kerja karena ingin ngurus anak dulu”.
Mereka sedikit puzzled. Mungkin yang ada di pikiran mereka, ini orang udah sekolah s3 di luar negeri, sekarang kerja ngurus anak kecil.
Begitu pun Ambu, dimana ijazah S3 luar negerinya disimpan rapi, dan mendedikasikan waktunya untuk mengurus keluarga.
Alhamdulillah, kami cukup yakin dengan pilihan kami, dan sejauh ini kami sekeluarga masih diberi banyak kecukupan oleh Allah.
Sehingga, kalau pertanyaannya bisakah kerja tapi anak tetap HS, mungkin tetap bisa ya. Mungkin banyak strategi yang bisa dilakukan agar orang tuanya bekerja tapi anak HS. Misal panggil guru, dititipkan beberapa hari di klub belajar atau komunitas, dll. Walaupun, pada dasarnya HS adalah pengajaran langsung oleh orang tua, karena, bukankah orang tua yang tahu benar keluarganya mau dibawa kemana.
*Yang lebih paham apa visi misi keluarganya.* Karena kehadiran orang tua langsung dalam HS bisa lebih mendidik, bukan sekedar mengajar.
*Tapi buat kami, pendidikan utama harus dari orang tua.* Jadi yang kerja cari nafkah, salah satu saja.
Tentunya, kalau kita mengacu ke ajaran Islam, bapak yang utamanya mencari nafkah. Seperti sudah dijelaskan Ambu, lupa di pertanyaan yang mana, *sangat banyak yang orang tua bisa ajarkan regardless of pendidikan, regardless of pendidikan agama, regardless of kemampuan baca Quran, atau alasan2 lain yang membuat kita jadi tidak pede untuk mengajarkan pada anak.*
Juga disampaikan oleh Ambu, jangan sampai kita menganggap kita akan mengajarkan anak kita dengan ilmu dengan yang kita punya sekarang. Niatkan kita juga belajar, sambil mengajarkan pada anak kita. Dengan begitu, akan bertambah yang bisa kita ajarkan pada anak kita. Bahkan anak kita mungkin akan penasaran dengan apa yang sedang kita pelajari, dan secara tidak sacara sedang ikut belajar materi yang sedang kita pelajari. Selain itu, yang paling penting anak kita juga melihat dan belajar bagaimana kita memandang ilmu, mudah2an anak kita belajar tentang pentingnya terus belajar dari kita yang sedang belajar. Belajar tentang kerja keras karena melihat kita bekerja keras untuk belajar.
Untuk jenis pekerjaan yang cocok dijalankan keluarga yang anaknya HS, saya belum tahu persis.
Mungkin pekerjaan2 yang bisa dilakukan dari rumah. Menulis buku, berjualan online, menerima pseanan kue atau jahitan.
Pekerjaan2 yang tidak terlalu banyak mengambil waktu dan tenaga yang seharusnya dialokasikan untuk mendidik anak.
Pekerjaannya apapun selama halal dan kita bisa mendampingi anak2 kita belajar. Buat kami, jauh lebih mudah ketika (setidaknya) salah seorang dari orang tua standby di rumah.
0⃣9⃣ *Pertanyaan 9*.
Saya barusan baca talkshow dgn abah dan ambu nya ayeman....
Saya bacanya sambil nangis....betapa sedikitnya yg sdh sy lakukan buat anak2 ,....masih fakir ilmu banget..
Teh ini yg mau saya tanyakan , selama ini yg banyak bersentuhan langsung terkait anak2 ya saya,...
Pernah saya melontarkan ide u hs pada ayahnya anak2, beliau masih belum siap dgn alasan, apa saya siap dgn proses homeschool anak2 , yg baru 2 itu, sedangkan waktu beliau sangat sedikit u berinteraksi dgn anak2,...
Demikian ya teh, terimakasih
0⃣9⃣ *Jawaban Abah Ayeman*.
Ibu yang semoga dirahmati Allah dan diberikan keberkahan yang sangat banyak.
Dari sisi suami, saya (Abah) sangat faham dan mengerti apa yang disampaikan oleh suami Ibu. Karena saya pun dulu sama komentarnya ketika ambu pertama kali melontarkan ide HS ini.
Terutama yang saya rasakan adalah saya sendiri merasa belum siap. Tidak punya clue sama sekali. Hanya sepertinya buat Ambu dulu ide HS ini sudah lumayan mengkristal.
Jadi dulu ambu teh dengan cara yang sangat halus mulai menjelaskan dan memberikan informasi tentang pentingnya HS dan manfaat2nya.
Seperti saya sampaikan di jawaban/bagian yang lain, ambu sering ngajak diskusi tentang fenomena2 sekolah di indonesia, misalnya, yang kurang cocok dengan visi yang sedang dibangun keluarga. Yang sebetulnya kemudian mengarah pada perlunya alternatif untuk metoda pendidikan selain sekolah formal.
Kemudian ketika Ayeman berumur sekitar 5 tahun, kita pulang ke indonesia for good, akhirnya kita buka wacana HS percobaan.
Kita lihat 1 tahun ke depan, ktia coba HS. Kalau misalnya OK, kita teruskan, kalau tidak, kita cari sekolah. Nah dalam setahun tersebut, *saya sangat impressed dengan apa yang dilakukan ambu, plus juga dampaknya pada Ayeman*.
Bagaimana ambu menyusun usulan program, bagaimana mendokumentasikan, bagaimana ngurus rumah sambil HS dll.
Termasuk bagaimana antusiasme Ayeman, skills nya, pelajaran nya, dll. Hal-hal ini akhirnya menjadi dasar, ayo bismillah kita teruskan HS sampai usia SD selesai.
Tentunya bukan tanpa masalah ya. Ada momen di mana kita betul2 menutup Foundation A (nama HS kita), dan ini bikin sedih semua. Jadi satu malam Ambu menyampaikan hal yang membuat Foundation A perlu ditutup, serius, bukan hanya ancaman. Ayeman juga denger. Dan saya ada di posisi yang berat, harus memutuskan. Ambu bulat untuk menutup, Ayeman terlihat sangat berharap tidak ditutup. Akhirnya saya minta waktu 1-2 hari untuk memutuskan. Dalam 1-2 hari ini, saya dan ambu ngobrol lagi. Buat rencana. Dan keputusannya adalah bahwa Foundation A ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan. 1-2 malam kemudian kita ketemu lagi, saya sampaikan keputusan saya bahwa Foundation A ditutup, dan menangislah Ayeman dan Ambu. Saya juga sin ^__^. Malam itu juga, saya bereskan semua barang.
Karpet digulung, meja dan kursi dipindah ke gudang, semua peralatan sekolah diamankan.
Nah, mungkin InsyaAllah kalau Ibu bisa tunjukkan bahwa Ibu punya komitmen kuat, sanggup menjalani HS, suami akan luluh hatinya.
0⃣7⃣ *Pertanyaan 7*.
Saya mau tanya, kalau mau mulai HS (saya msh buta banget) itu mulai dari mana dan apa saja yg perlu dipersiapkan.
Dan ingin tanya terkait referensi2 yg recommended baik itu dari artikel/jurnal online atau berupa buku untuk mempelajari HS ini
Terimakasih...
0⃣7⃣ *Jawaban*.
Disarikan dari penjelasan2 sebelumnya, kurang lebih berikut ini yang kami lakukan:
• Mencari informasi sebanyak mungkin tentang HS dan membandingkannya dengan sekolah umum.
• Jika dirasa akan memilih jalur HS, maka perlu dibicarakan dengan pasangan dan disepakati. Kesepahaman orang tua sangat penting untuk keberlangsungan HS.
• Mencari tambahan ilmu tentang variasi kegiatan dan program2 HS yang cocok untuk diaplikasikan di HS kita.
• Merencanakan keberlangsungan HS (program, evaluasi, kebutuhan, anggaran, dll)
• Beberapa laman yang bermanfaat untuk mempelajari HS (dan materi belajar)
o https://klastulistiwa.com/
o https://ummassadhomeschool.com/
o http://tjhomeschooling.blogspot.co.id/
o https://sabumihomeschooling.wordpress.com/
• Laman untuk mendapatkan materi pembelajaran usia SD (gratis)
o https://www.khanacademy.org/ berisi pelajaran matematika, science, English grammer, computer programming dll
o https://www.duolingo.com/ belajar berbagai bahasa dunia
o https://www.learnenglish.de belajar bahasa Inggris
o https://brilliant.org/ math and science
o http://bukusekolahdigital.com/ buku2 sekolah kurikulum nasional
o https://code.org/ belajar coding/computer programming
o https://www.bukupaket.com/ buku2 sekolah kurikulum nasional dan latihan ujian
o https://www.typing.com mengetik efektif 10 jari
• Buku-buku tentang HS dan materi belajar
o 5 Guru Kecilku oleh Kiki Barkiah, terdiri dari buku bagian 1 dan buku bagian 2 (bercerita tentang kesehariannya menjalankan HS)
o Penduan Mendidik Anak Muslim Usia Pra Sekolah, oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman
o Penduan Mendidik Anak Muslim Usia Pra Sekolah, oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman
• Beberapa program belajar online (lewat WhatsApp) yang bisa diikuti anak (gratis), waktu pembukaannya berbeda2, harus rajin googling.
o Halaqah Silsilah Ilmiyyah Abdullah Roy (belajar tauhid)
o MAHIR (menghafal Hadits Rasulullah salallahu ‘alayhi wasallam)
o Safeerat Al Islam for Kids (Quran hafalan, tajwid, bahasa Arab)
[20/3 07:59] Karina Hakman: 1⃣1⃣ *Pertanyaan 11*.
Pada saat foundation A ditutup....kegiatan Ayeman apa saja utk mengganti kegiatan sblmnya...trus pd saat usia brp hal itu terjadi?
1⃣1⃣ *Jawaban Abah Ayeman*.
Kegiatan sehari-hari saja, tidak ada pelajaran akademik sama sekali. Ikut kegiatan ambu dari bangun sampai tidur. Cuci pakaian, belanja, masak, bermain, bersih-bersih rumah… Dan banyak ngobrol dan berusaha memperbaiki sikap.
1⃣4⃣ *Pertanyaan 14*
HS sebaiknya diterapkan dari anak usia brp?
Bagaimana cara menerapkan HS dngn kondisi keluarga saya dngn 2anak (umur 2th 8bln dan umur 8bln)?
Si adik ikut belajar atau perlu bantuan pengasuh saat saya sedang memberikan HS ke si kakak?
1⃣4⃣ *Jawaban*.
Bisa dimulai dengan early home education di usia berapapun, bahkan sejak lahir, lalu di usia sekolah (7 tahun) mulai lebih terstruktur dan pelajaran akademik mulai masuk.
Disebut HS (schooling) karena memang masuk usia wajib sekolah/belajar.
Jika berada dalam kondisi ini, kami cenderung memilih untuk mengajak adiknya ikut belajar.
Tentu dengan variasi usia ini, tidak bisa diharapkan prosesnya berlangsung serapi dan semulus kegiatan di sekolah, dimana teman sekelas usianya kurang lebih sama semua dan punya tingkat kematangan dan kepahaman yang sama, tetapi anak bisa lebih belajar untuk berbagi, menghargai, menyayangi saudaranya.
Dari komunitas HS saya sering mendengar bahwa seringkali adik2 kecil menyimak pelajaran kakak2nya dan kemudian pelajaran2 tertanam di benak mereka.
Belajar bersama, lalu saat kakaknya perlu waktu untuk melakukan tugas mandiri (misalnya menyusun blok kayu), adiknya bisa bermain dulu dengan ibunya.
1⃣5⃣ *Pertanyaan 15*
Bagaimana cara melatih komitmen & konsistensi? Karna biasanya semangatnya naik turun.
1⃣5⃣ *Jawaban*.
*Sungguh, komitmen dan konsistensi merupakan hal yang berat, dan memang semangat, seperti halnya iman, berubah ubah naik dan turun.*
Jangankan anak2, orang dewasa pun banyak yang kesulitan memegang komitmennya dan konsisten dalam sikapnya.
Kabar baiknya, kedua hal ini bisa dilatih, dan memang perlu perjuangan yang cukup besar, dimana orang tua pun harus konsisten memegang komitmennya.
Misalnya, saat Ayeman masih berusia 5 tahun, kami (dan Ayeman) bersepakat bahwa Ayeman hanya boleh memainkan paling banyak 5 mainan dalam sepekan. Kami punya beberapa mainan yang kami simpan di “toy library”. Setiap hari Sabtu, Ayeman harus mengembalikan 5 mainannya dan memilih 5 mainan lain untuk dimainkan sepekan berikutnya. Boleh juga memilih mainan yang sudah dipilih sebelumnya. Pokonya cuma boleh 5 mainan. Kegiatan ini kami namakan “Toy Swap”.
Nah, ada kalanya Ayeman menangis meraung2 minta ganti mainan di tengah pekan sebelum hari Sabtu.
Raungan demikian rupa kadang menggoyahkan pertahanan orang tua.
Tapi kalo kita konsisten: rules are rules.
Walau sepertinya ini urusan remeh-temeh: masak sih minta mainan dari lemari saja tidak boleh?
Tetapi ini membentuk pemahaman yang kuat akan komitmen yang disetujui di awal.
Anak konsisten menaati aturan yang disepakati, orang tua tetap konsisten menaati peraturan yang disepakati walaupun anak memelas-melas.
Sungguh ini merupakan investasi kepribadiannya di masa depan, dimana ia dapat konsisten memegang komitmennya;
• saat ia berkomitmen ingin shaum Ramadhan sebulan penuh,
• saat ingin selalu shalat Shubuh di masjid,
• saat ingin hafal Quran,
• saat ingin menyelesaikan tugas2nya.
Memang awalnya berat untuk bersikap tegas (tegas ya, bukan keras), tetapi buahnya sungguh berharga.
Kami sebagai orang tua merasa perlu memberikan pemahaman kepada Ayeman, bahwa di dunia ini kita bebas mau berbuat apa saja, tetapi setiap perbuatan ada konsekuensinya.
Mangga pilih amalan tauhid atau syirik, sunnah atau bid’ah, halal atau haram, baik atau buruk, benar atau salah. Bebas.
Tapi ingat, ada konsekuensi yang harus kita hadapi. Surga atau neraka.
Choosing your behavior means choosing the consequences.
Misalnya, kami berkomitmen untuk tidak boros dalam menggunakan air, sabun, kertas dan lain2.
Jika memang dibutuhkan untuk eksperimen, mangga boleh, dengan izin dan jumlah tertentu.
Ayeman paham dan sepakat. Kemudian ditentukan konsekuensinya jika kesepakatan tersebut dilanggar, yaitu mengeluarkan uang tabungannya dan disedekahkan.
Terjadilah pelanggaran, dan, walaupun dengan menangis, Ayeman harus menghadapi konsekuensinya: menyedekahkan uang tabungannya yang sudah dikumpulkan sedikit demi sedikit.
Tapi selanjutnya ia sangat lebih berhati2 dan minta pendapat dulu sebelum menggunakan bahan2 yang sering terbuang2.
Untuk usia dini, konsistensi akan sikap baik biasanya kami beri reward dengan bintang2 origami kecil, atau reward chart (tabel dengan bintang) dan hal2 kecil lainnya.
Ini sudah cukup untuk memahamkan pentingnya konsisten dalam memegang komitmen.
[20/3 08:00] Karina Hakman: 1⃣2⃣ *Pertanyaan 12*.
Assalamualaikum teh, smoga Allah senantiasa memberikan nikmat iman islam untk qt semua.aamiin
Trmksh bnyk teh atas ilmu yg sangat bermanfaat ini..๐
Alhamdulillah sharing dr keluarga ayeman mnambah inspirasi saya ttg gambaran real untk melakukan HS k anak walaupun masih ada rasa galau untk akhirnya memutuskan mau k HS atau k skolah umum.
Untk lebih mencerahkan saya&suami, ini ada beberapa pertanyaan dari kami.
Sejak umur brp ayeman dilatih sholat berjamaah d masjid?
Bila anak umur 3th diajak shlt, terus lari2an, bisa dilanjutkan latihan shlt jama'ahnya atau harus d stop dulu sampai usia 4th?
1⃣2⃣ *Jawaban*.
Wa alaikum salam, mudah2an Allah berikan keberkahan bagi Ibu dan suami.
Sejak awal, kami punya keinginan bahwa anak kami punya kecintaan dan kedekatan dengan masjid (terlebih karena laki-laki).
Saat itu ketika Ayeman berumur 1-2 minggu, kami (khususnya saya) sudah bawa ke masjid Alhamdulillah, masjid di Australia sangat terbuka kalau kita membawa bayi/anak kecil ke masjid. Jadi dari bayi, Ayeman sudah kami bawa ke masjid.
Ketika shalat, saya tidurkan di lantai masjid, dan saya sujud di atas Ayeman. Kalau misalnya menangis, saya gendong sambil shalat.
Kami tidak tahu pasti kaitan bacaan Quran Ayeman atau kesenangannya terhadap ilmu (membaca banyak buku, termasuk buku2 agama) dengan kebiasaannya ke masjid.
Mungkin kita tidak pernah tahu. Tapi, yang pasti kami sangat percaya bahwa doa orang muslim terhadap muslim lain itu punya kekuatan yang besar, punya nilai yang istimewa.
Ketika kita bawa Ayeman ke masjid, banyak sekali student lain, dan juga orang2 Australia yang mendoakan Ayeman di masjid. Mungkin bisa dibayangkan, bayi kecil baru lahir, tentu menjadi pusat perhatian.
Mereka mendatangi Ayeman, menciumi kepalanya, mendoakannya. Salah satu doa yang sering terdengar oleh kami ketika mereka mendoakan sambil menciumi kepala Ayeman: May Allah preserve you, May Allah give you lots of barakah.
Kita tidak tahu, mungkin doa2 orang di masjid ini sebagian (besarnya) dikabulkan Allah.
Tentunya ketika kami bawa anak kami ke masjid, juga dari sejak awal (1-2 tahun) kami ajak ngobrol Ayeman bahwa masjid tempat shalat, bukan tempat main.
Kalau misalnya anak kita lari2 di masjid saat orang shalat, harus kita sampaikan itu bukan tempatnya. InsyaAllah setelah kita beri contoh, tempatkan dia di sebelah kita, dia akan tahu bahwa kita tidak senang kalau dia lari2 di masjid saat orang shalat.
Kalau dari sejak kecil kita biasakan, insyaAllah umur 3-4 tahun anak kita sudah tahu bagaimana adab di masjid, khususnya ketika ada orang shalat.
Yang saya amati di masjid, anak2 yang sering main di masjid dan sulit untuk diarahkan karena bapaknya tidak ada di masjid.
Kalau bapaknya ada di masjid, rutin selalu ke masjid bersama anaknya, insyaAllah mudah untuk diajak ngobrol dan diarahkan.
Wallaahu a'lam.
1⃣7⃣ *Pertanyaan 17*
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.. Mau tanya listening murottalnya konsepnya gimana ya?
Apakah di play 24 jam full 30 juz atau seperti apa ya?
Saya baru beberapa hari ini menerapkan konsep ini 1 juz saya ulang 24 jam nonstop.. mohon bimbingannya ๐๐ปterima kasih kang..
1⃣7⃣Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Seperti Ambu sampaikan di awal, kami bukan praktisi parenting tau orang yang pengalaman untuk Tahfidz Quran.
Jadi mohon dimaklumi kalau jawaban kami kadang tidak punya dasar teori, lebih banyak apa yang kami alami dan mungkin untuk beberapa pertanyaan kami coba mengerti dan membayangkan kalau kami di posisi bapak/ibu apa yang sepertinya akan kami lakukan.
Bapak/akang yang bertanya, mudah2an Allah berikan keberkahan bagi bapak sekeluarga. Dulu kami tidak sengaja, pak, membuat Ayeman terpapar Quran yang banyak. Jadi sekitar umur 3 tahun-an, Ayeman 'teterekelan' ke rak buk kami.
Sampailah dia di kumpulan CD kami, dia ambil salah satu dan dia ingin kita puter. Akhirnya kita puter itu CD audio, dan ternyata murattal Quran.
Saat itu kami tidak kanal reciter2 Quran. Saya hanya tau 2 orang: Sh. Sudais dari Mekkah dan Muammar ZA dari Indonesia, itu pun tidak rutin didengarkan.
Nah ketika Ayeman minta disputar CD itu, kita merasa 'eh enakeun ya bacaannya, Ayeman juga seneng.
Karena dia seneng, kita putarlah cukup sering. Setelah mungkin 2-3 mingguan, lupa persisnya, ketika kita baca quran dan pas surat2 yang pendek, kok Ayeman sekali2 ngikutin.
Dan kemudian kita 'iseng' mancing beberapa surat pendek yang lain dia juga ngikutin.
Setelah itu, CD itu kita putar makin sering, kita cek kemudian tahu bahwa itu CD memutar sekitar 1/3 juz dari juz 30. Alhamdulillah, ternyata ayeman cepat sekali menghafal dari mendengar ini, saya lupa persisnya tapi mungkin 2 bulan atau kurang dia sudah 1/3 juz itu sudah hafal, tentu dengan ucapan dan cara anak kecil.
Ini sepertinya awal kita merasa perlu untuk memperdengarkan secara rutin Quran pada Ayeman.
Dari sini kita merasa perlu memanfaatkan ketertarikan dia pada Quran. Karena dia sudah tertarik, ya sudah kita nyemplung aja sekalian.
Dalam periode ini, juga ada satu kejadian yang mungkin bisa saya share sedikit sebelum menjawab bagaimana konsep murattal-nya, yang banyak dari konsep coba2 karena orang tuanya tidak punya ilmu tentang hafalan. Ada satu waktu dimana Ayeman sakit, dan harus bedrest. Kita bingung karena kelihatannya dia sangat bosan di tempat tidur, kita tidak punya konsep hiburan tv karena tidak ada tv di rumah.
Saat itu hp kita masih jadul, jauh dari whatsapp, youtube, dll. Akhirnya setelah ditimbang-timbang bersama, kita memutuskan mengeluarkan dvd portable kecil 7" yang kita beli saat saya masih sekolah di Australia. Masalah berikutnya adalah DVD apa yang akan kita puter, kita tidak punya DVD. internet juga tidak ada. Kemudian terpikir kita baru beli Quran, di dalamnya ada bonus CD tahsin QRQ. Diputarlah DVD itu, dan ternyata Ayeman seneng.
Bahkan kemudian dia sampai hafal '3 prinsip baca Quran', juga hafal beberapa surat dan ayat pendek yang dijadikan contoh.
*Hikmah yang kami lihat dan rasakan dari sini ternyata keputusan meniadakan TV sebelum Ayeman lahir ternyata salah satu keputusan terbaik dalam pendidikan anak kami.*
Ternyata dengan selama ini tidak terpapar TV, ketika dia menemukan sedikit paparan screen, dia sangat antusias padahal screen nya tentans belajar baca Quran (untuk dewasa) yang mungkin tidak begitu menarik sebetulnya.
Sedikit cerita bahwa 1 bulan sebelum Ayeman lahir, karena kita berkomitmen untuk tidak ada TV di rumah, maka TV yang kita punya kita jual. Dan ini sangat berat buat saya.
Setelah 2 kejadian ini, kami tidak punya konsep bagaimana meneruskan kesenangan Ayeman terhadap Quran. Saat itu kami tidak juga terpapar Ust yang bisa kami tanyai, betul2 kita mencoba-coba.
Alhamdulillah kemudian Allah pertemukan kami dengan kebetulan yang lain. Saat itu bulan Ramadhan kami pergi ke Masjid Habiburrahman, sangat ramai karena 10 hari terakhir, termasuk ramai orang berjualan.
Nah di salah satu penjual, diputer bacaan quran. Lho kok sama nada dan reciternya. Kemudian kami tanya siapa ini shaikh yang baca, barulah kami tahu itu Sh. Mishary Rashid Al Afasy.
Jadi setelah hafal 1/3 juz, kami mencoba untuk mendownload clip syaikh yang sedang shalat karena tadi CD yang kita punya (yang tadi 1/3 juz) sudah habis dihafal oleh Ayeman. Kami cari bacaan2 yang suratnya belum dihafal oleh Ayeman. Yang kami cari saat itu, yang tidak terlalu panjang (sekitar 0,5 halaman).
Alhamdulillah banyak sekali kita temukan. Kemudian kita putarkan per surat tau 2 surat (1/2 sampai 1 halaman).
Alhamdulillah Ayeman cepat juga menghafal. Dan ini membuat kami ketagihan untuk terus memperdengarkan dan 'mancing' dia untuk membaca hafalannya.
Sejak kami menemukan Ayeman senang dengan Quran, kita putarkan hampir non-stop. Sesaat sebelum bangun tidur, ketika bangun dan sampai tertidur lagi di malam hari. Dan kita dalam periode ini betul2 tidak punya target, tidak meminta dia untuk hafal. Yang kami lakukan memperdengarkan dengan suara yang tidak terlaulu keras, dan menjalani aktivitas seperti biasa.
Yang kita perhatikan hanya ketika kira2 dia sudah 80-90%, kita tambah dan/atau ganti yang diperdengarkannya. Ini berlangsung sangat lama, tanpa konsep dan tidak punya target, kurang lebih sampai Ayeman umur 7 tahun.
Jadi yang kita lakukan hanyalah memperdengarkan, murojaah (sambil diperiksa bacaanya dan kami lihat mushaf), bermain sambung ayat dan shalat-shalatan.
Ohya, kami juga kadang memberi reward berupa medali atau sertifikat buatan sendiri, dan itu sudah cukup menyenangkan bagi Ayeman.
1⃣8⃣ *Pertanyaan 18*
Assalamualaikum, setelah baca cerita ambu dan abah ayeman rasanya mrs berdosa sm anak2 sy, sy jd takut gak bs mempertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah, apa bs memulai hs dg anak yg sdh berumur 10 th, dan skrg lg sekolah formal, sy menyadari bnyk perilaku yg hrs diperbaiki.
1⃣8⃣ *Jawaban*
Wa’alaykumussalaam warahmatullahi wabarakatuh. Ibu yang semoga dirahmati Allah, terima kasih sudah sabar menunggu jawaban kami.
Kami mengenal beberapa keluarga yang menarik anaknya dari sekolah,...
Perasaan bersalah memang senantiasa menggelayuti perasaan orang tua saat memikirkan anak-anaknya. Tentu ini adalah perkara yang baik, jika kita sebagai orang tua memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sudah pernah kita lakukan. Hal yang sama terus menerus terjadi pada kami juga. Ada saja kekurangan2 kami pada proses mendidik, Kalau ada perilaku buruk pada kami, hampir pasti, kami akui, adalah hasil dari kesalahan kami mendidiknya. Dan perilaku memang ranah yang butuh investasi kerja keras dan waktu dan tenaga yang sangat besar. Tapi biarlah, lebih baik kita merasa bersalah sekarang dan berusaha sebisa mungkin memperbaikinya, daripada menyesal di akhirat, dimana penyesalan tidak berguna.
Perlu saya sampaikan, bahwa HS bukan satu-satunya jalan untuk memperbaiki perilaku. Hanya saja, bagi keluarga kami, ini merupakan jalan yang efektif karena kami dapat betul2 fokus pada perilaku tanpa banyak pengaruh dari lingkungan luar. Harapan kami, setelah perilaku baik tertanam kokoh, ia akan dapat menghadapi dunia luar dengan tetap berpegang pada perilaku yang benar.
Kami kenal beberapa keluarga dari anaknya dari sekolah, dan melanjutkan HS. Tentu ini bukan tanpa tantangan. Jika ibu ingin mengambil langkah HS, pastikan ini menjadi keputusan bersama keluarga, termasuk putra/putri ibu. Sampaikan alasan2 ibu dan strategi yang ibu ajukan untuk mengatasi kekhawatirannya (terutama meninggalkan teman2nya). Anak usia 10 tahun sudah bisa diajak berdiskusi tentang keuntungan yang dapat ia peroleh di masa depan dunia dan akhiratnya, insyaaAllah. Semoga Allah memberi kemudahan atas itikad baik ibu memperbaiki akhlak putra/putri ibu.
cat: Mohon maaf ya yang ini lama sekali menjawabnya.
๐๐๐๐๐๐๐๐
Sekian untuk Materi dan susulan Jawaban dari Ambu dan Abah Ayeman. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah.
#JumatMubarrak
Langganan:
Postingan (Atom)