[20/3 07:58] Karina Hakman: ππππππππππ
*Tanya Jawab Bersama Keluarga Ayeman Bagian 2*
*Ψ¨ِΨ³ْΩ
ِ Ψ§ΩΩΩِ Ψ§ΩΨ±َّΨْΩ
Ωِ Ψ§ΩΨ±َّΨِΩΩ
*
Assalamualaikum Shalih Shalihah..
Semoga semuanya dalam keadaan terbaik ya...
InsyaAllah kita akan lanjutkan *tanya jawab bersama keluarga Ayeman*... π
1⃣3⃣ *Pertanyaan 13*
Cita2 ayeman skrg mau jadi apa? Dan rencananya mau HS sampai jenjang SMP atau SMA?
1⃣3⃣ *Jawaban:*.
Cita-citanya banyak. Selain kuliah di Madinah University, Ayeman juga ingin jadi pilot, raja, dan syaikh.
Rencana HS sementara ini sampai lulus SD. Selengkapnya sudah dibahasdi jawaban atas pertanyaan 2.
1⃣6⃣ *Pertanyaan 16*
Kalau orangtua bekerja bisakah untk tetap melakukan HS? Pekerjaan orgtua yg seperti apa yg berpotensi untk bisa menerapkan HS drmh?
Terima kasih teh. Mohon pencerahannya
1⃣6⃣ *Jawaban Abah Ayeman*:
bismillah.
*Buat kami, HS itu bukan memindahkan pelajaran tadinya sekolah menjadi di rumah.*
Mungkin sebagian orang bisa seperti ini, dan tidak masalah. Hanya bagi kami, HS menjadi pilihan karena kami ingin menjaga dan berama-sama mencapai visi dan misi keluarga.
Untuk mencapai itu, kami rasa sangat sulit kalau salah satu dari kami, orang tua, tidak mendampingi Ayeman.
Jadi prinsip lain yang kami pengang dari awal, bahkan sebelum memutuskan HS, bahwa pengasuhan anak, dipegang langsung oleh kami (kecuali darurat). Jadi setidaknya salah satu dari kami berada di rumah.
Alhamdulillah, Allah karuniakan kesempatan untuk menguji prinsip kami ini.
Misal tahun 2011 akhir (Ayeman 1.5 tahun), saya (abah) selesai sekolah sedangkan ambunya Ayeman masih harus lanjut studi (ambil data setahun di Indonesia).
Karena kita punya prinsip pendidikan/pengasuhan anak minimal oleh salah seorang dari kita, maka kami putuskan saya (Abah Ayeman) tidak bekerja dulu setidaknya setahun, untuk memberi kesempatan istri melanjutkan studi.
Alhamdulillah, dulu sebelum saya sekolah kami putuskan bahwa saya tidak mengambil tawaran ikatan dinas dari tempat kerja, sehingga urusan tidak kembali kerja menjadi lebih mudah. Kadang kami melihat orang sedikit kebingungan dan mengernyitkan dahi ketika tanya ke saya, "sekarang kerja dimana", setelah saya jawab, “ga kerja karena ingin ngurus anak dulu”.
Mereka sedikit puzzled. Mungkin yang ada di pikiran mereka, ini orang udah sekolah s3 di luar negeri, sekarang kerja ngurus anak kecil.
Begitu pun Ambu, dimana ijazah S3 luar negerinya disimpan rapi, dan mendedikasikan waktunya untuk mengurus keluarga.
Alhamdulillah, kami cukup yakin dengan pilihan kami, dan sejauh ini kami sekeluarga masih diberi banyak kecukupan oleh Allah.
Sehingga, kalau pertanyaannya bisakah kerja tapi anak tetap HS, mungkin tetap bisa ya. Mungkin banyak strategi yang bisa dilakukan agar orang tuanya bekerja tapi anak HS. Misal panggil guru, dititipkan beberapa hari di klub belajar atau komunitas, dll. Walaupun, pada dasarnya HS adalah pengajaran langsung oleh orang tua, karena, bukankah orang tua yang tahu benar keluarganya mau dibawa kemana.
*Yang lebih paham apa visi misi keluarganya.* Karena kehadiran orang tua langsung dalam HS bisa lebih mendidik, bukan sekedar mengajar.
*Tapi buat kami, pendidikan utama harus dari orang tua.* Jadi yang kerja cari nafkah, salah satu saja.
Tentunya, kalau kita mengacu ke ajaran Islam, bapak yang utamanya mencari nafkah. Seperti sudah dijelaskan Ambu, lupa di pertanyaan yang mana, *sangat banyak yang orang tua bisa ajarkan regardless of pendidikan, regardless of pendidikan agama, regardless of kemampuan baca Quran, atau alasan2 lain yang membuat kita jadi tidak pede untuk mengajarkan pada anak.*
Juga disampaikan oleh Ambu, jangan sampai kita menganggap kita akan mengajarkan anak kita dengan ilmu dengan yang kita punya sekarang. Niatkan kita juga belajar, sambil mengajarkan pada anak kita. Dengan begitu, akan bertambah yang bisa kita ajarkan pada anak kita. Bahkan anak kita mungkin akan penasaran dengan apa yang sedang kita pelajari, dan secara tidak sacara sedang ikut belajar materi yang sedang kita pelajari. Selain itu, yang paling penting anak kita juga melihat dan belajar bagaimana kita memandang ilmu, mudah2an anak kita belajar tentang pentingnya terus belajar dari kita yang sedang belajar. Belajar tentang kerja keras karena melihat kita bekerja keras untuk belajar.
Untuk jenis pekerjaan yang cocok dijalankan keluarga yang anaknya HS, saya belum tahu persis.
Mungkin pekerjaan2 yang bisa dilakukan dari rumah. Menulis buku, berjualan online, menerima pseanan kue atau jahitan.
Pekerjaan2 yang tidak terlalu banyak mengambil waktu dan tenaga yang seharusnya dialokasikan untuk mendidik anak.
Pekerjaannya apapun selama halal dan kita bisa mendampingi anak2 kita belajar. Buat kami, jauh lebih mudah ketika (setidaknya) salah seorang dari orang tua standby di rumah.
0⃣9⃣ *Pertanyaan 9*.
Saya barusan baca talkshow dgn abah dan ambu nya ayeman....
Saya bacanya sambil nangis....betapa sedikitnya yg sdh sy lakukan buat anak2 ,....masih fakir ilmu banget..
Teh ini yg mau saya tanyakan , selama ini yg banyak bersentuhan langsung terkait anak2 ya saya,...
Pernah saya melontarkan ide u hs pada ayahnya anak2, beliau masih belum siap dgn alasan, apa saya siap dgn proses homeschool anak2 , yg baru 2 itu, sedangkan waktu beliau sangat sedikit u berinteraksi dgn anak2,...
Demikian ya teh, terimakasih
0⃣9⃣ *Jawaban Abah Ayeman*.
Ibu yang semoga dirahmati Allah dan diberikan keberkahan yang sangat banyak.
Dari sisi suami, saya (Abah) sangat faham dan mengerti apa yang disampaikan oleh suami Ibu. Karena saya pun dulu sama komentarnya ketika ambu pertama kali melontarkan ide HS ini.
Terutama yang saya rasakan adalah saya sendiri merasa belum siap. Tidak punya clue sama sekali. Hanya sepertinya buat Ambu dulu ide HS ini sudah lumayan mengkristal.
Jadi dulu ambu teh dengan cara yang sangat halus mulai menjelaskan dan memberikan informasi tentang pentingnya HS dan manfaat2nya.
Seperti saya sampaikan di jawaban/bagian yang lain, ambu sering ngajak diskusi tentang fenomena2 sekolah di indonesia, misalnya, yang kurang cocok dengan visi yang sedang dibangun keluarga. Yang sebetulnya kemudian mengarah pada perlunya alternatif untuk metoda pendidikan selain sekolah formal.
Kemudian ketika Ayeman berumur sekitar 5 tahun, kita pulang ke indonesia for good, akhirnya kita buka wacana HS percobaan.
Kita lihat 1 tahun ke depan, ktia coba HS. Kalau misalnya OK, kita teruskan, kalau tidak, kita cari sekolah. Nah dalam setahun tersebut, *saya sangat impressed dengan apa yang dilakukan ambu, plus juga dampaknya pada Ayeman*.
Bagaimana ambu menyusun usulan program, bagaimana mendokumentasikan, bagaimana ngurus rumah sambil HS dll.
Termasuk bagaimana antusiasme Ayeman, skills nya, pelajaran nya, dll. Hal-hal ini akhirnya menjadi dasar, ayo bismillah kita teruskan HS sampai usia SD selesai.
Tentunya bukan tanpa masalah ya. Ada momen di mana kita betul2 menutup Foundation A (nama HS kita), dan ini bikin sedih semua. Jadi satu malam Ambu menyampaikan hal yang membuat Foundation A perlu ditutup, serius, bukan hanya ancaman. Ayeman juga denger. Dan saya ada di posisi yang berat, harus memutuskan. Ambu bulat untuk menutup, Ayeman terlihat sangat berharap tidak ditutup. Akhirnya saya minta waktu 1-2 hari untuk memutuskan. Dalam 1-2 hari ini, saya dan ambu ngobrol lagi. Buat rencana. Dan keputusannya adalah bahwa Foundation A ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan. 1-2 malam kemudian kita ketemu lagi, saya sampaikan keputusan saya bahwa Foundation A ditutup, dan menangislah Ayeman dan Ambu. Saya juga sin ^__^. Malam itu juga, saya bereskan semua barang.
Karpet digulung, meja dan kursi dipindah ke gudang, semua peralatan sekolah diamankan.
Nah, mungkin InsyaAllah kalau Ibu bisa tunjukkan bahwa Ibu punya komitmen kuat, sanggup menjalani HS, suami akan luluh hatinya.
0⃣7⃣ *Pertanyaan 7*.
Saya mau tanya, kalau mau mulai HS (saya msh buta banget) itu mulai dari mana dan apa saja yg perlu dipersiapkan.
Dan ingin tanya terkait referensi2 yg recommended baik itu dari artikel/jurnal online atau berupa buku untuk mempelajari HS ini
Terimakasih...
0⃣7⃣ *Jawaban*.
Disarikan dari penjelasan2 sebelumnya, kurang lebih berikut ini yang kami lakukan:
• Mencari informasi sebanyak mungkin tentang HS dan membandingkannya dengan sekolah umum.
• Jika dirasa akan memilih jalur HS, maka perlu dibicarakan dengan pasangan dan disepakati. Kesepahaman orang tua sangat penting untuk keberlangsungan HS.
• Mencari tambahan ilmu tentang variasi kegiatan dan program2 HS yang cocok untuk diaplikasikan di HS kita.
• Merencanakan keberlangsungan HS (program, evaluasi, kebutuhan, anggaran, dll)
• Beberapa laman yang bermanfaat untuk mempelajari HS (dan materi belajar)
o https://klastulistiwa.com/
o https://ummassadhomeschool.com/
o http://tjhomeschooling.blogspot.co.id/
o https://sabumihomeschooling.wordpress.com/
• Laman untuk mendapatkan materi pembelajaran usia SD (gratis)
o https://www.khanacademy.org/ berisi pelajaran matematika, science, English grammer, computer programming dll
o https://www.duolingo.com/ belajar berbagai bahasa dunia
o https://www.learnenglish.de belajar bahasa Inggris
o https://brilliant.org/ math and science
o http://bukusekolahdigital.com/ buku2 sekolah kurikulum nasional
o https://code.org/ belajar coding/computer programming
o https://www.bukupaket.com/ buku2 sekolah kurikulum nasional dan latihan ujian
o https://www.typing.com mengetik efektif 10 jari
• Buku-buku tentang HS dan materi belajar
o 5 Guru Kecilku oleh Kiki Barkiah, terdiri dari buku bagian 1 dan buku bagian 2 (bercerita tentang kesehariannya menjalankan HS)
o Penduan Mendidik Anak Muslim Usia Pra Sekolah, oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman
o Penduan Mendidik Anak Muslim Usia Pra Sekolah, oleh Abu Amr Ahmad Sulaiman
• Beberapa program belajar online (lewat WhatsApp) yang bisa diikuti anak (gratis), waktu pembukaannya berbeda2, harus rajin googling.
o Halaqah Silsilah Ilmiyyah Abdullah Roy (belajar tauhid)
o MAHIR (menghafal Hadits Rasulullah salallahu ‘alayhi wasallam)
o Safeerat Al Islam for Kids (Quran hafalan, tajwid, bahasa Arab)
[20/3 07:59] Karina Hakman: 1⃣1⃣ *Pertanyaan 11*.
Pada saat foundation A ditutup....kegiatan Ayeman apa saja utk mengganti kegiatan sblmnya...trus pd saat usia brp hal itu terjadi?
1⃣1⃣ *Jawaban Abah Ayeman*.
Kegiatan sehari-hari saja, tidak ada pelajaran akademik sama sekali. Ikut kegiatan ambu dari bangun sampai tidur. Cuci pakaian, belanja, masak, bermain, bersih-bersih rumah… Dan banyak ngobrol dan berusaha memperbaiki sikap.
1⃣4⃣ *Pertanyaan 14*
HS sebaiknya diterapkan dari anak usia brp?
Bagaimana cara menerapkan HS dngn kondisi keluarga saya dngn 2anak (umur 2th 8bln dan umur 8bln)?
Si adik ikut belajar atau perlu bantuan pengasuh saat saya sedang memberikan HS ke si kakak?
1⃣4⃣ *Jawaban*.
Bisa dimulai dengan early home education di usia berapapun, bahkan sejak lahir, lalu di usia sekolah (7 tahun) mulai lebih terstruktur dan pelajaran akademik mulai masuk.
Disebut HS (schooling) karena memang masuk usia wajib sekolah/belajar.
Jika berada dalam kondisi ini, kami cenderung memilih untuk mengajak adiknya ikut belajar.
Tentu dengan variasi usia ini, tidak bisa diharapkan prosesnya berlangsung serapi dan semulus kegiatan di sekolah, dimana teman sekelas usianya kurang lebih sama semua dan punya tingkat kematangan dan kepahaman yang sama, tetapi anak bisa lebih belajar untuk berbagi, menghargai, menyayangi saudaranya.
Dari komunitas HS saya sering mendengar bahwa seringkali adik2 kecil menyimak pelajaran kakak2nya dan kemudian pelajaran2 tertanam di benak mereka.
Belajar bersama, lalu saat kakaknya perlu waktu untuk melakukan tugas mandiri (misalnya menyusun blok kayu), adiknya bisa bermain dulu dengan ibunya.
1⃣5⃣ *Pertanyaan 15*
Bagaimana cara melatih komitmen & konsistensi? Karna biasanya semangatnya naik turun.
1⃣5⃣ *Jawaban*.
*Sungguh, komitmen dan konsistensi merupakan hal yang berat, dan memang semangat, seperti halnya iman, berubah ubah naik dan turun.*
Jangankan anak2, orang dewasa pun banyak yang kesulitan memegang komitmennya dan konsisten dalam sikapnya.
Kabar baiknya, kedua hal ini bisa dilatih, dan memang perlu perjuangan yang cukup besar, dimana orang tua pun harus konsisten memegang komitmennya.
Misalnya, saat Ayeman masih berusia 5 tahun, kami (dan Ayeman) bersepakat bahwa Ayeman hanya boleh memainkan paling banyak 5 mainan dalam sepekan. Kami punya beberapa mainan yang kami simpan di “toy library”. Setiap hari Sabtu, Ayeman harus mengembalikan 5 mainannya dan memilih 5 mainan lain untuk dimainkan sepekan berikutnya. Boleh juga memilih mainan yang sudah dipilih sebelumnya. Pokonya cuma boleh 5 mainan. Kegiatan ini kami namakan “Toy Swap”.
Nah, ada kalanya Ayeman menangis meraung2 minta ganti mainan di tengah pekan sebelum hari Sabtu.
Raungan demikian rupa kadang menggoyahkan pertahanan orang tua.
Tapi kalo kita konsisten: rules are rules.
Walau sepertinya ini urusan remeh-temeh: masak sih minta mainan dari lemari saja tidak boleh?
Tetapi ini membentuk pemahaman yang kuat akan komitmen yang disetujui di awal.
Anak konsisten menaati aturan yang disepakati, orang tua tetap konsisten menaati peraturan yang disepakati walaupun anak memelas-melas.
Sungguh ini merupakan investasi kepribadiannya di masa depan, dimana ia dapat konsisten memegang komitmennya;
• saat ia berkomitmen ingin shaum Ramadhan sebulan penuh,
• saat ingin selalu shalat Shubuh di masjid,
• saat ingin hafal Quran,
• saat ingin menyelesaikan tugas2nya.
Memang awalnya berat untuk bersikap tegas (tegas ya, bukan keras), tetapi buahnya sungguh berharga.
Kami sebagai orang tua merasa perlu memberikan pemahaman kepada Ayeman, bahwa di dunia ini kita bebas mau berbuat apa saja, tetapi setiap perbuatan ada konsekuensinya.
Mangga pilih amalan tauhid atau syirik, sunnah atau bid’ah, halal atau haram, baik atau buruk, benar atau salah. Bebas.
Tapi ingat, ada konsekuensi yang harus kita hadapi. Surga atau neraka.
Choosing your behavior means choosing the consequences.
Misalnya, kami berkomitmen untuk tidak boros dalam menggunakan air, sabun, kertas dan lain2.
Jika memang dibutuhkan untuk eksperimen, mangga boleh, dengan izin dan jumlah tertentu.
Ayeman paham dan sepakat. Kemudian ditentukan konsekuensinya jika kesepakatan tersebut dilanggar, yaitu mengeluarkan uang tabungannya dan disedekahkan.
Terjadilah pelanggaran, dan, walaupun dengan menangis, Ayeman harus menghadapi konsekuensinya: menyedekahkan uang tabungannya yang sudah dikumpulkan sedikit demi sedikit.
Tapi selanjutnya ia sangat lebih berhati2 dan minta pendapat dulu sebelum menggunakan bahan2 yang sering terbuang2.
Untuk usia dini, konsistensi akan sikap baik biasanya kami beri reward dengan bintang2 origami kecil, atau reward chart (tabel dengan bintang) dan hal2 kecil lainnya.
Ini sudah cukup untuk memahamkan pentingnya konsisten dalam memegang komitmen.
[20/3 08:00] Karina Hakman: 1⃣2⃣ *Pertanyaan 12*.
Assalamualaikum teh, smoga Allah senantiasa memberikan nikmat iman islam untk qt semua.aamiin
Trmksh bnyk teh atas ilmu yg sangat bermanfaat ini..π
Alhamdulillah sharing dr keluarga ayeman mnambah inspirasi saya ttg gambaran real untk melakukan HS k anak walaupun masih ada rasa galau untk akhirnya memutuskan mau k HS atau k skolah umum.
Untk lebih mencerahkan saya&suami, ini ada beberapa pertanyaan dari kami.
Sejak umur brp ayeman dilatih sholat berjamaah d masjid?
Bila anak umur 3th diajak shlt, terus lari2an, bisa dilanjutkan latihan shlt jama'ahnya atau harus d stop dulu sampai usia 4th?
1⃣2⃣ *Jawaban*.
Wa alaikum salam, mudah2an Allah berikan keberkahan bagi Ibu dan suami.
Sejak awal, kami punya keinginan bahwa anak kami punya kecintaan dan kedekatan dengan masjid (terlebih karena laki-laki).
Saat itu ketika Ayeman berumur 1-2 minggu, kami (khususnya saya) sudah bawa ke masjid Alhamdulillah, masjid di Australia sangat terbuka kalau kita membawa bayi/anak kecil ke masjid. Jadi dari bayi, Ayeman sudah kami bawa ke masjid.
Ketika shalat, saya tidurkan di lantai masjid, dan saya sujud di atas Ayeman. Kalau misalnya menangis, saya gendong sambil shalat.
Kami tidak tahu pasti kaitan bacaan Quran Ayeman atau kesenangannya terhadap ilmu (membaca banyak buku, termasuk buku2 agama) dengan kebiasaannya ke masjid.
Mungkin kita tidak pernah tahu. Tapi, yang pasti kami sangat percaya bahwa doa orang muslim terhadap muslim lain itu punya kekuatan yang besar, punya nilai yang istimewa.
Ketika kita bawa Ayeman ke masjid, banyak sekali student lain, dan juga orang2 Australia yang mendoakan Ayeman di masjid. Mungkin bisa dibayangkan, bayi kecil baru lahir, tentu menjadi pusat perhatian.
Mereka mendatangi Ayeman, menciumi kepalanya, mendoakannya. Salah satu doa yang sering terdengar oleh kami ketika mereka mendoakan sambil menciumi kepala Ayeman: May Allah preserve you, May Allah give you lots of barakah.
Kita tidak tahu, mungkin doa2 orang di masjid ini sebagian (besarnya) dikabulkan Allah.
Tentunya ketika kami bawa anak kami ke masjid, juga dari sejak awal (1-2 tahun) kami ajak ngobrol Ayeman bahwa masjid tempat shalat, bukan tempat main.
Kalau misalnya anak kita lari2 di masjid saat orang shalat, harus kita sampaikan itu bukan tempatnya. InsyaAllah setelah kita beri contoh, tempatkan dia di sebelah kita, dia akan tahu bahwa kita tidak senang kalau dia lari2 di masjid saat orang shalat.
Kalau dari sejak kecil kita biasakan, insyaAllah umur 3-4 tahun anak kita sudah tahu bagaimana adab di masjid, khususnya ketika ada orang shalat.
Yang saya amati di masjid, anak2 yang sering main di masjid dan sulit untuk diarahkan karena bapaknya tidak ada di masjid.
Kalau bapaknya ada di masjid, rutin selalu ke masjid bersama anaknya, insyaAllah mudah untuk diajak ngobrol dan diarahkan.
Wallaahu a'lam.
1⃣7⃣ *Pertanyaan 17*
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.. Mau tanya listening murottalnya konsepnya gimana ya?
Apakah di play 24 jam full 30 juz atau seperti apa ya?
Saya baru beberapa hari ini menerapkan konsep ini 1 juz saya ulang 24 jam nonstop.. mohon bimbingannya ππ»terima kasih kang..
1⃣7⃣Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Seperti Ambu sampaikan di awal, kami bukan praktisi parenting tau orang yang pengalaman untuk Tahfidz Quran.
Jadi mohon dimaklumi kalau jawaban kami kadang tidak punya dasar teori, lebih banyak apa yang kami alami dan mungkin untuk beberapa pertanyaan kami coba mengerti dan membayangkan kalau kami di posisi bapak/ibu apa yang sepertinya akan kami lakukan.
Bapak/akang yang bertanya, mudah2an Allah berikan keberkahan bagi bapak sekeluarga. Dulu kami tidak sengaja, pak, membuat Ayeman terpapar Quran yang banyak. Jadi sekitar umur 3 tahun-an, Ayeman 'teterekelan' ke rak buk kami.
Sampailah dia di kumpulan CD kami, dia ambil salah satu dan dia ingin kita puter. Akhirnya kita puter itu CD audio, dan ternyata murattal Quran.
Saat itu kami tidak kanal reciter2 Quran. Saya hanya tau 2 orang: Sh. Sudais dari Mekkah dan Muammar ZA dari Indonesia, itu pun tidak rutin didengarkan.
Nah ketika Ayeman minta disputar CD itu, kita merasa 'eh enakeun ya bacaannya, Ayeman juga seneng.
Karena dia seneng, kita putarlah cukup sering. Setelah mungkin 2-3 mingguan, lupa persisnya, ketika kita baca quran dan pas surat2 yang pendek, kok Ayeman sekali2 ngikutin.
Dan kemudian kita 'iseng' mancing beberapa surat pendek yang lain dia juga ngikutin.
Setelah itu, CD itu kita putar makin sering, kita cek kemudian tahu bahwa itu CD memutar sekitar 1/3 juz dari juz 30. Alhamdulillah, ternyata ayeman cepat sekali menghafal dari mendengar ini, saya lupa persisnya tapi mungkin 2 bulan atau kurang dia sudah 1/3 juz itu sudah hafal, tentu dengan ucapan dan cara anak kecil.
Ini sepertinya awal kita merasa perlu untuk memperdengarkan secara rutin Quran pada Ayeman.
Dari sini kita merasa perlu memanfaatkan ketertarikan dia pada Quran. Karena dia sudah tertarik, ya sudah kita nyemplung aja sekalian.
Dalam periode ini, juga ada satu kejadian yang mungkin bisa saya share sedikit sebelum menjawab bagaimana konsep murattal-nya, yang banyak dari konsep coba2 karena orang tuanya tidak punya ilmu tentang hafalan. Ada satu waktu dimana Ayeman sakit, dan harus bedrest. Kita bingung karena kelihatannya dia sangat bosan di tempat tidur, kita tidak punya konsep hiburan tv karena tidak ada tv di rumah.
Saat itu hp kita masih jadul, jauh dari whatsapp, youtube, dll. Akhirnya setelah ditimbang-timbang bersama, kita memutuskan mengeluarkan dvd portable kecil 7" yang kita beli saat saya masih sekolah di Australia. Masalah berikutnya adalah DVD apa yang akan kita puter, kita tidak punya DVD. internet juga tidak ada. Kemudian terpikir kita baru beli Quran, di dalamnya ada bonus CD tahsin QRQ. Diputarlah DVD itu, dan ternyata Ayeman seneng.
Bahkan kemudian dia sampai hafal '3 prinsip baca Quran', juga hafal beberapa surat dan ayat pendek yang dijadikan contoh.
*Hikmah yang kami lihat dan rasakan dari sini ternyata keputusan meniadakan TV sebelum Ayeman lahir ternyata salah satu keputusan terbaik dalam pendidikan anak kami.*
Ternyata dengan selama ini tidak terpapar TV, ketika dia menemukan sedikit paparan screen, dia sangat antusias padahal screen nya tentans belajar baca Quran (untuk dewasa) yang mungkin tidak begitu menarik sebetulnya.
Sedikit cerita bahwa 1 bulan sebelum Ayeman lahir, karena kita berkomitmen untuk tidak ada TV di rumah, maka TV yang kita punya kita jual. Dan ini sangat berat buat saya.
Setelah 2 kejadian ini, kami tidak punya konsep bagaimana meneruskan kesenangan Ayeman terhadap Quran. Saat itu kami tidak juga terpapar Ust yang bisa kami tanyai, betul2 kita mencoba-coba.
Alhamdulillah kemudian Allah pertemukan kami dengan kebetulan yang lain. Saat itu bulan Ramadhan kami pergi ke Masjid Habiburrahman, sangat ramai karena 10 hari terakhir, termasuk ramai orang berjualan.
Nah di salah satu penjual, diputer bacaan quran. Lho kok sama nada dan reciternya. Kemudian kami tanya siapa ini shaikh yang baca, barulah kami tahu itu Sh. Mishary Rashid Al Afasy.
Jadi setelah hafal 1/3 juz, kami mencoba untuk mendownload clip syaikh yang sedang shalat karena tadi CD yang kita punya (yang tadi 1/3 juz) sudah habis dihafal oleh Ayeman. Kami cari bacaan2 yang suratnya belum dihafal oleh Ayeman. Yang kami cari saat itu, yang tidak terlalu panjang (sekitar 0,5 halaman).
Alhamdulillah banyak sekali kita temukan. Kemudian kita putarkan per surat tau 2 surat (1/2 sampai 1 halaman).
Alhamdulillah Ayeman cepat juga menghafal. Dan ini membuat kami ketagihan untuk terus memperdengarkan dan 'mancing' dia untuk membaca hafalannya.
Sejak kami menemukan Ayeman senang dengan Quran, kita putarkan hampir non-stop. Sesaat sebelum bangun tidur, ketika bangun dan sampai tertidur lagi di malam hari. Dan kita dalam periode ini betul2 tidak punya target, tidak meminta dia untuk hafal. Yang kami lakukan memperdengarkan dengan suara yang tidak terlaulu keras, dan menjalani aktivitas seperti biasa.
Yang kita perhatikan hanya ketika kira2 dia sudah 80-90%, kita tambah dan/atau ganti yang diperdengarkannya. Ini berlangsung sangat lama, tanpa konsep dan tidak punya target, kurang lebih sampai Ayeman umur 7 tahun.
Jadi yang kita lakukan hanyalah memperdengarkan, murojaah (sambil diperiksa bacaanya dan kami lihat mushaf), bermain sambung ayat dan shalat-shalatan.
Ohya, kami juga kadang memberi reward berupa medali atau sertifikat buatan sendiri, dan itu sudah cukup menyenangkan bagi Ayeman.
1⃣8⃣ *Pertanyaan 18*
Assalamualaikum, setelah baca cerita ambu dan abah ayeman rasanya mrs berdosa sm anak2 sy, sy jd takut gak bs mempertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah, apa bs memulai hs dg anak yg sdh berumur 10 th, dan skrg lg sekolah formal, sy menyadari bnyk perilaku yg hrs diperbaiki.
1⃣8⃣ *Jawaban*
Wa’alaykumussalaam warahmatullahi wabarakatuh. Ibu yang semoga dirahmati Allah, terima kasih sudah sabar menunggu jawaban kami.
Kami mengenal beberapa keluarga yang menarik anaknya dari sekolah,...
Perasaan bersalah memang senantiasa menggelayuti perasaan orang tua saat memikirkan anak-anaknya. Tentu ini adalah perkara yang baik, jika kita sebagai orang tua memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sudah pernah kita lakukan. Hal yang sama terus menerus terjadi pada kami juga. Ada saja kekurangan2 kami pada proses mendidik, Kalau ada perilaku buruk pada kami, hampir pasti, kami akui, adalah hasil dari kesalahan kami mendidiknya. Dan perilaku memang ranah yang butuh investasi kerja keras dan waktu dan tenaga yang sangat besar. Tapi biarlah, lebih baik kita merasa bersalah sekarang dan berusaha sebisa mungkin memperbaikinya, daripada menyesal di akhirat, dimana penyesalan tidak berguna.
Perlu saya sampaikan, bahwa HS bukan satu-satunya jalan untuk memperbaiki perilaku. Hanya saja, bagi keluarga kami, ini merupakan jalan yang efektif karena kami dapat betul2 fokus pada perilaku tanpa banyak pengaruh dari lingkungan luar. Harapan kami, setelah perilaku baik tertanam kokoh, ia akan dapat menghadapi dunia luar dengan tetap berpegang pada perilaku yang benar.
Kami kenal beberapa keluarga dari anaknya dari sekolah, dan melanjutkan HS. Tentu ini bukan tanpa tantangan. Jika ibu ingin mengambil langkah HS, pastikan ini menjadi keputusan bersama keluarga, termasuk putra/putri ibu. Sampaikan alasan2 ibu dan strategi yang ibu ajukan untuk mengatasi kekhawatirannya (terutama meninggalkan teman2nya). Anak usia 10 tahun sudah bisa diajak berdiskusi tentang keuntungan yang dapat ia peroleh di masa depan dunia dan akhiratnya, insyaaAllah. Semoga Allah memberi kemudahan atas itikad baik ibu memperbaiki akhlak putra/putri ibu.
cat: Mohon maaf ya yang ini lama sekali menjawabnya.
ππππππππ
Sekian untuk Materi dan susulan Jawaban dari Ambu dan Abah Ayeman. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah.
#JumatMubarrak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar