*BC 02*
*Tanya Jawab Materi Teh Patra*
*Tanya 01*
HSR Bandung
Teh Patra, makasi banyak untuk pemaparannya..
Kalau untuk Teh Patra sendiri, bolehkah tahu kenapa milih untuk home schooling? Terima kasih
*Jawab 1*:
Kalau saya memutuskan Homeschooling ceritanya panjaaang. Hehe
Ini ada 5 artikel yang saya tulis jaman dulu..boleh mampir ya 😊
https://yuria-pratiwhi.blogspot.co.id/search/label/HOMESCHOOLING?m=1
*(Untuk memudahkan, insyaAllah moderator akan meng-copy paste ceritanya teh Patra ya... jadk siap2 baca novel true story... 😄😄😄)*
*Cerita HomeSchooling Teh Patra Bagian 1*
HOMESCHOOLING...WHY? WHY NOT???
Kalau Anda berusia 17 tahun, lalu menerima lamaran seorang pria yang belum lulus kuliah, kemudian menikah...maka Anda telah memutuskan untuk menjadi seorang petualang!! Percayalah..sejak saat itu, hidup Anda akan jauh dari zona nyaman! Mengapa? Karena Anda sudah memutuskan begitu!! :D
Dan begitulah..kami merasakan hidup ini begitu berirama..bagaikan berakrobat..diwarnai keputusan-keputusan sulit, yang membuat hidup kami juga semakin sulit..:). Tapi seperti roller coaster, semakin menantang semakin menarik. Begitulah kami menikmati dan mensykuri hidup. Dan kami yakin, semua akan indah pada waktunya.
Salah satu keputusan paling sulit yang cukup menyulitkan adalah keputusan menarik seluruh anak kami dari sistem sekolah formal, dan menempatkan mereka di padepokan Ummi Cantik (hehe..nama yang dibuat Arsyad..yang kadang membuat orang bertanya di mana itu Sekolah Ummi Cantik...:P).
Bagaimana tidak sulit? Semasa anak-anak di sekolah mereka akan berangkat pagi-pagi sekali dan pulang sore sekali. Apalagi kalau mengikuti ekstrakurikuler..kadang malam baru pulang. Sementara dua orang khadimat senantiasa standby untuk melakukan pekerjaan kerumahtanggaan, praktis saya memiliki banyak kesempatan untuk menjadi sosialita...xixi..
Masa-masa itu adalah masa yang teramat nyaman..:P. Sampai datang suatu waktu yang menggoyahkan kenyamanan itu.
Saat itu pertengahan tahun 2011..menjelang tahun ajaran baru. Diawali dengan berita mengenai UN, kelulusan, passing grade, RSBI dan segala yang berhubungan dengan kenaikan tingkat..karena Afra akan masuk kelas 6 SD dan Akhyar akan masuk kelas 3 SMP, kami mengadakan rapat akbar keluarga. Suasana rapat saat itu begitu serius..menegangkan..mencekam..mendebarkan..(lebay..). Beberapa pertanyaan investigasi muncul, seperti.."Huapakhah tahun dephuan Akhyar dan Afra akan ikut Hujian Nasional?". "SMP dan SMA muanakhuah yang akhan merekha masukhi sethuelahnyuaa?"
Terisnpirasi oleh Fred dan George Weasley dan diprovoksi si idiot Ranchodas Chancad (qqqq)..rapat merekomendasikan suatu keputusan yang teramat penting, yaitu : HOMESCHOOLING!! Oh..no...Oh..no...Oh YES!!
Why?Why?
Ada beberapa latar belakang yang dibahas panjang lebar dalam rapat tersebut.
Latar belakang pertama adalah kekurangcocokan kami dengan sistem pendidikan formal yang ditawarkan di negeri ini. Antara lain :
1. Hasil ujian tahun tersebut yang (terlalu) spektakuler membuat kami tidak yakin dengan sistem pendidikan di negara ini. Dengan ilmu statistik sederhana saja kita bisa melihat bahwa NEM yang diperoleh tidak sesuai dengan parameter kurva distribusi normal. Untuk masuk sekolah favorit dengan jalur NEM, anak-anak harus mendapat NEM yang nyaris sempurna.. Anak salah seorang teman saya terpaksa mengubur impiannya bersekolah di sekolah favorit karena NEM yang didapatnya secara jujur 'hanya' 36 koma sekian..atau rata-ratanya 'hanya' 9 koma sekian. Padahal anak itu sangat cerdas dan jadi harapan orangtuanya untuk bisa melakukan lompatan sosial melalui jalur pendidikan. There's must be something wrong!! Sementara anak-anak lain yang prestasi belajarnya hanya di tingkat pertengahan mendapatkan nilai rata-rata hampir 10. Kalaupun berhasil masuk, kelas macam apa yang anak-anaknya semua punya nilai hampir 10 tapi ternyata tidak semua cerdas?? Bagaimana mungkin suatu negara mengajarkan rakyatnya menjadi oportunis sejak usia dini? Bagaimana mungkin kami membiarkan anak-anak kami di kelas seperti itu?
Informasi menunjukkan bahwa sekolah favorit lebih mengutamakan penerimaan jalur RSBI. Namun kualitas RSBI yang ditawarkan tidak sebanding dengan harga yang harus dibayar (dalam arti yang sebenarnya). Sepertinya itu juga bukan pilihan kami.
2. Kami menemukan fenomena anak-anak yang di pagi hari belajar di sekolah dan di sore hari belajar lagi (pelajaran yang sama) di tempat bimbel. Mau jadi apa anak-anak kami jika waktunya habis hanya untuk pelajaran akademis yang sebetulnya tidak butuh waktu lama? Saat kami menyiapkan ujian Paket A dan Paket B, pelajaran akademis itu bisa dipelajari hanya dalam beberapa bulan saja. Sekarang malah lembaga bimbel menyediakan layanan mengerjakan PR dan latihan ulangan harian..duh..!! Bukan begini cara belajar yang kami harapkan. Apa artinya kemampuan mengerjakan soal tanpa memahami konsep dasar ilmu pengetahuan? Tanpa memiliki kecintaan terhadap ilmu? Apa artinya nilai yang bagus tanpa kemampuan menggunakan ilmu sebagai sarana pemecahan masalah?
3. Ketidakmampuan sistem pendidikan menciptakan lingkungan cinta terhadap ilmu mengakibatkan kegagalan-kegagalan lain di tingkat yang lebih tinggi. Bukan rahasia lagi bahwa lulusan perguruan tinggi (bahkan negeri dan favorit) seringkali tidak memiliki skill yang memadai berkaitan dengan bidang ilmunya. Sarjana informatika yang tida bisa mrogram, sarjana akuntansi yang tidak bisa membuat neraca, sarjana manajemen yang tidak mampu memahami term and condition credit card, sarjana matematika yang tidak bisa menghitung deret ukur hingga terjebak di MLM, sarjana bahasa inggris tidak bisa ngobrol bahasa inggris, dan lain-lain (termasuk saya, sarjana sipil yang ga bisa nyemen...hehehe). Fenomena maraknya sarjana mediocre yang melanjutkan ke tingkat S2 bukan disebabkan oleh keinginan menimba ilmu..melainkan karena tidak mumpuninya skill yang dimiliki. Bahkan bagi banyak sarjana hal itu menjadi alasan untuk mendapatkan status selain pengangguran dan tetap mempertahankan harga diri. Tidak peduli bahwa bidang yang diambil tidak ada sangkutpautnya dengan ilmu di masa lalu, kebutuhan kerja masa kini dan dan rencana di masa depan.
*Cerita HomeSchooling Teh Patra Bagian 2*
by Teh Patra on Wednesday, July 11, 2012 at 12:13am ·
Latar belakang kedua adalah adanya beberapa permasalahan yang kami temui dalam perkembangan anak-anak kami. Permasalahan yang sekilas sederhana, namun akan mengakibatkan pergeseran misi keluarga yang telah kami rancang sebelumnya. Permasalahan itu sulit terlacak, kecuali oleh kami, orang tua yang intens berinteraksi dengan mereka.
Misalnya saja :
1. Salah seorang anak kami memiliki kemampuan matematis yang tinggi, namun minat membacanya teramat rendah. Membaca satu halaman novel saja sudah mengeluh. Tapi dia sangat sukaaaaa menghapal. Dia akan menghapalkan apa saja kalau dia bisa menerima reward, baik yang berupa nilai, poin, hadiah. Alhasil dalam mata pelajaran tertentu dia akan mendapat nilai tinggi. Namun kemampuan pemahaman dan analisisnya minim. Dia kesulitan menerapkan apa yang telah dihapalnya ke dunia nyata. Namun karena nilai yang diperolehnya biasanya tinggi, permasalahan tersebut tidak muncul saat di sekolah.
Oleh karena itu, program utama dalam homeschooling untuk anak tersebut adalah READING. Dia dimotivasi untuk membaca apa saja yang dia mau. Dengan iri saudara-saudaranya mengatakan " Masa belajarnya baca Lima Sekawan...enak banget.."
Dan dia akan menjawab "enakkan kamu..tinggal belajar kali-kalian doang"Alhamdulillah, selewat beberapa pekan minat bacanya mulai terasah. Sekarang dia mulai tahan membaca beberapa jam, meminta buku baru, dan mengacak-acak kamar saudaranya untuk mencari bahan bacaan. Dia juga sudah bisa menikmati bacaan..berekspresi, tertawa, terharu, dan bisa menceritakan kembali apa yang dibacanya.
Untuk menyalurkan 'hobi menghapalnya' kami terus memberi motivasi untuk menghapalkan al Qur'an. Alhamdulillah, hapalannya maju pesat dibanding yang lain.
2. Salah seorang anak kami memiliki minat yang tinggi terhadap sains, namun kemampuan matematisnya rendah. Dia sangat suka membaca buku sains anak-anak. Koleksinya mulai dari ensiklopedi sains, komik kompetisi sains, serial WHY, dll habis dibaca dalam waktu singkat. Tidak habis-habis pertanyaan dan pernyataannya tentang sains. Seperti orang yang memiliki sedikit gejala asperger, dia tahan membicarakan satu topik hingga detil dari A sampai Z selama berminggu-minggu, dengan segala modifikasinya. Abinya bilang " Kalau orang suka sains dan suka matematika, dia bisa jadi ilmuwan. Tapi kalau dia suka sains tapi ga suka matematika, dia bisa jadi orang sinting ". Dia suka dan kagum dengan angka-angka, namun minat berhitung dan berpikir logisnya rendah. Kami ingin memahamkan bahwa sains adalah ilmu yang terukur, bukan sesuatu yang sifatnya mengawang-awang, mengkhayal, dll. Tentunya semua harus disampaikan dengan bahasa yang dia pahami, agar tidak mematikan minatnya akan sains namun juga menumbuhkan minatnya terhadap matematika.
Setelah kami amati, rendahnya kemampuan matematis ini berawal dari hal yang sangat dasar : Motorik halus. Rendahnya kemampuan motorik halus membuat dia sulit menulis. Kesulitan menulis ini menyebabkan kesulitan mengerjakan hitungan (perkalian susun, pembagian susun). Kondisi ini tidak terlihat di sekolah, karena pelajaran matematika masih di tingkat rendah dan mudah. Sedikit keterlambatan masih dalam rentang toleransi.
Kondisi ini membuat kami merasa sayang jika tidak dikelola dengan baik. Tentunya tidak bijaksana mengerem kesukaannya akan sains agar sesuai dengan kemampuan matematisnya. Maka kami memilih mengupgrade kemampuan matematisnya agar bisa mengejar minat sainsnya. :) Maka program yang kami terapkan bagi anak ini dalam Homeschooling adalah memperbaiki kemampuan motorik dan mengeksplorasi kemampuan matematis dan berpikir logis.
3. Salah seorang anak kami memiliki kapasitas IQ yang sangat baik, namun performance IQ yang kurang baik. Hal ini menyebabkan dia kesulitan menumpahkan pemikirannya secara terstruktur. Dan dia kesulitan menumpahkan idenya dalam wujud nyata. Jika dia memiliki ide untuk membuat suatu karya, baik berupa program komputer, proyek sains, masakan, atau apa saja, dia bisa membayangkan prosesnya dengan baik. Tapi dia tidak mampu mengerjakannya. Akibatnya banyak pekerjaannya yang tidak selesai, serba tanggung, mengambang. Sampai tingkat sekolahnya saat ini kekurangan itu tidak selalu mengganggu. Mungkin orang akan mengatakan " Biasa, anak laki-laki ga serajin anak perempuan." Tapi kami berpendapat semakin dini diatasi maka akan semakin baik hasilnya.
Maka kami berupaya memberikan pelajaran yang dapat dia kuasai dengan baik untuk memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Salah satunya adalah bahasa. Dia memiliki kemampuan alami untuk menguasai bahasa lebih baik dibandingkan anak-anak lain. Alhamdulillah, dia sangat PD untuk berbicara bahasa inggris. Dia juga menjadi juara ketiga di salah satu kejuaraan berbahasa perancis. Saat ini dia mulai menyukai permainan kata-kata berbahasa arab, terutama yang berkaitan dengan hafalan qur'annya.
Pelajaran lain adalah konsep matematika. Kemampuan analitisnya yang kuat memberinya kepercayaan diri untuk mempelajari matematika advance.
Sedikit demi sedikit dia juga mulai diajari untuk mengerjakan sesuatu secara terstruktur, dengan plan, step dan goal yang jelas...walau masih sering berantem kalau dia mulai bosan dan tidak fokus.
TBC lagi...:D
*Cerita HomeSchooling Teh Patra Bag 3*
*HOMESCHOOLING...WHY? WHY NOT??? PART 3*
by Teh Patra on Wednesday, July 18, 2012 at 7:41pm ·
Alasan ketiga..ada yang bisa nebak?? :D
Yaa..tidak lain tidak bukan adalah alasan efisiensi dan ekonomis :)
Keputusan ini merupakan salah satu bentuk protes atas kapitalisasi pendidikan. Tahukah Anda, bahwa pendidikan merupakan salah satu penyumbang tertinggi inflasi di negeri kita tercinta??
Mungkin kita mengatakan, "so what if we can pay?". But it's not the point. Mahalnya pendidikan membuat manusia justru semakin kehilangan nilai-nilai manusiawinya. Manusia menjadi lebih egois, angkuh, kasar, curang, dsb.
Pendidikan yang mahal membuat kita selalu berpikir bagaimana cara mencapai BEP. Setelah lulus, orangtua tidak berhenti menyuruh anaknya untuk mencari pekerjaan bergaji tinggi untuk mengimbangi mahalnya sekolah.
Tuntutan untuk berpenghasilan tinggi membuat para pemuda begitu sibuk. Seluruh daya, upaya, waktu dan tenaga habis untuk mencari uang, yang pada kebanyakan kasus, hanya menjebak untuk masuk ke dalam siklus buruk : hidup untuk bekerja dan bekerja untuk hidup. Mereka tidak sempat lagi memiliki waktu untuk masyarakat, aktivitas sosial, ibadah, dan hal-hal lain yang sebetulnya merupakan kebutuhan nurani manusia. Mereka hidup begitu terburu-buru, hingga lupa untuk bersikap sopan, bertenggang rasa, bertoleransi dan berempati. Mereka terobsesi untuk menjadi pemenang, mengalahkan, meraih posisi, bahkan dengan menghalalkan segala cara.
Orang tua juga menuntut anak-anak perempuan mereka untuk bekerja karena mereka sudah mengeluarkan biaya yang mahal untuk sekolah. Dengan begitu tercapailah misi syaithan 'memisahkan bunda dari anak-anaknya', dan 'menceraiberaikan keluarga sejak dini'. (menurut penelitian, salah satu penyebab tertinggi perceraian adalah wanita bekerja). Maka si anak jatuh ke tangan pengasuh yang berpendidikan rendah, yang tidak memiliki cukup ilmu dan energi untuk membentuk seorang manusia unggul. Dan bunda, tidak lagi menjadi orang yang pertama mendengar bayinya bersuara, melihat bayinya tersenyum, tengkurap, tumbuh gigi, berjalan, melompat..Juga bukan orang yang selalu ada untuk memeluk disaat sakit, meniup luka, mengajak jalan-jalan, membacakan cerita, menyuapi, memandikan. Akhirnya bukan menjadi orang tempat bercerita, tentang pelajaran,sahabat, pertengkaran, kekecewaan, kesedihan, masa baligh, jatuh cinta. Dan kadang saat bunda menyadari hal itu, semuanya sudah terlambat.
Di beberapa kesempatan saya melihat bahwa anak-anak di sekolah mahal kebanyakan berasal dari keluarga menengah ke atas, termasuk di sekolah Islam. Namun kondisi pendidik sangat jauh berbeda dengan muridnya. Bahkan seringkali mereka tidak sanggup menyekolahkan anak-anaknya di tempat mereka mengajar. Hal ini menjadikan kurangnya rasa hormat anak didik terhadap pendidiknya. Belum lagi orangtua cenderung berpihak pada anak2nya dan seringkali memposisikan diri di atas para pendidik karena status sosialnya. Maka sebagus apapun sistem pendidikan yang telah dirancang, dimentahkan kembali dengan kondisi ini.
Sebaliknya pada sistem pendidikan yang murah, kami juga belum menemukan kepuasan. Kami belum menemukan sistem, lingkungan, suasana dan pendidik yang berdedikasi tinggi untuk menerima kelebihan dan kekurangan anak-anak kami apa adanya, dan berusaha melejitkan potensi mereka dengan optimal.
Kami tidak anti pendidikan mahal, karena kami juga bukan sosialis. Kami hanya ingin memastikan bahwa setiap tetes investasi kami sepadan dengan hasil yang didapatkan, tidak terbuang percuma.
Maka kami berusaha mengajarkan pada anak-anak kami, bahwa belajar bisa dimana saja. Belajar bisa kapan saja. Belajar bisa menggunakan apa saja. Kami yakin, bahwa pendidikan yang baik adalah hak setiap anak bangsa..punya uang ataupun tidak. Kami juga yakin, bahwa hidup layak dan bahagia adalah hak asasi semua manusia. Bukan karena tingginya penghasilan, namun lebih pada mindset, cara pandang, disertai penggunaan metoda dan sarana yang tepat. Maka kami mencoba bereksperimen, dengan kami sendiri sebagai kelinci percobaannya :D :D
Mengenai efisiensi..kami hanya mencoba memanfaatkan dua orang nekad yang suka ngobrol ngalor ngidul. Yang sering punya ide absurd dan wacana mengawang-ngawang. Yang salah satu atau keduanya menggemari fisika, matematika dan sejarah, serta memiliki minat yang tinggi terhadap ilmu alam, ekonomi dan geografi. Selain itu senang berkejar-kejaran dengan mode dan teknologi, senang berolah raga, terbiasa berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai bangsa dan negara serta memiliki spelialisasi. Juga memiliki minat tinggi terhadap gizi dan tumbuh kembang, dan prilaku manusia.
Maka diketuklah palu..dan diresmikanlah Homeschooling UmmiCantik :D :D :D
Selanjutnya bagaimana? Metode belajar? Teknis mengajar? Sarana dan prasarana? Jadwal dan kurikulum??Legalisasi? Dll
Berhubung masih liburan...kita bicarakan pada rapat yang akan datang..hehehehe...Sekarang, istirahat dulu :D :D :D
Masih TBC...
*Cerita HomeSchooling Teh Patra Bag 4*
*Homeschooling (4)*
Setelah memutuskan menarik anak-anak dari sekolah, muncullah pertanyaan sederhana yang jawabannya rumit : What next?
Ya..selanjutnya bagaimana? Kami bukan guru, pengajar, ga punya bahan, ga tau kurikulum.. (duh..Abi bener2 ngasi kerjaan deh…)
Berhubung saat itu akan segera dilaksanakan Ujian Paket A dan Paket B (pada Oktober 2011), persoalan jadi lebih mudah. Tugas kami adalah mengantarkan Afra sukses ujian Paket A dan Akhyar sukses ujian Paket B.
Pelajaran Paket A terdiri atas Matematika, IPA, IPS, PPKn, B. Indonesia. Sementara Paket B terdiri atas pelajaran paket A + B. Inggris.
Dalam waktu 3 bulan kami mengulang pelajaran kelas 4, 5, dan 6 SD untuk paket A serta 1, 2, 3 SMP untuk paket B. Tadidnya sih ingin memahamkan konsep, karena teryata anak-anak kebanyakan tidak ingat pelajaran sekolahnya 3 tahun terakhir. Tapi karena terlalu lama dan dikejar waktu, akhirnya kami memberi materi ala bimbel, dengan drill soal dan tanya jawab.
Alhamdulillah ujian berjalan lancar. Ternyata pelajaran 3 tahun bisa juga disingkat 3 bulan..hehe..jadi sisa waktunya bisa banget buat belajar yang lain. :D :D
Setelah ujian, pertanyaan awal kembali muncul what’s next?
Berhubung baru selesai ujian, agenda selanjutnya adalah : liburan…hehehehe…
Liburan ini merupakan salah satu program prioritas keluarga. Sebetulnya bukan liburan kali ya..tapi ‘berperjalanan di muka bumi’ seperti yang diperintahkan al Qur’an :
“Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)” (Ar Rum: 42)."
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (Al Hajj : 46)
Dengan program ini, banyak hal yang bisa dipelajari, mulai dari geografi, bentang alam, jenis manusia, budaya, perekonomian, agama, dan macam-macam lagi. Hal-hal yang sulit dipelajari jika kita tidak langsung melihat dan merasakan.
Berbagai macam tema liburan pernah kami eksplore..seperti menjelajah pantai selatan jabar, mulai dari Sindang Barang sampai Ujung Genteng, Ranca Buaya sampai Pameungpeuk, camping di gunung, belajar budaya tradisional di Baduy Dalam, menjelajah pantai Tanjung Lesung sampai Ujung Kulon, belajar sejarah di Yogyakarta. Yang belum pernah dieksplore adalah budaya modern dan metropolitan.
So menggunakan uang yang seharusnya dibayarkan ke sekolah, kami pun membawa anak-anak backpacking ke 3 negara : Singapura, Malaysia dan Thailand.
Alhamdulillah, setelah 2 malam menginap di penginapan, 2 malam di kereta api, dan 2 malam di rumah teman, kami berhasil mempelajari banyak hal baru. Belajar tata cara bepergian dengan berbagai moda, mulai dari pesawat, kereta, bis, monorail, mobil, taksi, becak, ojek sampai tuk-tuk. Belajar bertemu dan berkomunikasi dengan berbagai bahasa, mulai dari bahasa melayu, inggris, indonesia, sampai bahasa tarzan. Belajar berbagai jenis mata uang dan konversinya. Belajar berbagai teknologi dan pengelolaan negara mulai dari yang udik sampai yang canggih. Dan belajar baaanyaaak yang lainnya.
Selesai liburan, barulah kami mulai menyusun rencana homeschooling. Melalui rapat yang seperti biasa diawali dengan ceria, disisipi dengan segala macam kekesalan, ketidaksetujuan, kemarahan, dan tangisan, dan diakhiri dengan tekad membaja..(ciee..), program homeschooling pun kami gulirkan sebagai berikut :
1. Waktu sekolah berbeda sesuai tingkatan : Yang SMA 36jam/mg, yang SMP 34 jam, yang SD 32 jam.
2. Pelajaran terdiri atas pelajaran wajib, pelajaran sesuai kurikulum dan pelajaran sesuai anak
3. Yang termasuk pelajaran wajib adalah :
- Olah raga (5x per minggu), terdiri atas : renang (1x), Tifan (1x), Lari (1x) dan olahraga pilihan (2x)
- Tilawah dan hafalan Qur'an (1 jam/hari)
4. Pelajaran sesuai kurikulum : Pelajaran sekolah : Math, science, English, Social, Art.
5. Pelajaran sesuai anak : French, Piano, Read, Write, Computer, Accounting
6. Jam belajar mulai dari jam 07.00 sampai jam 16.00. Pada jam tersebut, seluruh jenis hiburan tidak diperkenankan, termasuk jika terdapat jam kosong/pelajaran sudah selesai. Jam kosong bisa dipakai untuk membaca novel, istirahat, makan, membaca koran, permainan edukatif, dll.
7. Hari Sabtu dan Minggu libur, kecuali pelajaran wajib
8. Apabila ada udzur dalam salah satu jam pelajaran dapat diganti pada jam-jam kosong
Seperti itu antara lain beberapa patokan yang kami buat agar kegiatan bisa lebih terevaluasi.Bagaimana pelaksanaan rencana tersebut? Apa saja kendala, kesulitan dan tantangan yang dihadapi??
*Cerita HomeSchooling Teh Patra Bag 5 (terakhir utk jawaban pertanyaaan 1😊)*
*Homeschooling..(5)*
by Teh Patra on Friday, September 14, 2012 at 11:03pm ·
Hidup adalah pilihan..begitu kata orang. Dan setiap pilihan memiliki konsekuensi. Sejak awal menikah kami sudah dihadapkan pada banyak pilihan. Dengan terseok-seok, kami berusaha memahami setiap konsekuensi dari pilihan kami. Terkadang pilihan kami membuat hidup menjadi jauuh lebih mudah. Namun tak jarang pilihan tersebut membuat banyak cabang pilihan lain yang membuat hidup menjadi begitu rumit. Ingat novel anak 'pilih sendiri ceritamu?'. Kira-kira begitulah situasi yang harus kita hadapi.
Memilih menarik anak2 kita dari sekolah memiliki banyak konsekuensi. Konsekuensi utama adalah terputusnya hubungan kami dengan sekolah negeri favorit (unutk jenjang SMP dan SMA). Jangankan yang homeschooling, yang berasal dari sekolah bonafid saja harus mengikuti serangkaian prosedur formal untuk masuk ke sana, seperti raport yang dilegalisir. Dengan demikian, kami hanya punya dua pilihan : bertahan dengan homeschooling atau masuk ke sekolah swasta. Konsekuensi lain adalah terbatasnya kesempatan sosialisasi anak2 di sekolah. Konsekuensi yang paling sering ditanyakan oleh orang yang mendengar mengenai homeschooling. Konsekuensi ini membuat kami harus berusaha lebih keras 'membawa' anak-anak ke ladang sosialisasi lainnya yang bisa mengimbangi sosialisasi di sekolah.Konsekuensi selanjutnya adalah berkurangnya jatah waktu pribadi :). Karena sebagian waktu harus kami alokasikan untuk mengajar anak2.
Sebagai orangtua sekaligus pengajar, kami harus menanggung konsekuensi tanggungjawab penuh atas pilihan ini. Jika program ini tidak berjalan lancar, maka tidak ada pihak lain yang bisa disalahkan selain kami sendiri. Dan begitulah..tidak semua rencana dapat berjalan mulus. Ada waktu-waktu dimana pembelajaran berlangsung begitu mudah dan menyenangkan. Ada waktu2 dimana pembelajaran begitu menyebalkan.
Misalnya saja pada program hafalan. Kami mencanangkan setiap pagi, jam 6-7 adalah program tilawah dan hafalan. Setiap pagi masing-masing tilawah selama 15 menit, menghapal selama 10-20 menit dan muraja'ah dan menyetorkan hafalan selama 15 menit. Beberapa minggu program ini berjalan baik. Walaupun para murid terlihat mengantuk dan loyo di awalnya, namun tak lama suasana menjadi menyenangkan. (Menyenangkan sekali kalau di pagi hari kita 'berhasil' tilawah dan tahfizh, rasanya hari itu akan berjalan lebih mudah dan sebagian beban kita terangkat). Namun program ini terganggu waktu saya melahirkan. Pola tidur bayi yang masih berantakan membuat saya tidak bisa mendampingi para murid. Padahal abinya sering ke luar kota. Akibatnya program ini terhenti. Tilawah dan tahfizh dilakukan masing2 pada jam masing2. Efeknya sungguh terasa berbeda.
Program olahraga sejauh ini berjalan lancar. 1x berenang, 1x thifan, 1x jogging dan 2x olahraga bebas. Jogging dilakukan 8x200m. Setiap pekan, kami berusaha memecahkan rekor jogging pekan sebelumnya. Apabila ada yang berhasil memecahkan rekor, maka kami merayakannya dengan makan bubur bersama :). Olahraga mungkin merupakan hal yang menyenangkan, apalagi berenang. Namun jika dilakukan secara rutin dan serius..ternyata tidak mudah juga..:) Main air sih oke..tapi berenang sejam..hmmm..
Pelajaran sesuai kurikulum sejauh ini berjalan cukup baik. Abi mengajar matematika dan fisika SMA. Terkadang mengajar matematika SD dan SMP sebagai bonus. Ummi mengajar sisanya (kebanyakan hanya nyuruh baca buku..hehehe..nggak ding). Proses belajar mengajar kebanyakan tidak formal. Di kasur sambil tiduran, di lantai sambil ngasuh dede, di mobil sambil jalan2. Hanya pada saat mengerjakan latihan soal saja menggunakan meja. Hingga saat ini, pelajaran yang belum tergarap baik adalah praktikum sains. Saya masih kesulitan menyediakan program dan prosesnya. Sementara ini, alih2 mecoba sendiri biasanya kami mencari referensi (video, gambar) percobaan serupa di internet, melihat dan mengamati prosesnya. Mudah2an nanti bisa dilaksanakan.
Beberapa gangguan pelajaran terjadi terutama saat pengajar sibuk. Saat ummi harus rapat maraton beberapa hari seminggu dan abi harus di luar kota atau sibuk dikejar deadline, kelas jadi kurang terkendali. Para murid sering mati gaya. Biasanya anak2 diminta mengerjakan hal2 yang tidak perlu didampingi, seperti kesenian (menggambar, piano, craft), mengerjakan soal, membaca dan menghafal al qur'an, komputer, wirausaha dan lain2. Namun efektifitasnya kurang terjamin :). Misalnya jatah pelajaran 1 jam di singkat menjadi 1/2 jam. Anak-anak bilang pokoknya sudah dikerjakan dan sudah selesai. Sebagai gantinya, terkadang pelajaran dilakukan di malam hari (setelah abi pulang) atau pada hari sabtu dan minggu. Atau dilakukan dengan cara lain, asal esensinya tercapai.Gangguan lain terjadi kalau pengajar kehilangan kesabaran..hehe..hingga pecahlah perang dunia :P :P
Idealnya, sebagai orangtua dan pengajar kami bisa menjadi teladan dalam menjaga komitmen. Namun kami juga manusia :D :D. Awalnya suasana belajar begitu ketat dan disiplin. Setiap anak memilki jadwal pelajaran setiap minggu, dan kami mengikuti jadwal dengan rapi. Lalu kami merasa bahwa pelajaran yang diberikan sudah melebihi target, sehingga kegiatan belajar berjalan (terlalu) santai. Tapi tiba-tiba para pengajara marah2 karena murid terlalu santai..hehehe..Biasanya ini terjadi kalau dalam suasana santai ada yang 'cari gara-gara', melanggar peraturan atau melakukan kesalahan. Kalau sudah begini, besoknya suasana belajar kembali ketat. Ditambah peraturan baru yang membuat para murid manyun dan memarahi si pembuat onar..:D. Siklus ini berlangsung beberapa kali.
Terkadang suasana begitu menyenangkan, terkadang begitu membosankan. Tapi kami pikir di manapun suasana seperti ini selalu ada ya.. Kadang pas sekolah ingin libur, pas libur ingin sekolah..:).
Biasanya kami melakukan evaluasi dalam rapat bulanan, sekaligus pemberian reward (gaji) untuk mereka yang melaksanakan kewajiban. Di rapat ini kami membahas kekurangan bulan lau, rencana bulan depan, penyegaran, perubahan jadwal atau matapelajaran, dll. Alhamdulillah, sampai saat ini kami masih merasa cukup nyaman dengan homeschooling ini.
Kadang kekhawatiran bagaimana ke depannya tetap ada. Tapi kami berusaha melakukan apa yang terbaik yang bisa kami lakukan, insya Allah ada jalan.Banyak hal dan kesempatan yang bisa kami dapatkan yang mungkin sulit kami dapatkan jika anak2 masih di sekolah. Ada yang mendapatkan kesempatan magang di beberapa perusahaan, walaupun tidak membantu atau merecoki perusahaan2 tersebut, setidaknya dia punya pengalaman bekerja dan menambah relasi. Ada pula yang berkesempatan mengurus bisnis hingga mengerti proses bisnisnya. Beberapa kekurangan yang disampaikan pada note ke 2 juga berhasil diatasi, walaupun sampai sekarang masih berproses. Anak2 juga berkesempatan merasakan hidup yang lebih heterogen, bergaul dengan beragam orang dengan berbagai karakter, sifat dan status sosial. Lebih dari itu, mereka juga belajar berani membuat keputusan dan mengatasi konsekuensi keputusan tersebut. Mereka juga belajar mandiri dan percaya diri.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kami belajar untuk tumbuh dewasa. Kami belajar untuk memahami kodrat dan tanggung jawab kami sebagai manusia. Dalam rentang waktu itu juga kami belajar, bahwa selama kami mengikuti apa yang diperintahkan oleh Sang Pencipta, berusaha menjauhi laranganNya, maka tidak akan ada pilihan yang sangat salah yang akan membahayakan kami..walaupun tidak ada yang sempurna. Pilihan hanya berbahaya jika bertentangan dengan keinginan Rabb kami. Itulah makna dari faidzaa 'azzamta, fatawakkal 'ala Allah, apabila kamu telah berazzam, maka bertawakkalah pada Allah. Maka kami berazzam. Hasilnya kami serahkan pada Allah.
Dengan cara pandang seperti itulah, kami berusaha untuk memahami dan mengatasi konsekuensi setiap pilihan.
(selesai :D :D Alhamdulillah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar