Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji milik Allah yang menempatkan kita di *wilayah dan zaman terbaik* sebagai *lahan mujahadah* kita meraih jannah. In syaa Allah.
Indonesia adalah salah satu negeri dengan jumlah muslim terbanyak di seluruh dunia. Demikian sehingga potret kaum Muslim akan nampak jelas melalui potret bangsa Indonesia. Termasuk aspek pendidikan di dalamnya.
Di berbagai belahan bumi ini teknologi berkembang sangat cepat. Ilmu pun bertambah secara masif. Penemuan baru tumbuh mengikuti grafik eksponensial. Sayangnya bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim tadi belum mampu menunjukkan keunggulannya. Kita masih berada dalam *tahapan pemakai* atau pengguna, dengan ketergantungan yang sangat besar pada negara lain.
Hal ini terjadi tak lain karena belum kuatnya sistem pendidikan dan pengajaran di Indonesia.
Rezim berganti rezim. Menteri berganti mentri. Program berganti program, namun *belum mampu membangkitkan kondisi pendidikan* secara signifikan.
Dalam kondisi ini, muncullah satu alternatif pendidikan, yaitu pendidikan berbasis rumah, home education, dan homeschooling.
InsyaAllah akan dijelaskan dulu satu per satu,
*apa itu Home Schooling?*
dan
*apa itu Home Education?*
☘ *Home Schooling*
Home Schooling biasanya merujuk pada istilah kesetaraan sekolah formal yang dilakukan di rumah.
*Secara umum*, homeschooling sendiri terdiri atas 3 jenis :
1. Aktivitas *sekolah* yang dilakukan di rumah atau di luar sekolah.
Anak bisa mengikuti program sekolah yang diselenggarakan di dalam rumah dengan memanggil guru, mengikuti komunitas homeschooling grup, mengikuti flexischool, dll.
Disini anak-anak tetap mengikuti ujian, kurikulum sesuai diknas dan jenjang, hanya saja tidak dilakukan di sekolah formal.
2. Aktivitas sekolah yang murni dilakukan anggota keluarga saja tanpa melibatkan pihak luar. Dengan *kurikulum dan target yang ditentukan anggota keluarga*..
Kurikulum diknas masih diikuti *dalam batas* yang diperlukan dengan pengajaran disesuaikan dengan program pendidikan di rumah.
3. Aktivitas pendidikan di rumah yang mengambil jalur berbeda dengan jalur akademis.
Misalnya jalur atlit, artis, bisnis atau jalur pendidikan agama Islam.
*Itu adalah gambaran umum pelaksanaan HomeSchooling pada umumnya*.. Saat ini berkembanh juga sebuah istilah *Home Education*...
☘ *Home Education*
Perlu dipahami bahwa *home education* (secara bahasa: Pendidikan Berbasis Keluarga/rumah) adalah kewajiban setiap orang tua, baik yang menyekolahkan anak di sekolah formal ataupun tidak.
Artinya, menyekolahkan anak di sekolah formal bukan berarti orangtua bebas berlepas tangan dalam pendidikan anak. Dalam Home Education, peran orangtua lah yang dominan.
Contoh, untuk usia pra baligh, peran orangtua dalam pendidikan anak seyogyanya lebih dominan dibandingkan pihak luar (guru atau sekolah).
*Penanaman aqidah dan nilai dasar, akhlaq dan kebiasaan baik, dibentuk secara efektif melalui keluarga*.
Sekolah hanya memberi sentuhan tambahan saja.
☘☘☘☘☘
Jika pendidikan dilaksanakan di sekolah formal, tentunya seluruh sistem pendidikan sudah disediakan dan difasilitasi sekolah.
Namun _*jika pendidikan dilakukan di rumah, maka sistem pendidikan perlu dibuat di rumah.*_
Khusus bagi pelaku Homeschooling yang menerapkan Home Education, maka *tanggung jawab orangtua bersifat penuh dalam pendidikan anak*.
Secara umum, bagaimanapun kita ingin anak-anak kita minimal bisa mengikuti benchmark umum (jenjang pendidikan formal), syukur-syukur bisa lebih. *Hal ini tentu tidak dapat dicapai tanpa perencanaan yang matang*..
Jika orangtua memilih homeSchooling, setidaknya sudah ada pernwcanaan yang matang terkait:
● visi misi pendidikan
● target yang akan dicapai
● kurikulum yang akan digunakan
● bahan ajar
● rencana pengajaran
● dan evaluasi.
Orangtua perlu juga aktif berperan *menyediakan lingkungan* yang sesuai untuk:
● setiap jenis pendidikan yang diambil
● memahami jalur pendidikan
agar jangan sampai *pendidikan anak terputus dan tidak jelas arahannya mau kemana*...
Jika sudah menyelesaikan visi misi, target, dan kurikulum, baru berlanjut berbicara pelaksanaannya.
Sebagai contoh,
*terkait penyelenggara*, bisa ditentukan sesuai dengan kurikulum dibuat (oleh keluarga masing).
Beberapa pertanyaan yang bisa dievaluasi adalah:
● Apakah anggota keluarga mampu melaksanakannya?
● Jika tidak siapa yang dapat melaksanakannya? ● Bagaimana memulainya dan seterusnya bisa dibahas dalam keluarga masing-masing
Karena tanggung jawab pendidikan berpusat di rumah, artinya orangtua jugalah yang bertanggung jawab utk melakukan evaluasi.
Evaluasi perlu dilakukan dalam setiap jenis pendidikan.
Evaluasi setidaknya terdiri atas
1. Evaluasi pekanan, mencakup evaluasi kegiatan belajar mengajar secara umum, kendala yang ditemukan, target dan progres bahan ajar.
2. Evaluasi per materi, mencakup penguasaan materi, target penyelesaian materi dan waktunya.
3. Evaluasi per jenjang, mencakup evaluasi kemampuan yang harus dikuasai dalam jenjang/level usia/pendidikan tertentu.
4. Evaluasi menyeluruh biasanya dilakukan setiap tahun untuk melihat apakah proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, apakah perlu perubahan metode, perubahan strategi dan pola ajar.
Sebagai contoh,
Beberapa hr yang lalu, Bibing, (anak Teh Patra yang ke-4) berusia 6 tahun.
Semakin mendekati fase mumayiz, in syaa Allah.
Banyak yang bertanya, pembelajaran apa yang saya terapkan pada Bibing?
Sebetulnya hampir sama dengan yang saya terapkan untuk para kakak. Hanya saja gaya dan metodenya saya sesuaikan dengan karakter dan usianya.
Untuk Bibing sendiri, hingga usia 7 tahun nanti dia masih berada dalam fase free style, bebas melakukan apapun. Sekali lagi, *bebas disini dari sudut pandang dia*. Bagaimana dari sudut pandang saya sebagai ibu?
Sebagai ibu, saya harus lebih serius menyiapkan strategi pembelajaran khususnya satu tahun ke depan.
Langkah pertama adalah menentukan *target untuk satu tahun*.
Target disesuaikan dengan _*kurikulum wajib dalam homeschooling di rumah kami*_:
1. *Al Qur'an.*
Minimal dalam satu tahun ini dia bisa menghapal satu juz al Qur'an. Mampu membaca al Qur'an dengan tartil.
2. *Bahasa.*
Tugas saya memastikan bahwa dia bisa memahami bacaan sesuai usianya. Setidaknya bisa membaca satu buku setiap pekan dan *mempresentasikannya*..
3. *Bahasa Inggris.* Targetnya hanya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris sehari-hari.
4. *Math.*
Target satu tahun ini lebih ke mengenal konsep angka (number), logika matematika dan operasi hitung sederhana
5. *Olahraga.*
Mampu terbiasa berjalan kaki sejauh 1 km dan berenang di kolam dalam.
6. *Skill tambahan.*
Mulai pilihan keterampilan khusus sesuai minat.
7. *Materi keIslaman* bersifat informasi dan *pembiasaan saja*. Belum menerapkan hukuman, sesuai dengan usianya.
Berhubung metode yang digunakan masih metode free style, maka sebagian besar program pembelajaran belum saya tentukan waktunya. Bisa dilakukan kapan saja dengan materi apa saja, dengan patokan target minimal yang harus dicapai itu saja.
Kata 'jadwal' mulai digunakan untuk beberapa jenis aktivitas, hanya saja porsinya masih terbatas. Hal ini digunakan untuk memahamkan konsep waktu pada Bibing 😊.
Yes, as simple as that 😍😊.
*Mungkin itu dulu prolognya.. Selanjutnya diperdalam di diskusi saja ya...*
☘☘☘☘☘☘☘
Tidak ada komentar:
Posting Komentar