*Materi 03. Persiapan Keluarga Menghadapi Akhir Zaman*
(Versi WA, mohon maaf kalau ada tulisan arab yg terbalik, silahkan cek versi pdf utk tulisan utuh)
Oleh: Ust Kardita
*Materi 03. Versi WA* (Tanpa Tulisan Arab)
Persiapan Keluarga Menghadapi Akhir Zaman
Tanda-tanda Akhir Zaman
Akhir zaman adalah kondisi dimana sudah makin mendekatnya peristiwa Hari Kiamat yang sangat dahsyat. Tentang kapan datangnya hari Kiamat, maka tidak ada seorang pun yang mengetahui, baik Malaikat, Nabi, maupun Rasul, masalah ini adalah perkara ghaib dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi saw yang shahih.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat: ‘Kapankah terjadinya.’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya penge-tahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’” [Al-A’raaf: 187]
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari Berbangkit. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu wahai (Muhammad), boleh jadi hari Berbangkit itu sudah dekat waktunya.” [Al-Ahzaab: 63]
Juga ketika Malaikat Jibril as mendatangi Nabi Muhammad saw kemudian bertanya:
…فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ؟
“Kabarkanlah kepadaku, kapan terjadi Kiamat?”
Kemudian Nabi saw menjawab:
مَا الْمَسْئُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ.
“Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.”
[HSR. Muslim (no. 2, 3, 4 dan 8), Abu Dawud (no. 4605, 4697), at-Tirmidzi (no. 2610), Ibnu Majah (no. 63) dan Ahmad (I/52)].
Meskipun waktu terjadinya hari Kiamat tidak ada yang mengetahuinya, akan tetapi Allah swt telah memberikan isyaratnya dalam Al-Qur’an bahwa tanda-tandanya akan mendahuluinya sebagaimana firman-Nya:
فَهَلْ يَنظُرُونَ إِلاَّ السَّاعَةَ أَن تَأْتِيَهُم بَغْتَةً فَقَدْ جَآءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَآءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ
“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang”. (QS. 47:18)
Disamping itu Allah swt telah memberitahukan kepada Rasul-Nya tentang tanda-tanda Kiamat tersebut, baik itu tanda-tanda kecil ataupun tanda-tanda besar. Tanda-tanda kecil sangat banyak dan sudah terjadi sejak zaman dahulu di antaranya adalah: wafatnya Nabi Muhammad saw, munculnya banyak fitnah, timbulnya firqah Khawarij, munculnya orang yang mengaku sebagai Nabi, hilangnya amanah, diangkatnya ilmu dan merajalelanya kebodohan, banyaknya perzinaan, banyak orang yang minum khamr (minuman keras) dan merebaknya perjudian, masjid-masjid dihias, banyak bangunan yang tinggi, budak melahirkan tuannya, banyaknya pembunuhan, banyaknya kesyirikan, banyaknya orang yang memutuskan silaturrahim, banyaknya orang yang bakhil, wafatnya para ulama dan orang-orang shalih, banyaknya orang yang belajar kepada Ahlul Bid’ah, dan lain-lain. Rasulullah saw bersabda:
اُعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِيْ، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوْتَانٌ يَأْخُذُ فِيْكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَمِ، ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِيْنَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لاَ يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلاَّ دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُوْنُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي اْلأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُوْنَ فَيَأْتُوْنَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِيْنَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اِثْنَا عَشَرَ أَلْفًا.
“Perhatikanlah enam tanda-tanda hari Kiamat: (1) wafatku, (2) penaklukan Baitul Maqdis, (3) wabah kematian (penyakit yang menyerang hewan sehingga mati mendadak) yang menyerang kalian bagaikan wabah penyakit qu’ash yang menyerang kambing, (4) melimpahnya harta hingga seseorang yang diberikan kepadanya 100 dinar, ia tidak rela menerimanya, (5) timbulnya fitnah yang tidak meninggalkan satu rumah orang Arab pun melainkan pasti memasukinya, dan (6) terjadinya perdamaian antara kalian dengan bani Asfar (bangsa Romawi), namun mereka melanggarnya dan mendatangi kalian dengan 80 kelompok besar pasukan. Setiap kelompok itu terdiri dari 12 ribu orang.” [HR. Al-Bukhari (no. 3176), dari Sahabat ‘Auf bin Malik]
Rasulullah saw juga bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا.
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah: diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khamr, dan merajalelanya perzinaan.”[HR. Al-Bukhari (no. 80)]
Kemudian munculnya tanda-tanda yang kedua, yaitu tanda-tanda Kiamat besar, para ulama Ahlus Sunnah membahas permasalahan ini dalam kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits, dan kitab-kitab ‘aqidah, seperti dalam kitab Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah dan kitab-kitab lainnya.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani tentang adanya tanda-tanda Kiamat yang besar (kubra) seperti, keluarnya Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa as dari langit, Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, dan yang lainnya. Rasulullah bersabda:
إِنَّ السَّاعَةَ لاَ تَكُوْنُ حَتَّى تَكُوْنَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ فِي جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ، وَالدُّخَانُ، وَالدَّجَّالُ، ودَابَّةٌ، وَيَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ، وَطُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ، وَنُزُوْلُ عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ
“Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda: (1) penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) penenggelaman permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) keluarnya asap, (5) keluarnya Dajjal, (6) keluarnya binatang besar, (7) keluarnya Ya’juj wa Ma’juj, (8) terbitnya matahari dari barat, dan (9) api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang meng-giring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissallam.”
[HR. Muslim (no. 2901 (40)), Abu Dawud (no. 4311), at-Tirmidzi (no. 2183), Ibnu Majah (no. 4055), Imam Ahmad (IV/6), dari Sahabat Hudzaifah bin Asiid Radhiyallahu anhu dan ini lafazh Muslim. At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Tahqiiq Musnadil Imam Ahmad (no. 16087)].
Fitnah Akhir Zaman
Nabi saw telah menceritakan bahwa salah satu dekatnya kiamat adalah banyaknya fitnah dan huru-hara yang akan terjadi kepada umat manusia dan secara khusus akan menimpa kepada umat Islam. Fitnah datang bagaikan gelombang yang silih berganti datang menerpa pantai. Fitnah syubuhat meluluh-lantahkan agama seorang muslim, dan fitnah syahwat yang menjerumuskannya ke dalam kubangan maksiat, begitu dahsyatnya menyambar-nyambar dan menjungkir balikkan keluarga muslim di akhir zaman.
Di saat itu iman manusia mudah tergoncang. Bahkan saking beratnya fitnah yang dihadapi manusia, ada diantara mereka yang di waktu pagi dalam keadaan beriman di sore hari sudah menjadi kufur. Di sore hari mereka beriman ketika masuk waktu pagi mereka telah kufur. Sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seorang masih beriman, tetapi pada sore harinya telah menjadi kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu, dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk memukul atau membunuh manusia). Jika salah seorang diantara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putera Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil)”. (HR. Ahmad 4:408, dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Sahih al Jami’ al Shaghir 2:193, hadits No. 2045)
Penggambaran fitnah laksana potongan malam yang amat pekat itu menunjukkan betapa berat dan berbahayanya fitnah itu. Ini merupakan peringatan penting bagi setiap Muslim dan keluarga muslim, bahwa banyaknya fitnah yang menyebabkan seseorang murtad merupakan tanda dekatnya akhir zaman.
Tentang fitnah yang bisa membuat kaum Muslimin terperosok pada kekufuran setelah keimanannya, diperkuat dalam riwayat yang menjelaskan tentang kemunculan fitnah duhaima’. Riwayat tentang fitnah duhaima’ bercerita tentang masa-masa yang akan dihadapi oleh kaum Muslimin menjelang keluarnya Dajjal untuk menebar fitnah dan huru-hara. Rasulullah saw bersabda: “Setelah itu akan terjadi fitnah Duhaima’, yang tidak membiarkan seorang pun dari umat ini kecuali akan ditamparnya dengan tamparan yang keras. Ketika orang-orang mengatakan, “Fitnah telah selesai”, ternyata fitnah itu masih saja terjadi. Di waktu pagi seseorang dalam keadaan beriman, namun di waktu sore ia telah menjadi orang kafir. Akhirnya manusia terbagi menjadi dua golongan: golongan beriman yang tidak ada kemunafikan sedikit pun di antara mereka, dan golongan munafik yang tidak ada keimanan sedikit pun di antara mereka. Jika hal itu telah terjadi, maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya.” [HR. Abu Dawud no. 3704, Ahmad no. 5892, dan Al-Hakim no. 8574. Dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi]
Hadits di atas mengisyaratkan hakikat fitnah Duhaima’ akan meluas mengenai seluruh umat ini. Meskipun manusia menyatakan fitnah tersebut telah berhenti, ia akan terus berlangsung dan bahkan mencapai puncaknya. Beliau menerangkan tentang efek yang ditimbulkan oleh fitnah ini, yaitu munculnya sekelompok manusia yang di waktu pagi masih memiliki iman, namun di sore hari telah menjadi kafir. Ini merupakan sebuah gambaran tentang kedahsyatan fitnah tersebut. Fitnah ini akan mencabut keimanan seseorang hanya dalam bilangan hari, dan ini juga merupakan sebuah gambaran betapa cepatnya kondisi seseorang itu berubah.
Demikian dahsyatnya fitnah Duhaima’, fitnah akhir zaman yang membuat orang berbolak balik hatinya. Ekstrimnya, mereka yang terperangkap dalam fitnah ini pagi hari masih membaca Al-Qur’an di masjid, namun di sore hari sudah melakukan kebaktian di gereja. Di pagi hari masih menutup aurat dengan jilbabnya, namun di sore hari sudah berganti pakaian ala artis barat yang menyingkat auratnya.
Pada masa akhir zaman kondisi umat manusia dalam titik yang sangat memprihatinkan. Terjadinya penurunan dan kemunduran dalam keimanan dan keagamaan. Keshalihan mulai dinodai oleh berbagai kemaksiatan dan kemungkaran. Keadilan mulai digantikan oleh kezhaliman. Tauhid mulai diselingi, bahkan dicampuri oleh kesyirikan. Sunnah Rasulullah mulai dilupakan dan ditinggalkan, sementara bid’ah mulai digeluti dan digemari. Keamanan mulai menjadi barang langka, sementara kekacauan mulai hangat terasa. Penipuan, kedustaan, penyalahgunaan amanat, dan kerusakan sosial lainnya menjadi pemandangan sehari-hari. Demikianlah keadaan umum umat manusia di akhir zaman. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits sahih:
لا يأتي عليكم زمان إلا الذي بعده شر منه حتى تلقوا ربكم
“Tidak datang kepada kalian sebuah zaman, kecuali zaman yang sesudahnya akan lebih buruk lagi keadaannya. Hal demikian itu akan terus berlangsung sampai kalian menghadap Rabb kalian”. (HR. Bukhari No. 6541)
Rasulullah saw juga bersabda:
غنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah saw bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidlah itu?” beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (HR. Ibnu Majah)
Persiapan Keluarga Menghadapi Fitnah Akhir Zaman
Fitnah Akhir zaman yang akan menimpa seorang muslim begitu dahsyatnya bahkan hampir-hampir membinasakan dan memporak-porandakan sendi-sendi kehidupannya dan keluarganya. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Amr bin Ash disebutkan:
وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ.
“Akan datang fitnah sehingga berkata seorang mukmin: ”inilah fitnah yang membinasakanku, kemudian fitnah tersebut hilang … kemudian dia datang kembali sehingga berkata seorang mukmin: mungkin inilah .. inilah (yang membinasakanku).” [HR.Muslim]
Rasulullah saw berpesan dan memerintahkan kepada kita untuk menjaga keluarga kita ketika fitnah akhir zaman terjadi karena keluarga merupakan benteng pertahanan terkokoh dalam menghadapi kekacauan dan fitnah tersebut. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bagaimana denganmu jika kamu berada di tengah kekacauan (fitnah), janji janji dan amanat mereka abaikan, kemudian mereka berselisih seperti ini ?” Lalu, beliau menyilangkan antara jari jari. Abdullah bin Amr bertanya,” Lalu , dengan apa engkau menyuruhku?” Beliau menjawab, “Jagalah rumah, keluargamu, lidahmu, dan lakukanlah apa yang kamu tahu dan tinggalkan yang mungkar, serta berhati hatilah dengan urusanmu sendiri, lalu tinggalkanlah perkara yang umum “ (HR Abu Daud dan Nasa’i)
Sebaik-baiknya cara dalam mengahadapi badai dan gelombang fitnah tadi adalah dengan mengikuti perintah dan petunjuk Rasulullah saw agar setiap keluarga muslim memperbanyak amal-amal kebaikan. Rasulullah saw pernah bersabda:
بادروا بالأعمال فتنا كقطع الليل المظلم...
“Bersegeralah kalian melakukan amal sholeh sebelum datangnya fitnah, dimana fitnah itu seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita”. (HR. Muslim)
Pertama: Membentengi Diri dan Keluarga dengan Iman dan Ketaqwaan
Kebaikan keluarga akan berpengaruh kepada kebaikan masyarakat, dan kebaikan masyarakat akan berpengaruh kepada kebaikan negara. Oleh karena itu, Islam banyak memberikan perhatian terhadap masalah perbaikan keluarga. Di antara perhatian Islam adalah bahwa seseorang yang telah berumah tangga, harus menjaga diri dan keluarganya dari segala perkara yang akan menghantarkan menuju neraka.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. [at-Tahrîm/66:6]
Allâh Maha kasih sayang kepada para hamba-Nya. Jika Dia memberikan perintah, pasti itu merupakan kebaikan dan bermanfaat, dan jika Dia memberikan larangan, pasti itu merupakan keburukan dan berbahaya.
Abdullah bin Mas’ûd dan para Ulama Salaf rahimahumullâh berkata, “Jika engkau mendengar Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam al-Qur’ân ‘Hai orang-orang yang beriman’, maka perhatikanlah ayat itu dengan telingamu, karena itu merupakan kebaikan yang Dia perintahkan kepadamu, atau keburukan yang Dia melarangmu darinya”. [Tafsir Ibnu Katsir, 1/80]
Kebaikan yang Allâh perintahkan dalam ayat ini, adalah agar kaum Mukminin menjaga diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Bagaimana caranya?
Abdullah bin Abbâs berkata, “Lakukanlah ketaatan kepada Allâh dan jagalah dirimu dari kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allâh, dan perintahkan keluargamu dengan dzikir, niscaya Allâh Azza wa Jalla akan menyelamatkanmu dari neraka”.
Mujâhid berkata tentang firman Allâh ‘peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’, “Bertakwalah kepada Allâh, dan perintahkan keluargamu agar bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla ”.
Qatâdah berkata, “(Menjaga keluarga dari neraka adalah dengan) memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allâh dan melarang mereka dari kemaksiatan kepada Allâh Azza wa Jalla , dan mengatur mereka dengan perintah Allâh Azza wa Jalla, memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla, dan membantu mereka untuk melaksanakan perintah Allâh. Maka jika engkau melihat suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allâh, maka engkau harus menghentikan dan melarang keluarga(mu) dari kemaksiatan itu”.
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata, “Allâh Yang Maha Tinggi sebutannya berfirman, ‘Wahai orang-orang yang membenarkan Allâh dan RasulNya ‘Peliharalah dirimu!’, yaitu maksudnya, ‘Hendaklah sebagian kamu mengajarkan kepada sebagian yang lain perkara yang dengannya orang yang kamu ajari bisa menjaga diri dari neraka, menolak neraka darinya, jika diamalkan. Yaitu ketaatan kepada Allâh. Dan lakukanlah ketaatan kepada Allâh. Firman Allâh ‘dan keluargamu dari api neraka!’, Maksudnya, ‘Ajarilah keluargamu dengan melakukan ketaatan kepada Allâh yang dengannya akan menjaga diri mereka dari neraka. [Tafsir ath-Thabari, 23/491]
Imam al-Alûsi berkata, “Menjaga diri dari neraka adalah dengan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan. Sedangkan menjaga keluarga adalah dengan mendorong mereka untuk melakukan hal itu dengan nasehat dan ta’dîb (hukuman) … Yang dimaksud dengan keluarga, berdasarkan sebagian pendapat mencakup: istri, anak, budak laki, dan budak perempuan. Ayat ini dijadikan dalil atas kewajiban seorang laki-laki mempelajari kewajiban-kewajiban dan mengajarkannya kepada mereka ini”. [Tafsir al-Alûsi, 21/101]
Semakna ayat ini adalah firman Allâh :
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [Thaha/20: 132]
Semakna dengan ayat ini adalah sabda Nabi :
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing. [HR. al-Hâkim, Ahmad dan Abu Dâwud; disahihkan al-Albâni dalam al-Irwâ`]
Mengajari ibadah kepada anak-anak bukan hanya shalat, namun juga ibadah-ibadah lainnya. Imam Ibnu Katsir berkata, “Para ahli fiqih berkata: ‘Demikian juga (anak-anak dilatih) tentang puasa, agar hal itu menjadi latihan baginya untuk melaksanakan ibadah, supaya dia mencapai dewasa dengan selalu melaksanakan ibadah dan ketaatan, serta menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran, dan Allâh Yang Memberikan taufiq”. [Tafsir Ibnu Katsîr, surat at-Tahrîm ayat ke-6]
Orang yang paling sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. 49:13)
Untuk mencapai kemulian dan terhindar dari perkara yang mencelakakan, kita membutuhkan dua hal:
1. I’tisham bihablillah. Hal ini dengan komitmen terhadap syariat Allah dan berusaha merealisasikannya dalam semua sisi kehidupan kita. Sehingga dengan ini kita selamat dari kesesatan.
2. I’tisham billah. Hal ini diwujudkan dalam tawakkal dan berserah diri serta memohon pertolongan kepada Allah dari seluruh rintangan dan halangan mewujudkan I’tisham bihablillah.
Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: “Poros kebahagian duniawi dan ukhrawi ada pada i’tisham billahi dan i’tisham bihablillah. Tidak ada kesuksesan kecuali bagi orang yang komitmen dengan dua hal ini. I’tisham bihablillah melindungi seseorang dari kesesatan dan i’tisham billahi melindungi seseorang dari kehancuran. (Bada’i Al Tafasir Al Jaami’ Litafsir Imam Ibni Qayyim Al Jauziyah, karya Yasri Al Sayyid Muhammad, terbitan Dar Ibnul Jauzi 1/506-507).
Kedua: Memperbanyak Doa dan Dzikir
Doa adalah senjata yang manjur dalam menghadapi fitnah. Seorang hamba senantiasa membutuhkan untuk senantiasa bermohon kepada Rabnya agar diri dan keluarganya dijaga dari fitnah. Rasulullah –yang senantiasa diperkuat dengan wahyu- selalu berdoa agar dijauhkan diri dari fitnah. Berkata Anas bin Malik:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آمَنَّا بِكَ وَبِمَا جِئْتَ بِهِ فَهَلْ تَخَافُ عَلَيْنَا قَالَ نَعَمْ إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ.رواه الترمذي
Adalah Rasulullah senantiasa berdoa: ”Wahai Zat yang membolak-balikkan hati tetapkan hati kami di atas agamamu. Aku bertanya:wahai Rasulullah apakah anda khawatir dengan kami? Beliau menjawab: ya, sesungguhnya hati-hati ini diantara jari-jemari Allah dan dia berkuasa membolak-balikkannya sebagaimana yang dia kehendaki. [HR. Tirmizi]
Hanya Allah yang Maha Menjaga, maka berdoalah agar istiqamah mengerjakan kebaikan, bersabar meninggalkan kemaksiatan, lemah lembut dan kasih sayang, serta dijauhkan fitnah sebagaimana yang Rasul contohkan.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ.
“Ya Allah, sesungguhnya Aku bermohon padamu agar dapat melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan kemungkaran-kemungkaran, agar aku mencintai orang-orang miskim, dan seandainya Engkau menurunkan pada hamba-hambamu Mu fitnah, maka cabutlah nyawaku dalam keadaan tidak terfitnah”. [HR. Tirmizi dan Ahmad]
للَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah Al Masih Ad Dajjal” (HR. Muslim no. 588).
Demikian pula dzikir merupakan kebutuhan pokok ruhani. Dzikir adalah makanan pokok bagi hati, tanpanya hati akan mati. Dzikir adalah senjata utama untuk menolak bujuk rayu syetan. Dzikir adalah ibadah lisan dan hati yang menjadikan seseorang hidup jiwa dan raganya. Sarana yang mendekatkan diri kepada Sang Kholik yang akan mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan hidup. Rasulullah saw pernah bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir (mengingat) tuhannya dan orang yang tidak berdzikir (mengingat) tuhannya seperti orang yang hidup dan orang yang mati”. (HR. Bukhari No. 5928)
Ternyata dengan dzikir yang kita amalkan mampu menghindarkan diri dan keluarga dari berbagai fitnah akhir zaman, diantaranya:
• Tasbih, tahlil, tahmid dan takbir menjadi makanan dan minuman fisik saat kaum muslimin mengalami bencana kekeringan dan kelaparan ekstrim selama 3 tahun sebelum kemunculan dajjal.
• Dzikir dan doa menghindarkan harta dan nyawa kaum muslimin dari bencana alam, di saat akhir zaman sering terjadi gempa bumi, hujan meteor,kegelapan pekat, dan pengubahan bentuk manusia. Bahkan dzikir bisa mengubah bencana menjadi sebuah berkah.
• Dzikir dan doa mampu membentengi diri dari fitnah Duhaima yang mengawali keluarnya dajjal.
• Dzikir dan doa mampu mementahkan semua tipu daya, kepalsuan, dan kekuatan dajjal.
Ketiga: Menimba Ilmu
Fitnah akhir zaman begitu dahsyatnya, maka seorang mukmin tidak akan mampu menghadapinya kecuali dengan kekuatan ilmu dan persiapan matang menghadapinya. Kisah pemuda yang selamat dari fitnah Dajjal tatkala inggin membinasakannya adalah contoh suri tauladan bagi kita bahwa ilmu tentang sunnah lah yang menyelamatkannya.
Ibnu Majah meriwayatkan dengan jalannya dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata: Suatu hari Rasulullah berpidato kepada kami dan beliau banyak menceritakan perihal Dajjal dan mengingatkan kami darinya, dan diantara perkataanya:
“Sesungguhnya tidak ada fitnah di bumi sejak Allah sebarkan keturunan Adam yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal, dan sesungguhnya Allah tidaklah mengutus seorang Nabipun kecuali memperingatkan ummatnya tentang Dajjal, dan aku adalah Nabi terakhir dan kalianlah umat terakhir, dan dia (Dajjal) akan keluar di masa kalian secara pasti, seandainya dia keluar diantara kalian sekarang maka aku akan menjadi pembela setiap muslim, tetapi jika dia keluar setelahku maka tiap muslim hendaklah membentengi dirinya masing-masing dan Allahlah penggantiku atas tiap muslim, dan sesungguhnya dia akan keluar dari sebuah tempat antara Syam dan Irak dan dia akan berjalan ke kiri dan ke kanan, wahai hamba Allah hendaklah kalian tegar, sesungguhnya aku akan menceritakan pada kalian ciri-cirinya yang tidak pernah disebutkan oleh Nabi sebelumku. Dia akan mulai dengan mengklaim bahwa dirinya adalah Nabi-padahal tiada nabi setelahku kemudian dakwaannya meningkat dengan mengatakan: akulah Tuhan kalian padahal kalian tidak akan pernah melihat Tuhan kalian hingga kalian wafat dan sesungguhnya ia (Dajjal) bermata picak sementara Tuhan kalian tidak bermata picak dan sesungguhnya tertulis diantara kedua matanya “kafir” yang dapat dibaca oleh setiap orang mukmin baik yang dapat menulis ataupun tidak dapat menulis. Dan sesungguhnya diantara fitnahnya bahwa bersamanya ada surga dan neraka, sebenarnya nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka, maka barang siapa yang diuji untuk masuk ke nerakanya hendaklah beristighatsah memohon bantuan Allah dan membaca awal dari surat Al-Kahfi, maka api tersebut akan menjadi dingin dan penuh keselamatan sebagaimana yang terjadi pada Ibrahim. Dan diatara fitnahnya bahwa dia akan berkata pada seorang Arab badui: bagaimana jika kuhidupkan kembali ayah dan ibumu, apakah engkau yakin bahwa aku adalah tuhanmu? Dia menjawab; ya, maka dua syetan merubah wujudnya meniru bentuk kedua orang tuanya, ayah dan ibunya dan keduanya berkata padanya: wahai anakku ikutilah dia sesungguhnya dia adalah Rabbmu. Dan diantara fitnahnya adalah dia diberikan kekuasaan untuk menaklukkan seseorang, maka dajjal membunuhnya dan memisahkan tubuhnya menjadi dua potongan kemudian berkata: ”lihatlah pada hambaku ini sesungguhnya aku sekarang akan kembali membangkitkannya, sementara dia menganggap ada tuhan selainku, maka Allah membangkitkannya dan berkata Dajjal- yang keji- siapa tuhanmu dia menjawab : Rabku adalah Allah dan kamu adalah musuh Allah, engkaulah Dajjal, dan demi Allah aku semangkin jelas hari ini bahwa engkaulah dia. [HR. Ibnu Majah]
Modal utama untuk menghadapi fitnah Dajjal adalah dengan mengenal ajaran Islam dengan benar, karena dengan ilmu akan hal ini, seseorang pasti tidak akan tertipu dengan tipu muslihat Dajjal. Dajjal itu manusia biasa yang butuh makan dan minum, sedangkan Allah tidak demikian. Dajjal itu picak, sedangkan Allah tidak. Tidak ada seorang pun yang dapat melihat Allah di dunia sampai ia mati. Adapun Dajjal bisa dilihat oleh manusia baik yang mukmin maupun yang kafir. Mengenai hal ini, kita dapat melihat pada kisah yang disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri berikut ini:
“Dajjal muncul lalu seseorang dari kalangan kaum mu`minin menuju ke arahnya lalu bala tentara Dajjal yang bersenjata menemuinya, mereka bertanya, ‘Kau mau kemana? ‘ Mu`min itu menjawab, ‘Hendak ke orang yang muncul itu.’ Mereka bertanya, ‘Apa kau tidak beriman ada tuhan kami? ‘ Mu`min itu menjawab: ‘Rabb kami tidaklah samar.’ Mereka berkata, ‘Bunuh dia.’ Lalu mereka saling berkata satu sama lain, ‘Bukankah tuhan kita melarang kalian membunuh seorang pun selain dia.’ Mereka membawanya menuju Dajjal. Saat orang mu`min melihatnya, ia berkata, ‘Wahai sekalian manusia, inilah Dajjal yang disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Lalu Dajjal memerintahkan agar dibelah. Ia berkata, ‘Ambil dan belahlah dia.’ Punggung dan perutnya dipenuhi pukulan lalu Dajjal bertanya, ‘Apa kau tidak beriman padaku? ‘ Mu`min itu menjawab, ‘Kau adalah Al Masih pendusta? ‘ Lalu Dajjal memerintahkannya digergaji dari ujung kepala hingga pertengahan antara kedua kaki. Setelah itu Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh itu lalu berkata, ‘Berdirilah!’ Tubuh itu pun berdiri. Selanjutnya Dajjal bertanya padanya, ‘Apa kau beriman padaku?’ Ia menjawab, ‘Aku semakin mengetahuimu.’ Setelah itu Dajjal berkata, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dilakukan seperti ini setelahku.’ Lalu Dajjal mengambilnya untuk disembelih, kemudian antara leher dan tulang selangkanya diberi perak, tapi Dajjal tidak mampu membunuhnya. Kemudian kedua tangan dan kaki orang itu diambil lalu dilemparkan, orang-orang mengiranya dilempari ke neraka, tapi sesungguhnya ia dilemparkan ke surga.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia adalah manusia yang kesaksiannya paling agung di sisi Rabb seluruh alam” (HR. Muslim no. 2938).
Ilmu yang benar dan amal sholeh adalah penyebab hidayah dan keistiqomahan bagi manusia. Semoga Allah menjadikan kita hamba sebagai yang hamba-Nya yang mencintai Ilmu.
Keempat: Berdakwah dan Menjalankan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Fitnah dan segala bentuk kejelekan tidak akan dapat diatasi kecuali dengan menjalankan misi para Nabi yaitu berdakwah dan menjalankan amar ma’ruf dan nahi mungkar melalui proses ta’lim yang melahirkan tazkiyah, kemudian mengamalkan ilmu yang benar dalam proses tarbiyah. Dengan tazkiyah dan tarbiah inilah umat akan selamat dari berbagai gelombang fitnah.
Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً
“Dan takutlah fitnah (bencana) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim diantara kalian saja secara khusus”. (QS.Al-Anfal:25)
Dalam sahih Bukahri:
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ بِنْتِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُنَّ إنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ الْإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ
Urwah meriwayatkan dari Zainab binti Abi Salamah, bahwa Ummu Habibah binti Abu Sufyan meriwaytkan dari Zainab binti Jahsy bahwa Rasulullah-shalllallahu ‘alaihi wa salam masuk kedalam rumahnya dalam keadaan ketakutan sambil berkata: “Celakah bangsa Arab dengan kejelekan yang mendekat, telah terbuka dari benteng ya’juj dan ma’juj seperti ini -beliau mengisyratkan dengan jari ibu dan telunjuk yang dibulatkan- maka aku (Zainab) bertanya: ”apakah kami akan dibinasakan sementara masih ada orang-orang yang sholeh? Beliau menjawab: ya jika kejahatan merajalela. [HR.Bukhari]
Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman meriwayatkan bahwa ada seseorang yang berkata dihadapan Abu Hurairah: ”Sesungguhnya seorang yang zalim hanyalah membahayakan dirinya”. Maka Abu Hurairah menjawab: Demi Allah sesungguhnya orang yang zalim akan membahayakan segalanya hingga burung yang terbang diangkasa”. Allah berfirman : “Seandainya tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian orang-orang yang memiliki keutamaan (para ulama) yang melarang (umat) dari perbuatan kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil saja yang kami selamatkan dari mereka, adapun orang-orang yang zalim maka mereka mengikuti segala kemewahan dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan sesungguhnya Rabmu tidak akan membinasakan suatu negeri selama penduduknya senantiasa memperbaiki.” (QS. Huud: 116-117)
Kata-kata “muslihun” yang maknanya adalah orang-orang yang memperbaiki, menunjukkan bahwa bumi ini hanya akan selamat selama adanya para dai yang memperbaiki masyarakat dengan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Dari Abu Umaiyyah Asy-Sya‘bani ra, dia berkata: Aku pernah mendatangi Abu Sya‘labah Al-Khusyani dan bertanya kepadanya, “Bagaimana pendapatmu mengenai ayat ini?” Dia bertanya, “Ayat yang mana?” Maka aku pun membaca ayat: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi madharat kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk. (Al-Mâ’idah [5]:105).” Maka dia pun menjawab, “Demi Allah, engkau telah menanyakannya kepada orang yang ahli tentangnya. Aku pernah menanyakan makna ayat ini kepada Rasulullah saw. Maka, beliau bersabda:
بَلْ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعْ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ الْقَبْضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ
‘Teruskanlah olehmu untuk selalu melakukan amar makruf nahi munkar hingga engkau akan menyaksikan kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diperturutkan, kehidupan dunia yang diutamakan, serta orang-orang yang terpesona terhadap berbagai pendapat yang dikeluarkannya. Hendaknya kamu hanya bergaul dengan orang-orang yang searah denganmu dan jauhilah orang-orang yang awam. Sebab setelah zamanmu itu akan datang suatu zaman penuh cobaan di mana orang yang memegang teguh agamanya ibarat menggenggam bara api. Ketahuilah, saat itu orang yang terus berusaha untuk memegangi agamanya maka pahalanya sama dengan 50 orang yang juga melakukan hal yang sama dari kalian’.” (Kemudian, Abdullah bin Mubarak berkata, “Orang selain Utbah menambahkan riwayat ini dengan redaksi: ‘Apakah yang 50 kali itu dari generasi kami kami atau generasi mereka?’ Rasulullah saw, ‘Untuk mereka’.”) [HR. Abu Dawud, Al-Malâhim, hadits no. 4319]
Kelima: Istiqomah di atas Sunnah
Datang seseorang kepada Imam Malik bertanya bahwa dia ingin berihram dari rumahnya yang dekat dengan miqat, maka Imam Malik melarangnya. Dia bertanya: wahai Imam bukankah hanyalah beberap meter saja jaraknya dari Miqat? Imam Malik menjawab: Aku Khawatir kamu terkena fitnah. Dia bertanya fitnah apa wahai Imam? Imam Malik membacakan padanya firman Allah:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Hendaklah khawatir orang-orang yang menyelisihi perintahnya (Nabi) kelak mereka akan ditimpa fitnah ataupun azab yang pedih. (QS: An-Nur: 63)
Berkata Imam Az-Zuhri:
السنة سفينة نوح من ركبها نجا
“Sunnah itu bagaikan bahtera Nuh, barang siapa yang menaikinya dia akan selamat”
Allah berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah tidak akan mengazab mereka selama engkau ada pada mereka, dan Allah tidak akan mengazab mereka sementara mereka senantiasa beristigfar.” (QS: Al-Anfal:33)
Maksud kata-kata “selama engkau ada pada mereka” yaitu selama sunnah beliau ada ditengah kaum muslimin dan diamalkan oleh umatnya. Maka selama sunnah ditegakkan dan ummat ini senantiasa beristighfar, niscaya akan terhindar daripada fitnah yang membinasakan.
Keenam: Memperbanyak amal ibadah
Diantara sikap yang dapat menyelamtkan seorang muslim dari fitnah adalah memperbanyak amal sholeh. Sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا.رواه مسلم
“Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang dipagi harinya beriman dan disorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia”. [HR.Muslim]
عن أم سلمة رضي الله عنها قالت: استيقظ رسول الله ليلة فزعاً يقول:سبحان الله ماذا أنزل الله من الخزائن وماذا أنزل من الفتن ؟ من يوقظ صواحب الحجرات لكي يصلين فرب كاسية في الدنيا عارية في الآخرة “. رواه البخاري
Dari Ummu Salamah-radhiallahu ‘anha, dia berkata: ”terjaga Rasulullah saw pada suatu malam dalam keadaan terkejut sembari berkata:”apa yang telah diturunkan Allah dari perbendaharaan dunia, dan apa pula dia yang telah turunkan berupa fitnah-fitnah? “Siapa yang akan membangunkan para penghuni rumah (keluarga) agar mereka sholat malam, berapa banyak orang yang berpakaian di dunia tetapi telanjang pada hari kiamat. [HR.Bukhari]
Ketujuh: Menjauhkan Diri dari Fitnah dan Kemaksiatan
Dalam kondisi fitnah akhir zaman yang memakan korban dan menumpahkan darah , maka hendaklah seseorang menjauhi fitnah, sebabagaimana yang dilakukan oleh sebagian sahabat seperti ibnu Umar dan lain-lainnya. Tatkala Dajjal keluar, Nabi mengajarkan umatnya agar beruzlah menjauh dari fitnah, beliau bersabda:
سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ.
“Akan terjadi berbagai fitnah, maka seorang yang duduk dalam perkara itu (tidak ikut) lebih baik dari orang yang berdiri, dan yang berdiri lebih baik dari yang berjalan menyongsongnya, dan yang berjalan masih lebih baik dari yang berlari padanya, barang siapa yang larut padanya akan terjebak, maka barang siapa yang dapat menghindar melarikan diri darinya hendaklah dia lakukan.” [HR.Bukhari]
Dalam riwayat muslim dengan tambahan:
ألَا فَإِذَا نَزَلَتْ أَوْ وَقَعَتْ فَمَنْ كَانَ لَهُ إِبِلٌ فَلْيَلْحَقْ بِإِبِلِهِ وَمَنْ كَانَتْ لَهُ غَنَمٌ فَلْيَلْحَقْ بِغَنَمِهِ وَمَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَلْحَقْ بِأَرْضِهِ قَالَ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ إِبِلٌ وَلَا غَنَمٌ وَلَا أَرْضٌ قَالَ يَعْمِدُ إِلَى سَيْفِهِ فَيَدُقُّ عَلَى حَدِّهِ بِحَجَرٍ ثُمَّ لِيَنْجُ إِنْ اسْتَطَاعَ.
“Ketahuilah jika fitnah telah datang maka yang memiliki unta hendaklah membawa untanya menjauh, dan barang siapa yang memiliki kambing-kambing hendaklah menjauh dengan kambing-kambingnya, yang memiliki tanah hendakah mendatanginya. Maka bertanya seorang laki-laki: Wahai Rasulullah, bagaimana sekiranya dia tidak memiliki, kambing ataupun tanah? Rasulullah menjawab: hendaklah dia mendatangi pedangnya dan memukulkan matanya kebatu hingga tumpul kemudian berusaha menyelamatkan diri”. [HR. Muslim]
Kedelapan: Menjauh Dari Orang yang menyeru kepada keburukan (Da’I Suu’)
Da’i Suu’ adalah para penjaja kesesatan, yang menggiring manusia kepada neraka dengan kendaraan hawa nafsu dan syahawat. Bagaikan para penjaja barang dagangan, mereka tidak pernah jemu menawarkan bid’ah dan khurafat yang dikemas dengan berbagai bungkusan-bungkusan menarik yang menipu.
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ فِتَنٌ عَلَى أَبْوَابِهَا دُعَاةٌ إِلَى النَّارِ فَأَنْ تَمُوتَ وَأَنْتَ عَاضٌّ عَلَى جِذْلِ شَجَرَةٍ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَتْبَعَ أَحَدًا مِنْهُم.رواه ابن ماجه.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman dia berkata: bersabda Rasulullah:akan muncul fitnah dan di atas pintu-pintunya ada para penyeru yang mengajak manusia ke neraka, jika engkau mati dalam keadaan menggigit batang pohon, akan lebih baik bagimu daripada mengikuti salah seorang dari mereka. [HR. Ibnu Majah]
Kesembilan: Mendekat kepada Para Ulama
Ulama adalah lentera-lentera tatkala manusia dalam kegelapan kejahilan dan syubuhat. Barang siapa yang mengambil pelita ini niscaya akan dapat menerangi dirinya dalam menempuh perjalanan menuju negeri akhirat. Sebaliknya yang menjauh dari mereka bagikan si buta yang berjalan terseok-seok dalam kegelapan malam tanpa pemandu, di jalan yang terjal dan berbatu, di kiri dan kanan ada jurang yang dalam siap menunggu, sementara jalan penuh dengan para penyamun dan binatang buas yang siap menerkam dan merobek-robek dirinya. Dari Bisyr bin Amru, dia berkata:
شيَّعنا ابن مسعود حين خرج، فنزل في طريق القادسية فدخل بستاناً فقضى حاجته ثم تؤضأ ومسح على جوربيه ثم خرج وإن لحيته ليقطر منها الماء فقلنا له: اعهد إلينا فإن الناس قد وقعوا في الفتن ولا ندري هل نلقاك أم لا، قال: اتقوا الله وأصبروا حتى يستريح بر أو يستراح من فاجر وعليكم بالجماعة فإن الله لا يجمع أمة محمد على ضلالة.
Kami mengikuti Ibnu Mas’ud tatkala dia keluar menuju Qadisiyah, kemudian ia masuk ke kebun menunaikan hajatnya, ia berwhudu dan mengusap di atas kaos kakinya, kemudian ia keluar sementara tetesan air wudhu membasahi janggutnya. Kami berkata: berikanlah pada kami wasiat, sebab manusia telah terjebak dalam fitnah dan kami tidak tahu apakah bisa bertemu kembali denganmu atau tidak. Beliau berkata: bertakwalah pada Allah dan bersabarlah hingga orang-orang yang baik akan beristirahat (wafat) dari orang jahat atau manusia di istirahatkan dari mereka (dengan mematikan orang yang fasiq), dan hendaklah kalian mengkuti jama’ah sebab Allah tidak akan mengumpulkan ummat Muhammad di atas kesesatan.
Ibnu Al-Qayyim menyebutkan: “Jika kami dalam kondisi takut yang sangat mencemaskan, dengan berbagai prasangka buruk dan dunia menjadi sempit, kami segera mendatangi beliau (IbnuTaimiyah, baca: ulama) baru saja melihatnya dan mendengarkan perkataannya, seketika hilanglah segala beban dan derita yang kami rasakan”.
Kesepuluh: Tidak Panik dan Tergesa-Gesa dalam Menghadapi Fitnah
Fitnah yang datang terkadang bagaikan gelombang Tsunami yang menggulung, memporak-porandakan manusia, membuat mereka lari terbirit-birit dalam kebingungan dan kalang kabut. Terkadang disebabkan kepanikan dan kekalutan tidak sedikit yang tewas. Niat hati ingin selamat, ternyata malah menjemput ajalnya disebabkan kalap. Bagaikan orang yang terhanyutkan oleh arus akan berupaya menarik segala yang dapat dijadikan pegangan walaupun rerumputan ataupun sampah. Orang yang bijak akan senantiasa berfikir jenih dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan tatkala fitnah melanda. Rasulullah saw memberikan pujian kepada sahabat Al-Asyaj bin Alqais:
” إن فيك خصلتين يحبهما الله، الحلم والأناة “.
“Ada dua perkara yangdicintai Allah terdapat dalam, yaitu sifat lembut dan tenang.” (HR. Muslim)
Kesebelas: Yakin dengan Pertolongan Allah
Segala ujian datangya daripada Allah untuk menguji iman dan ketangguhan hati kita. Dengan ujian derajat keimanan akan naik, ketundukan pada Allah semangkin kuat, dan harap akan pertolongan-Nya semangkin menentramkan hati. Seorang mukmin sejati yakin Allah pasti akan menolongnya, dan Allah tidak akan pernah mengingkari janji. Allah berfirman:
حَتَّى إِذَا اْسَتيأسَ الرسل وظنوا أنهم قد كذبوا جاءهم نصرنا فنجى من نشاء
"Tatkala para Rasul merasa berputus asa dan mereka menganggap mereka di dustakan, maka datanglah pertolongan kami maka akan kami selamatkan siapa-siapa yang kami kehendaki." (QS. Yusuf: 110)
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa tatkala Khabbab mendatangi Nabi yang sedang bersandar di bawah naungan ka’bah, mengadukan perihal penderitaan yang mereka alami dari kaum musyrikin, maka Khabbab berkata: ”Wahai Rasulullah mengapa anda tidak segera mendoakan kemenangan untuk kami? Maka Rasulullah duduk dan wajahnya memerah, sembari berkata:
لقد كان من قبلكم ليمشط بأمشاط الحديد ما دون عظمه من لحم أو عصب ما يصرفه ذلك عن دينه ويوضع المنشار على مفرق رأسه فيشق باثنين ما يصرفه ذلك عن دينه، وليتمن الله هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت ما يخاف إلا الله والذئب على غنمه
“Sungguh orang sebelum kalian ada yang digaruk dengan sisir yang terbuat dari besi yang memisahkan dia dari kulit dan tulangnya, namun hal demikian tidak memalingkannya dari agama, ada juga yang digergaji dari atas kepala hingga terbelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak juga dapat merubah keyakinan mereka, pasti Allah akan sempurnakan agamanya ini hingga kelak para kafilah berjalan dari Shon’a ke Hadramaut tidak takut pada apapun kecuali pada Allah dan tidak perlu takut srigala yang akan memangsa kambing-kambingnya. Tetapi kalian terlalu tergesa-gesa.” [HR. Bukhari]
Kedua belas: Berfikir Visioner
Segala tindak-tanduk, sikap dan kebijakan harus benar-benar dipikirkan dipertimbangkan agar tidak berdampak memunculkan fitnah yang lebih besar lagi. Terkadang sesorang diharuskan untuk menyimpan informasi sekalipun benar, khawatir dengan memunculkannya muncul kerusakan yang parah.
Dalam konsep Islam kemungkaran tidak boleh di ingkari jika memunculkan dampak mungkar yang lebih besar. Itulah yang ditempuh oleh para ulama dan para sahabat.
Berkata Abu Hurairah:
حفظت من رسول الله صلى الله عليه وسلم وعائين ، أما أحدهما: فبثثته ، وأما الآخر: فلو بثثته لقطع هذا الحلقوم
Aku menghafalakan dari Rasulullah-shallallahu-‘alaihi wa sallam- dua kantong ilmu, adapun satu kantong kusebarkan (kepada manusia) adapun kantong lainnya, seandainya aku sebarkan niscaya akan terpotonglah urat leher ini”.
Berkata ulama: Abu Hurairah sengaja menyimpan sebagian hadis agar tidak muncul fitnah (karena salah memahaminya).
Ketiga belas: Bersabar
Sabar adalah modal yang wajib ada dimiliki setiap keluarga muslim ketika berhadapan dengan segala fitnah. Berkata An-Nu’man bin Basyir:
“إنه لم يبق من الدنيا إلا بلاء وفتن فأعدوا للبلاء صبراً ”
“Sesungguhnya tidaklah bersisa di dunia ini kecuali bencana dan fitnah-fitnah, maka siapkanlah untuk menghadapinya dengan bermodalkan sabar”.
Pesan kesabaran inilah yang disampaikan Rasulullah saw ketika keluarga muslim menghadapi fitnah yang akan datang di penghujung zaman ini, sebagaimana beliau berkata kepada sahabatnya Abu Dzar ra: Rasulullah SAW bersabda,” Wahai Abu Dzar, bagaimana kamu jika berada dalam kekacauan (fitnah)?” Lalu beliau SAW menyilangkan jari jarinya. Abu Dzar berkata, “ Apa yang akan engkau perintahkan kepadaku, ya Rasulullah?” beliau menjawab,”Bersabarlah ! bersabarlah ! manusia akan berpura pura dengan akhlak dan perbuatan mereka.” (HR Hakim dan Baihaqi)
Rasulullah saw juga bersabda:
إن من ورائكم أيام الصبر، الصابر فيهن كالقابض على الجمر، للعامل فيها أجر خمسين، قالوا: يا رسول الله أجر خمسين منهم أو خمسين منّا ؟ قال: خمسين منكم
“Sesungguhnya dibelakang kalian akan datang hari-hari yang penuh dengan ujian kesabaran, orang yang dapat bersabar dimasa itu bagaikan seseorang yang memegang bara api, bagi orang yang beramal si saat itu mendapatkan ganjaran lima puluh kali, mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ganjaran limapuluh kali dari orang-orang sepeti mereka atau limapuluh kali ganjaran orang-orang seperti kami (para sahabat)? Nabi menjawab: limapuluh kali dari kalian.”
Sabar artinya, tidak lemah, tidak menyerah, tidak patah semangat untuk tsabat di jalan Allah dan Rasul-Nya.
Keempat belas:
Tabayyun dalam Menerima Berita
Dalam zaman fitnah, akan berkembang segala bentuk isu maupun provokasi, maka wajib bagi setiap keluarga muslim untuk teliti menerima berita, dengan mengecek kebenarannya, melihat dari mana sumbernya, dan tidak tergesa-gesa menyebarluaskannya sekalipun benar adanya jika dikhwatirkan akan menjadi fitnah.
Allah memerintahkan kita untuk mengecek berita jika datang dari orang yang tidak jelas, apalagi fasiq agar tidak muncul penyesalan dibelakang hari, dalam firmannya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS: Alhujurat: 6)
Penutup
Inilah kiat-kiat yang dapat dijadikan pegangan oleh keluarga mukmin dalam menghadapi fitnah (termasuk fitnah akhir zaman) apapun bentuknya. Semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam bishawwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar