Rabu, 25 April 2018

HSR Tanggung Jawab pendidik

*Tanggung Jawab Para Pendidik (Bagian Pertama)*

*Secara Umum*, Syaikh Abdullah Nassih membagi tanggung kawab menjadi 7 pasal, yang meliputi:

Tanggung Jawab:
1. Iman
2. Moral
3. Fisik
4. Akal
5. Kejiwaan
6. Sosial
7. Seksual

Untuk pertemuan pertama ini, insyaAllah kita akan membahas Pasal 1 dan Pasal 2 dulu. 😊🙏

*Pasal 1. Tanggung Jawab Pendidikan Iman*

Salah satu peran terbesar dalam suksesnya pendidikan adalah *peran pendidik*. Ia adalah tanggung jawab yang besar, berat, dan fundamental.

Karena, tanggung jawab ini sudah dimulai sejak kelahiran, hingga anak tumbuh, sampai pada usia pra pubertas, pubertas, hingga _mukallaf_ (terbebani kewajiban).

(Cat: Di Bab lain, penulis bahkan menyebut tugas Pendidikan Anak Calon Ayah sudah mulai dr sblm menikah dengan memilihkan ibu terbaik bagi anaknya.)

Yang dimaksud tanggung jawab Iman adalah:
_"mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun islam, dan dasar-dasar syariat semenjak anak sudah mengerti dan memahami"_

> Yang dimaksud dengan *dasar-dasar keimanan* adalah segala sesuatu yang ditetapkan melalui pemberitaan yang benar akan:
• hakikat keimanan
• iman kepada Allah
• iman kepada malaikat
• iman kepada kitab2 samawiyah
• iman kepada semua Rasul
• iman surga, neraka
• dan semua perkara yang ghaib lainnya

> Yang dimaksud dengan rukun Islam adalah semua peribadatan anggota dan harta, seperti:
• Shalat
• Puasa
• Zakat
• Haji (bagi yg mampu)

> Adapaun yang dimaksud dengan perkara syariat adalah setiap perkara yang mengabtarkan kepada Manhaj Rabbani (jalan Allah) dan ajaran2 Islam yang meliputi:
• Aqidah
• Ibadah
• Akhlak
• Hukum
• Aturan2
dan ketetapan2..  

Telah disepakati bahwa seorang anak itu dilahirkan di atas fitrah tauhid, akidah keimanan kepada Allah, berdasarkan kesuciannya (lihat QS. Ar-Rum [30] : 30). Kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Nasrank atau Majusi (lihat HR. Bukhari dari Abu Hurairah).

Maka jika ia disuguhi pendidikan rumah yang baik, suasana sosial yang baik, dan lingkungan belajar Yudi yang aman, insyaAllah ia akan menjadi anak yang tumbuh di atas keimanan yang kuat.

Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, maka orangtua dan para pendidik harus mengetahui batasan-batasan tanggung jawab berikut ini:

*1. Membina mereka untuk selalu beriman kepada Allah*

Hal tersebut dengan jalan _*ta'amul*_ (merenungi) dan _*tafkir*_(memikirkan) penciptaan langit dan bumi.

Bimbingan ini diberikan saat mereka masuk dalam usia _tamyiz_ (bisa membedakan yang baik dan buruk).

_(cat: untuk pengajaran iman anak usia dini dibahas Syaikh Abdullah dibagian Bab 3 tentang metode dan sarana)_

Alangkah baiknya jika pengajaran dalam masa ini diberikan secara bertahap:
> dari hal-hal yang bisa diindera ke hal2 yang rasional
> dari perkara yamg bersifat potongan ke hal-hal yang menyeluruh
> dari yang sederhana kepada yang kompleks

Agar para pendidik pada akhirnya bisa menghantarkan anak-anak kepada perkara keimanan dengan bukti dan argumentasi yang memuaskan.

Metode bertahap dari yang rendah menuju ke yang lebih tinggi dalam memgetahui sesuai hakikat merupakan cara Al Quran Al Karim (silahkan pelajari QS. An-Nahl: 10 - 17, QS. Al - Baqarah: 164, dan masih banyak lagi)

Ketika anak-anak di masa kecilnya telah memiliki keimanan yang mantap, dalil-dalil ketauhidan telah merasuk dalam pikiran dan hatinya, maka para perusak tidak akan mampu mempengaruhi otaknya yang sudah matang, pribadinya yang matang dengan iman, keyakinan yang menancap, dan qana'ah yang sempurna.

*2. Menanamkan*
*> Ruh Kekhusyukan,*
*> Taqwa,*
*> Ibadah kepada Allah Rabb Semesta Alam*

Yaitu dengan cara membuka penglihatan mereka terhadap kekuasaan Allah yang penuh keajaiban.

Hati yang penuh  dengan hal itu akan khusyuk dan tunduk kepada keagungan Allah SWT.

Tiap jiwa yang memiliki perasaan ini juga akan merasakan ketaqwaan dan rasa _muraqabatullah_(merasa diawasi Allah).

Jika telah demikian, *maka anak akan tumbuh dengan merasakan:*
• *nikmat ketaatan*
• *manisnya beribadah*
• *dan ketenangan bathin*

_(cat: Subhanallah kan kalau anak2 kita bisa tumbuh dengan perasaan-perasaan seperti ini 😊👆)_

Salah satu sarana utama penguat khusyuk dan taqwa adalah dengan melatih anak di usia tamyiz agar melaksanakan Shalat dengan Khusyuk. Khusyuknya shalat adalah ciri-ciri mukmin yang jujur (lihat QS. Al-Mu'minun: 1-2).

Kedua, dengan khusyuk dan menangis di saat menyimak bacaan Al Quran (lihat QS. Az-Zumar: 23, QS. Al-Hajj: 34-35).

Diriwayatkan oleh Thabrani, Rasulullah SAW pernsh bersabda (yang artinya):

_"Bacalah Al-Quran lalu menangislah. Jika kalian tidak bisa menangis maka bersikaplah seperti orang menangis"_

Cerita tentang tangis dsb khusyuknya Rasulullah, Para Sahabat, dan para Salaf dalam shalat dan mendengarkan Al Quran ada banyak sekali, hingga tak terhitung.

_*Dengan senantiasa mengingatkan, tekun dalam menuntun, dan memberikan keteladanan, maka kekhusyukan akan menjadi akhlak dasar seorang anak dan akan menjadi tabi'at yang mulia baginya*_


*3. Mendidik dalam diri mereka ruh _muraqabatullah_ (merasa diawasi Allah)*

Menanamkan kepribadian anak yang merasa selalu diawasi oleh Allah SWT *harus menjadi tujuan dan keinginan pendidik yang besar*. Hal itu dengan cara membiasakan anak untuk merasa diawasi dalam:
• tindakannya
• pikirannya
• perasaannya.

Adalah sebuah kisah tentang Sahl bin 'Abdillah At-Tusturi, seorang tokoh yang terkenal dengan kebijakannya dan keshalihannya.

Ia berkata (yang artinya):

_"Ketika aku masih berusia *tiga tahun*, aku bangun malam._

_Aku *menyaksikan* pamanku (Muhammad bin Siwar) sedang melaksanakan shalat._

_Pada suatu hari, ia berkata kepadaku,_

_'Apakah kamu mengingat Allah yang telah menciptakanmu?'_

_Aku menjawab,  'Bagaimana cara mengingat-Nya?'_

_Ia menjawab, 'katakanlah di dalam hatimu di saat engkau berbaring di tempat tidurmu tiga kali tanpa menggerakkan lisanmu: Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku'"_

Sahl pun melaksanakan apa yang diajarkan pamannya. Kemudian pemannya menambahkan lagi, dan menambahkannya lagi hingga Sahl menyatakan bahwa Ia merasakan kelezatan dalam mengingati Allah.

Inilah salah satu contoh bagaimana para pendidik mengajarkan muroqabatullah.

*Selain faktor keteladanan*,

> para pendidik perlu mengajarkan keikhlasan kepada Allah SWT dalam setiap perkataan dan perbuatan (lihat QS. Al-Bayyinah: 5),
agar anak merasa diawasi dalam setiap *tindakannya*.

> para pendidik perlu mengajarkan bahwa tidak ada yang dapat menerima suatu amal kecuali Allah SWT.

> Para pendidik hendaknya mendidik anak agar gemar ber-introspeksi terhadap hal-hal yang negatif. Co: dengan menghafal dan menghayati ayat terakhir QS. Al Baqarah.

***

*Kesimpulan Pasal 1*

Keimanan kepada Allah adalah fondasi perbaikan bagi anak.

Keimanan akan berpengaruh pada akhlak. Aqidah akan berpengaruh pada amal perbuatan.

Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Hadits Ibnu Abbas r.a, ia berkata (yang artinya):

_"Pada suatu hari, aku berada di belakang Rasulullah SAW._

_Beliau kemudian bersabda,_

_'Wahai anak, aku ajarkan engkau beberapa kalimat:_

_Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Dia 'dihadapanmu'_

_Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah.. dan jika hendak minta tolong, minta tolonglah kepada Allah._

_Ketahuilah,_
_walaupun seluruh manusia bersepakat untuk memberimu suatu manfaat, maka mereka tidak akan bisa memberi manfaat kecuali dengan apa yang telah ditetapkan Allah._

_Dan, walaupun semua manusia bersepakat untuk menimpakan bahaya kepadamu, maka mereka tidak akan bisa menimpakan bahaya kecuali dengan apa yang telah ditetapkan Allah._

_Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering"_

***

(cat: di akhir Pasal 1, Syaikh Abdullah Nassih memberikan rekomendasi buku2 untuk pengajaran aqidah dan tauhid dari usia pra baligh, baligh, di atas 20 thn.)

*Pasal 2. Tanggung Jawab Pendidikan Moral*

Maksud dari pendidikan Moral adalah kumpulan dasar-dasar pendidikan moral serta keutamaan sikap dan watak yang *wajib dimiliki oleh seorang anak semenjak berusia tamyiz hingga ia mukallaf*.

Hal ini akan menjadi bekal yang terus berlanjut secara bertahap menuju fase dewasa dalam mengarungi lautan kehidupan.

Di pasal 1 telah dibahas tentang Pendidikan Keimanan. Pendidikan Keimanan yang benar akan memberikan buah dalam bentuk *akhlak, tingkah laku, dan watak*. Pertahanan agama yang mengakar akan menjadi benteng pemisah terhadap perbuatan2 tercela.

Tanggung jawab para pendidik dalam pendidikan moral sangat luas.

Setidaknya, ia mencakup beberapa hal:
(1) Shidiq (kejujuran)
(2) Amanah (dipercaya)
(3) Itsar (mendahulukan kepentinhan orang lain),
(4) Menolong orang yang kesusahan,
(5) Memuliakan tamu,
(6) Berbuat baik kepada tetangga
(7) Saling mencintai terhadap sesama
(8) Menyucikan lisan dari celaan, pertengkaran, kata2 keji dan kotor
(9) Mengangkat anak2 dari kebiasaan buruk
(10) Menghindarkan dari empat perbuatan paling buruk: berbohong, mencuri, mencaci maki, kenakalan dan penyimpangan.

(cat: penjelasan detail bisa dilanjutkan di belajar mandiri di buku).

Di kesempatan kali ini kita akan membahas poin ke 10. Yakni Bohong, Mencuri, Mencaci Maki, dan Kenakalan Penyimpangan.

☘ *Dusta dan Mencuri*
Meskipun orangtua dan pendidik telah melaksakan kewajibannya untuk melarang berbuat bohong dan mengajarkan tentang mudharat dusta, *keteladanan adalah pijakan terbaik dalam pendidikan anak*.

Artinya,
• *Tidak boleh orangtua dan pendidik berbohong kepada anak-anaknya,  termasuk dengan alasan untuk mendiamkannya ketika menangis atau marah*.

Kebohongan pun dapat menghilangkan rasa percaya anak, melemahkan pengaruh nasehat, dan memberikan contoh buruk bagi anak.

Rasulullah SAW telah memberikan peringatan yang tegas terkait dusta, meskipun di hadapan anak-anak atau dalam keadaan bercanda.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al-Baihaqi, dari Hadits Abdullah bin 'Amir r.a. Ia berkata (yang artinya):

_"Pada suatu hari, ibuku pernah memanggilku sedangkan Rasulullah kala itu duduk di rumah kami._

_Ibuku berkata, 'Kemarilah, aku akan memberimu'_

_Rasulullah SAW berkata, 'Apa yang akan  Engkau berikan kepadanya?'_

_Ibuku berkata, 'Aku akan memberinya sebutir kurma'_

_Rasulullah SAW kemudian berkata,_

_*'Jika seandainya tidak memberinya sesuatupun, maka engkau akan dicatat sebagai pendusta'"*_

Masih banyak dalil lain yang terkait larangan berdusta meskipun bercanda dan kepada anak2.

Hendaklah orangtua dan pendidik menanamkan dalam diri anak2 keyakinan akan kehadiran Allah,  rasa takut padaNya, dan rasa harap kepada balasan kebaikan yang dijanjikanNya.

Sebuah kisah tentang didikan seorang ibu tentang kejujuran datang dari ulama besar bernama Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah berkata (yang artinya):

_"Semenjak aku dibesarkan, aku telah membangun urusanku di atas kejujuran._

_Demikian itu ketika aku keluar dari Makkah menuju Baghdad untuk mencari ilmu._

_Ibuku memberiku bekal uang sebanyak empat puluh dinar dan menekankan kepadaku untuk selalu jujur._

_Maka tatkala kami sampai di daerah Hamdan, kami dicegat oleh sekelompok pencuri. Mereka merampas harta dan rombongan._

_Kemudian lewatlah salah seorang di antara mereka di hadapanku kemudian berkata,_

_'Apa yang engkau bawa?'_

_Aku menjawab,_
_'Uang empat puluh dinar'_

_Orang itu mengira aku membohonginya sehingga kemudian ia tinggalkan aku_

_Kemudian ada yang lain lagi bertanya kepadaku,_

_'Apa yang engkau bawa?'_

_Aku memberitahukan apa yang aku bawa kemudian ia membawaku menuju pemimpin mereka._

_Ia lalu bertanya kepadaku,_
_'Apa yang mendorongmu selalu jujur?'_

_Aku menjawab,_

_'Ibu memerintahkanku untuk selalu jujur dan aku takut akan mengkhianatinya'_

_Kemudian pemimpin kelompok tersebut ketakutan lalu berlari menyobek bajunya, kemudian berkata,_

_'Engkau takut jika memgkhianati ibumu, sedangkan aku tidak takut telah mengkhianati Allah!'_

_Kemudian Ia (pencuri itu) memerintahkan untuk mengembalikan semua yang telah diambil dari para rombongan. Setelah itu ia berkata,_

_'Sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah lewat dirimu'_

_Para pengikutnya pun berkata,_
_'Engkau adalah pemimpin kami dalam melakukan kejahatan, dan sekarang engkau pemimpin kami dalam bertaubat'_

_Maka bertaubatlah demuanya karena *berkah kejujuran"*_

☘ *Mencaci dan Mencela*

Adapun perbuatan buruk mencela dan mencemooh timbul dari *teladan yang buruk* dan *lingkungan yang rusak*.

Karena itulah,

_*wajib bagi para orangtua dan pendidik semuanya untuk:*_

_*• memberikan teladan yang baik bagi anak-anak mereka*_

_*• memberikan lingkungan tumbuh kembang yang baik*_

_*• mengajarkan ilmu tentang bahaya lisan.*_

Maka alangkah bahagianya jika mendapati seorang anak mengucapkan kalimat2 yg indah dan ucapan yang baik.

Terkait ini Syaikh Abdullah Nassih memberikan sebuah contoh teladan. Tentang sebuah kisah, seorang anak *BERUSIA 14 TAHUN* bernama *Dirwas bin Habib*.

Di usianya, ia menjadi salah satu *utusan untuk menemui Khalifah Hisyam bin Malik*.

Tujuannya adalah untuk meminta pasokan makanan karena telah lama terjadi musim kemarau.

Dengarkanlah ucapan beliau rahimahullah:

_"... Wahai Amirul Mukminin... Kami telah ditimpa paceklik selama tiga tahun,_

_Satu tahun lemak kami mencair, satu tahun daging kami dimakan, satu tahun tulang kami bersih...  Sedangkan engkau memiliki kelebihan harta..._

_Jika harta itu milik Allah maka bagikanlah kepada orang2 yang berhak menerimanya..._

_Jika harta itu milik hamba2, maka atas dasar apa  engkau menahannya?_

_Dan jika harta itu milik Anda, maka bersedekahlah.._

_maka Allah akan memberi pahala orang yang bersedekah.. dan Allah tidak akan menyia2kan balasan orang yang berbuat baik.._

_Ketahuilah Wahai Amirul Mukminin,_
_bahwasannya pemimpin bagi rakyatnya adalah ibarat nyawa bagi jasadnya... tidak akan hidup jasad tanpa adanya nyawa"_

(lanjutan kisahnya silahkan dicek di hlm 142)

(Cat: *MasyaAllah.. di usia 14 thn* seorang anak dapat berbicara dengan fasih, jelas, cerdas, dan berani).

☘ *Kenakalan*

*Adapun terkait perilaku kenakalan dan penyimpangan*, adalah  penyakit terburuk baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Salah satu sebab utama adalah sikap *Taqlid buta* (Ikut-ikutan). Banyak sekali di kalangan pemudi pemuda saat ini yang _*semangat hidupnya adalah untuk memperindah penampilan saja, bergaya dalam berjalan, berlagak dalam berbicara, mengikuti hawa nafsu yang diharamkan, mengikuti pergaulan bebas, dan penyimpangan2 lainnya.*_

_*Dengan demikian,*_
_*ia akan berjalan dari satu kerusakan kepada kerusakan yang lainnya,*_

_*ia akan berpindah dari satu penyimpangan kepada penyimpangan lainnya.*_

Rasulullah SAW telah menjelaskan begitu banyak dasar-dasar yang benar dalam pendidikan akhlak.

Sebagian dari manhaj tersebut adalah:

(a). Menghindarkan anak dari perilaku ikut-ikutan (taqlid buta).

Hendaknya orangtua melakukan seleksi kepada setiap perkara (yang berkembang), apakah diperbolehkan atau diharamkan.

(b) Mencegahnya agar tidak tenggelam dalam kesenangan.

Maksud bersenang-senang di sini adalah tenggelam dan larut dalam kelezatan, kesenangan, kemewahan, *yang melalaikan dan melemahkan aktivitas dakwah dan sifat mujahadah.*

(c) Melarangnya menyaksikan dan mendengarkan musik/ nyanyian/tontonan yang mendekati perzinahan dan memicu syahwat.

Hal-hal diatas, bukan hanya dapat membawa dalam kelalaian, tapi juga dapat menjerumuskan anak ke dalam pemujaan syahwat dan hawa nafsu.

Televisi, Radio, (dan media elektronik lainnya) adalah alat dengan dua mata pedang.

Jika dimanfaatkan utk menyebarkan ilmu, mengokohkan akidah, dan sebagainya, maka ia akan menjadi kemashlahatan.

Jika isinya adalah tontonan perzinahan, pemicu syahwat, dan perbuatan keji, maka ia menjadi haram.

(Cat: diskusi lebih detakl terkait halal haram penggunaan media dsb bisa dipelajari di hal 146-147.)

(d) melarang bergaya dan berlagak seperti wanita (bagi laki2) dan sebaliknya.

(e) melarang membuka aurat, tabarruj, ikhtilat (bercampurnya laki2 dan perempuan), dan melihat hal2 yang diharamkan.

*Kesimpulan Pasal 2*

Demikianlah dasar-dasar pendidikan dan konsep amal yang telah diletakkan oleh agama Islam untuk keselamatan akhlak anak.

Tidak ada cara lain kecuali dengan mendidik, mengarahkan, dan membimbing anak-anak di atas prinsip2 yang telah disampaikan.

Siapakah yang mengatakan bahwa tenggelam dalam kenikmatan dan larut salam kemewahan tidak membahayakan pribadi anak?

Siapakah yang mengatakan bahwa mengikuti segala keinginan hawa nafsu dan kelezatan hawa nafsu tidak membahayakan pribadi anak?

Siapakah yang mengatakan bahwa bercampur baur tidak membahayakan pribadi anak?

Hendaklah setiap orangtua dan pendidik senantiasa *mengingat Allah* dan *kewajiban dalam mendidik anak*.

_*Kerahkanlah semua kekuatan Anda, dan laksanakanlah tanggumg jawab yamg dibebankan kepada Anda*_

_*Manakala kewajiban tersebut terlaksana dengan baik, maka Anda akan melihat anak-anak Anda menjadi bunga yang wangi di dalam rumah, purnama terang di masyarakat, dan "seakan malaikat" di atas muka bumi.*_

*وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُون*

(QS. At-Taubah: 105)

"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya, serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu...'"

                  ***

*بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم*

*Pasal 3. Tanggung Jawab Pendidikan Fisik*



Syaikh Abdullah Nassih Ulwan menjabarkan Pasal 3 menjadi 8 Sub Bab. Yakni:

1. Kewajiban Memberi Nafkah kepada Keluarga dan Anak

2. Mengikuti Aturan-aturan kesehatan dalam makan dan minun

3. Membentengi diri dari penyakit menular

4. Mengobati penyakit

5. Menerapkan Prinsip Tidak boleh Membahayakan Diri sendiri dan Orang lain

*6. Membiasakan Anak Gemar Berolahraga, melatih kekuatan, dan Menaiki Tunggangan*

*7. Membiasakan Anak untuk Zuhud dan Tidak Larut dalam kenikmatan*

*8. Menanamkan karakter sungguh2 dan Perwira kepada Anak.*

Di kesempatan ini, insyaAllah saya coba untuk *lebih fokus pada 3 poin terakhir*, sementara 5 point pertama akan tetap disampaikan sekilas.

*1. Kewajiban Memberikan Nafkah (yang baik) kepada Keluarga dan Anak*

_".....Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf....."_ (Lihat QS. Al Baqarah ayat 233).

Di diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda,

_"Satu keping dinar yang engkau sedekahkan di jalan Allah,_

_Satu keping dinar yang engkau sedekahkan untuk memerdekakan budak_

_Satu keping dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin_

_Satu keping dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu_

_*Pahala yang paling besar adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu"*_

Pemberian nafkah dari seorang suami kepada anak dan keluarganya adalah pemenuhan dasar untuk menjaga *kesehatan jasmani* keluarganya.

*2. Mengikuti Aturan-Aturan Kesehatan dalam Makan dan Minum*

Hendaknya gaya hidup sehat menjadi kebiasaan anak dan menjadi karakternya.

Gaya hidup sehat setidaknya mencakup:
> Menghindari makanan yang mengandung racun
> Tidak menambah makan dan minum di luar kebutuhan
> Menjaga adab makan dan minum
> Menjaga aturan tidur
dsb.

Adab-adab ini bisa dipelajari secara terpisan, khusus berkenaan fengan adab Makan Minum dan Tidur Rasulullah SAW.

Salah satu hadits yang Syaikha Abdullah Nassih sampaikan adalah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Turmudzi, bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

_"Tidaklah seorang anak Adam memenuhi tempat yang paling jelek kecuali perutnya",_

_cukuplah bagi anak adam beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang rusuknya._

_Namum bila ia terpaksa melakukannya, maka hendaklah_
_⅓ isi (lambungnya) untuk makanan_
_⅓ untuk minuman_
_dan ⅓ sisanya untuk udara"_


*3. Membentengi Diri dari Penyakit Menular*

Wajib atas seorang pendidik untuk menghindarkan anak dari orang yang sedang terkena penyakit menular.

Karena penyakit harus dicegah, dan terutama jangan sampai menjadikan penyakit itu sebagai wabah.

Diriwayatkan dalam _shahihain_ dr Abu Hurairah SAW, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

_"Janganlah sekali-kali orang yang sakit itu mendatangi orang yang sehat"_

(insyaAllah Panduan Praktis Bab ini akan kita bahas bersama dr. Erika dr Melbourne Spesialis kesehatan Keluarga)

*4. Mengobati Penyakit)*
Berobat adalah usaha manusiawi *untuk mencegah penyakit fan memberikan kesembuhan.*

Perintah untuk berobat pun telah ditegaskan dalam banyak riwayat.

Sebagian di antaranya,

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, dan selainnya dari Jabir bin Abdillah e.a bahwa Nabi SAW bersabda,

_"Setiap penyakit itu ada obatnya. Jika obat telah mengenai penyakit, maka akan sembuh dengan izin Allah 'Azza Wa Jalla."_

(insyaAllah Panduan Praktis Bab ini akan kita bahas bersama dr. Erika dr Melbourne Spesialis kesehatan Keluarga)

*5. Menerapkan prinsip Tidak Boleh Membahahakan Diri Sendiri dan Orang lain*

Diriwayatkan oleh Imam Malik, Ibnu Majah, dan Ad-Daruquthni, dari Hadits Abu Sa'id Al Khudri r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

_"Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan menimpakan bahaya kepada orang lain"_

Para Fuqaha' dan ahli ushul menetapkan bahwa hadits ini merupakan kaidah paling penting yang telah diletakkan oleh Islam.

Berpijak pada kaidah yang termaktub dalam Hadits di atas, wajib bagi para pendidik untuk mengarahkan anak2nya dalam *mengetahui masalah kesehatan dasar* dan sarana2 pencegahan untuk menjaga kesehatan anak dan ketahanan tubuh.

(insyaAllah Panduan Praktis Bab ini akan kita bahas bersama dr. Erika dr Melbourne Spesialis kesehatan Keluarga)

[16/3 15:05] Indah Admin Karina Hakman: *6. Membiasakan Anak Gemar Berolahraga dan Menaiki Tunggangan*

Bagian ini dibahas cukup byk di dua Bab. Di Sub Bab Penyebab Kenakalan pda anak (hlm 83-87) dan Tanggung Jawab Pendidik.

Salah satu faktor mendasar yang menyebabkan kenakalan pada anak adalah *tidak termanfaatkannya  kesenggangan waktu oleh anak2 dan Remaja*.

Sejak tumbuh kembangnya, fitrah anak-anak adalah senang *bergerak*, memanjat, melompat2, senang bermain, bersenda gurau, rekreasi, suka melihat pemandangan alam, dan suka olahraga.

*Para pendidik harus memanfaatkan potensi ini* dengan mengarahkannya kepada kegiatan-kegiatan yang
> positif
> menyehatkan badan > menguatkan otot
> meningkatkan kekuatan fisik.

Keluangan waktu pada anak2 dan remaja adalah *potensi pengembangan* dan Islam telah memberikan sarana2 pengembangan diri praktis untuk memanfaatkan potensi itu.

Sebagian di antaranya adalah:
> *Seni Berperang*
> Berkuda
> Berenang
> Bergulat
> Melompat
> Menelaah Buku-buku
> Rekreasi
> Olahraga

Terkait sarana2 ini, Syaikh Abdullah Nassih mengaitkannya dengan kebutuhan persiapan menghadapai *musuh2 Islam*, yakni salah satunya dengan  mencantumkan QS. Al - Anfal : 60.

_"Dan *siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja* yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)."_

Dalam salah satu riwayat Shahih Imam Muslim, bahwa Nabi SAW membaca ayat tersebut, kemudian beliau SAW bersabda (yang artinya):

_"Sesungguhnya kekuatan itu ada dalam melempar._

_Sesungguhnya kekuatan itu ada dalam melempar._

_Sesungguhnya kekuatan itu ada dalam melempar."_

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam _Shahih_ nya bahwa Nabi SAW pernah meleaati para Sahabat di lapangan panah. Beliau kemudian memberikan penyemangat kepada mereka seraya bersabda (yang artinya):

_"Lemparlah (panahlah) oleh kalian! Sesunggungnya aku bersama kalian semua"_


*Urusan kekuatan fisik* dipandang penting oleh Allah. Hinggakan Allah lebih mencintai mukmin yang kuat dibanding mukmin yang lemah.
Diriwayatkan pula oleh Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda,

_" *Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada mukmin yang lemah* ._

_Namun masing-masing terdapat kebaikan, maka tamaklah terhadap apa saja yang bermanfaat bagimu,_

_mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah menjadi lemah._

(Hadits nya masih berkelanjutan, narasi lengkap silahkan dicek di buku)

Begitupun para Sahabat memberikan contoh,

Umar Ibnu Khattab r.a berkata,

_"Ajarilah anak kalian *memanah*, *berenang*, dan perintahkanlah mereka melompat ke atas kuda dengan sekali lompatan_


Seandainya para pendidik mengambil petunjuk dan arahan ini, sungguh *masa senggang* anak2 dan remaja dapat menjadi sarana untuk *meningkatkan kesehatan, ilmu, dan kekuatan* anak.

_*Sehingga sejak kecil mereka telah dipersiapkan untuk menjadi generasi Islam, tentara pemberani, da'i yang lurus, dan pemuda yang berkiprah"*_


*7. Membiasakan Anak untuk Zuhud dan Tidak Larut dalam Kenikmatan*

dan

*8. Menanamkan Karakter Bersungguh-sungguh dan Perwira kepada Anak*

Pendidikan fisik bukan hanya sebatas kuatnya tubuh. Namun juga kuatnya kesungguhan dan keperwiraan.

Pentingnya kesungguhan dan keperwiraan adalah berdasarkan petunjuk Nabi SAW, yang telah disebut di poin 5,

_"....Tamaklah terhadap segala sesuatu yang memberi manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau lemah"_

Jika seorang anak tidak memiliki kesungguhan dan pribadi yang lurus, maka kepribadiannya dan kejiwaannya akan mudah dihancurkan.

Hal ini bertujuan agar _*anak saat dewasa kelas bisa menegakkan kewajiban jihad dan dakwah kepada Allah sebagik dan semulia mungkin*_

Banyak Hadits yang menjelaskan tentang perintah Zuhud dan hidup sederhana.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Nu'aim dari Hadits Mu'adz bin Jabal secara marfu',

_"Hindarilah oleh kalian terlalu larut dalam kenikmatan (kemewahan) karena sesungguhnya hamba Allah (yang baik) itu adalah mereka tidak larut dalam kenikmatan (kemewahan)."_

Cukuplah Nabi kita SAW sebagai teladan yang baik dalam berperilaku hidup sederhana, dalam makan, pakaian, tempat tinggal.

Sehingga generadu Islam juga dapat merasakannya serta menjalani kehidupan sebagaimana yang telah diteladankan.

_*Hal ini bertujuan agar generasi ini selalu siap menghadapi segala kemungkinan yang akan menghadangnya*_

_Jika umat Islam terlalu lama larut dalam kenikmatan dan terus menerus dalam kesenangan, dan tergiur bujukan harta benda yang berlimpah, *maka mereka nantinya akan cepat sekali roboh dan menyerah kepada musuh*, dan *jiwa kesabaran dan ketegaran dalam berjihad di jalan Allah akan menjadi pudar dari jiwa-jiwa pemudanya*, sebagaimana sejarah runtuhnya kejayaan Andalusia yang masih segar dalam ingatan kita._

(lebih detail bagian ini ada di Pasal 4 tentang pendidikan Akal insyaAllah)
[16/3 15:05] Indah Admin Karina Hakman: ☘☘☘☘☘☘☘☘

Alhamdulillah telah *Pasal 3* yang telah disampaikan...
Bagi saya pribadi, yang disampaikan oleh Syaikh Abdullah Nassih 'Ulwan sangat relevan untuk kehidupan kita sekarang.

Menjadi tantangan tersendiri membangun kekuatan fisik hingga ke tahapan yang beliau jelaskan di zaman skrg.

InsyaAllah kelanjutannya adalah Pasal 4 dan 5 terkait pendidikan Akal dan Kejiwaan. Belum bisa janji bisanya kapan. Tapi diusahakan akan koeheren dengan materi HomeSchooling yang berkenaan tentang Bab tersebut. 😊

Untuk sementara ini, silahkan

• *direnungkan*
• *dikaitkan dan dianalisa* sesuai dengan kondisi keluarga masing-masing
• *mengevaluasi* pendidikan anak kita
• dan mulai *berpikir untuk perbaikan ke depannya*
• Bisa mulai mereka2 untuk menjadi bahan pertimbangan utk homeSchooling atau tidak.


Allahua'lam bishawab.

سُبْحَانَكَاللَّهُمَّوَبِحَمْدِكَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلا َّأَنْت
َ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Wassalamualaikum wr wb. 😊🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar